Anda di halaman 1dari 22

Pertemuan 5

JUMILI
ARIANTO

LINGKUNGAN
HUKUM ADAT

Hukum
Adat
Defenisi Lingkungan

Lingkungan adalah ;
1. Tempat,
2. Area,
3. Lokasi
4. Dll
sambungan
Prof. Mr. Cornelis van
Vollenhoven membagi
Indonesia menjadi 19
lingkungan hukum
adat (rechtsringen).
sambungan
Satu daerah yang
garis-garis besar,
corak dan sifat
hukum adatnya
seragam disebutnya
sambungan

Setiap lingkungan
hukum adat tersebut
dibagi lagi dalam
beberapa bagian yang
disebut Kukuban Hukum
(Rechtsgouw).
Lingkungan Hukum Adat
ada 19
1. Aceh (Aceh Besar, Pantai Barat, Singkel,
Semeuleu)
2. Tanah Gayo, Alas dan Batak
1. Tanah Gayo (Gayo lueus)
2. Tanah Alas
3. Tanah Batak (Tapanuli)
1. Tapanuli Utara; Batak Pakpak (Barus), Batak karo,
Batak Simelungun, Batak Toba (Samosir, Balige,
Laguboti, Lumbun Julu)
2. Tapanuli Selatan; Padang Lawas (Tano Sepanjang),
Angkola, Mandailing (Sayurmatinggi)
3. Nias (Nias Selatan)
3. Tanah Minangkabau (Padang, Agam,
Tanah Datar, Limapuluh Kota, tanah
Kampar, Kerinci)
4. Mentawai (Orang Pagai)
5. Sumatera Selatan
1. Bengkulu (Renjang)
2. Lampung (Abung, Paminggir, Pubian,
Rebang, Gedingtataan, Tulang Bawang)
3. Palembang (Anak lakitan, Jelma Daya,
Kubu, Pasemah, Semendo)
4.Jambi (Batin dan Penghulu)
5. Enggano
6. Tanah Melayu (Lingga-Riau, Indragiri,
Sumatera Timur, Orang Banjar)
7. Bangka dan Belitung
8. Kalimantan (Dayak Kalimantan
Barat, Kapuas, Hulu, Pasir, Dayak,
Kenya, Dayak Klemanten, Dayak
Landak, Dayak Tayan, Dayak
Lawangan, Lepo Alim, Lepo Timei,
Long Glatt, Dayat Maanyan, Dayak
Maanyan Siung, Dayak Ngaju, Dayak
Ot Danum, Dayak Penyambung
Punan)
9. Gorontalo (Bolaang
Mongondow, Suwawa,
Boilohuto, Paguyaman)
10. Tanah Toraja (Sulawesi
Tengah, Toraja, Toraja
Baree, Toraja Barat, Sigi,
Kaili, Tawali, Toraja Sadan,
To Mori, To Lainang, Kep.
Banggai)
11. Sulawesi Selatan (Orang
Bugis, Bone, Goa, Laikang,
Ponre, Mandar, Makasar,
Selayar, Muna)
12. Kepulauan Ternate (Ternate,
Tidore, Halmahera, Kao,
Tobelo, Kep. Sula)
13. Maluku Ambon (Ambon,
Hitu, Banda, Kep. Uliasar,
Saparua, Buru, Seram, Kep.
14. Irian
15. Kep. Timor (Kepulauan Timor,
Timor, Timor Tengah, Mollo,
Sumba, Sumba Tengah, Sumba
Timur, Kodi, Flores, Ngada,
Roti, Sayu Bima)
16. Bali dan Lombok (Bali
Tanganan-Pagrisingan, Kastala,
Karrang Asem, Buleleng,
Jembrana, Lombok, Sumbawa)
17. Jawa Pusat, Jawa Timur
serta Madura (Jawa Pusat,
Kedu, Purworejo,
Tulungagung, Jawa Timur,
Surabaya, Madura)
18. Daerah Kerajaan
(Surakarta, Yogyakarta)
19. Jawa Barat (Priangan,
Sunda, Jakarta, Banten)
Penegak Hukum
Adat
Penegak hukum adat
adalah
Pemuka adat sbg
pemimpin yg sangat
disegani & besar
pengaruhnya dlm
Hukum Adat berbeda di tiap
daerah karena pengaruh
1. Agama : Hindu, Budha, Islam,
Kristen dan sebagainya. Misalnya :
di Pulau Jawa dan Bali dipengaruhi
agama Hindu, Di Aceh dipengaruhi
Agama Islam, Di Ambon dan Maluku
dipengaruhi agama Kristen.
2. Kerajaan seperti antara lain:
Sriwijaya, Airlangga, Majapahit.
3. Masuknya bangsa-bangsa Arab,
Pengakuan Adat oleh
Hukum Formal
Mengenai persoalan penegak
hukum adat Indonesia, ini
memang sangat prinsipil karena
1. Adat merupakan salah satu
cermin bagi bangsa,
2. Adat merupkan identitas bagi
bangsa,
3. Identitas bagi tiap daerah.
Dalam kasus salah satu adat
suku Nuaulu yang terletak di
daerah Maluku Tengah, ini
butuh kajian adat yg sgt
mendetail, persoalan
kemudian adlh pd saat ritual
adat suku tersebut, dimana
proses adat itu membthkan
kepala manusia sebagai alat
Dalam penjatuhan pidana oleh sala
satu Hakim pd Perngadilan Negeri
Masohi di Maluku Tengah, ini pd
penjatuhan hukuman mati,
sementara dlm Undang2 Kekuasaan
Kehakiman Nomor 4 tahun 2004.
dalam Pasal 28 hakim harus
melihat atau mempelajari kebiasaan
atau adat setempat dlm penjatuhan
putusan pidana trhdp kasus yg
berkaitan dgn adat setempat.
Dalam kerangka pelaksanaan
Hukum Tanah Nasional dan
dikarenakan tuntutan msyrkt
adat mk pd tanggal 24 Juni 1999
, telah diterbitkan Peraturan
Menteri Negara Agraria/Kepala
Badan Pertanahan Nasional No.5
Tahun 1999 ttng Pedoman
Penyelesaian Masalah Hak
Ulayat Masyarakat Hukum Adat.
Peraturan ini
dimaksudkan utk
menyediakan
pedoman dlm
pngturan &
pengambilan
kebijaksanaan
Peraturan ini memuat
kebijaksanaan yg
memperjelas prinsip
pengakuan terhadap "hak
ulayat & hak2 yg serupa
itu dr msyrkat hukum
adat" sebagaimana
dimaksudkan dlm Pasal 3
Kebijaksanaan tersebut meliputi :

1. Penyamaan persepsi mngnai


"hak ulayat" (Pasal 1)
2. Kriteria & pnentuan masih
adanya hak ulayat dan hak-
hak yang serupa dr msyrkt
hukum adat (Psl 2 dan 5).
3. Kewenangan msyrkt hukum
DEMIKIANLAH …

Terima
Kasih

Pekanbaru,
Oktober
2015

Anda mungkin juga menyukai