Anda di halaman 1dari 30

KELOMPOK 7

D R G . A G U N G S AT R I A W
ANGGOTA KELOMPOK
1.Farida 1711111220012
2.Diza Afira Hutasuhut 1711111320013
3.Tiara Yustisia 1711111320027
4. Anandita Ahmad 1711111310005
5 Safa'at Bintang Ramadhan 1711111210030
6. Firda Damayanti 1711111120007
7. Danika Dita Maharani 1711111220010
8. Rizki ramadhiyanti mahdjar 1711111320023
9. Adhytya Suryo Kelana 1711111210003
10. Anisa Novia Farrasti 1711111320007
11. Mikael Manggala Silaen 1711111110014
MENGAPA DENGAN MULUTKU

Pasien laki-laki usia 65 tahun datang dengan keluhan


di bibir atas dan bawah sariawan dengan sakit sejak 2 minggu
lalu, sering muncul ketika pasien merasa stress dan capek.
Pemeriksaan ekstraoral menunjukan pada bibir atas dan bawah
ulser multiple, erosi kemerahan dan sakit. Pemeriksaan
intraoral menunjukan pada lidah terdapat plak, warna putih,
bisa dikerok, meninggalkan kemerahan dan sakit panas
terbakar, selain itu pada kedua sudut mulut tampak fisure,
warna putih dikelilingi kemerahan, sakit saat buka mulut sejak
sebulan lalu. Hasil anamnesis menunjukan pasien sering
kencing saat malam hari dan saat bangun pagi ada kesemutan
diujung jari tangan dan kaki. Pasien merasa gampang capek,
lemas dan mengantuk.
PROBLEM TREE
SASARAN BELAJAR
1. Definisi Diabetes Mellitus?
2. Etiologi Diabetes Mellitus?
3. Epidermiologi Diabetes Mellitus?
4. Klasifikasi Diabetes Mellitus?
5. Maninfestasi ekstraoral Diabetes Mellitus?
6. Maninfestasi intraoral Diabetes Mellitus?
7. Patofisiologi Diabetes Mellitus?
8. Patogenesis Diabetes Mellitus?
9. Terapi Diabetes Mellitus?
10. Prognosis Diabetes Mellitus?
DIABETES
MELLITUS
DEFINISI DIABETES MELLITUS?
o Diabetes Melitus adalah penyakit yang di tandai
dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang
dihubungkan dengan kekurangan secara absolute /
relatuf dari kerja, sekresi insulin atau keduanya.

(Fatimah RN, 2015)


Kriteria Diagnostik Diabetes melitus menurut American Diabetes Association 2010 :
• 1. Gejala klasik DM dengan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/ dl (11.1 mmol/L).
Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir. Gejala klasik adalah: poliuria, polidipsia dan berat badan
turun tanpa sebab.
• 2. Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/ dl (7.0 mmol/L). Puasa adalah pasien tak mendapat
kalori sedikitnya 8 jam.

(Fatimah RN, 2015)


ETIOLOGI DIABETES MELLITUS
• DM 1 = reaksi autoimun terhadap sel beta pancreas namun dapat juga berasal dari coxsakie
virus yang menyebabkan mutasi dan berakhir autoimun.

Faktor predisposisi: Genetik, lingkungan, defisiensi nutrisi, infeksi virus.

• DM 2 = gangguan heterogen yang disebabkan oleh faktor genetik yang terkait dengan
gangguan sekresi insulin resisten insulin.

Faktor predisposisi: obesitas, merokok, kehamilan, alkohol.

(Ouzugwa et all., 2013.)


EPIDERMIOLOGI DIABETES MELLITUS
• International Diabet Federal (IDF) memperkirakan prevalensi Diabetes mellitus di dunia
sebesar 1,9%
• Hasil Ridkesdas tahun 2008 Diabetes mellitus di Indonesia sebesar 57%
• Kebanyakan penderita dengan usia diatas 45 tahun
• Penderita Diabetes mellitus tipe 2 lebih banyak di banding tipe 1
• Penderita diabetes mellitus lebih banyak wanita dibandingkan pria

(Fatimah RN, 2015)


KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS
• Diabetes Monogenik
Yaitu akibat mutasi hanya dari satu jenis gen
tapi kasus jarang terjadi hanya 1-4%.
• Diabetes Poligenik
Yaitu akibat mutasi dengan banyak gen, yang
digolongkan pada diabetes poligenik yaitu DM tipe 1
serta DM tipe 2.

(Tengguna L, 2017)
DIABETES POLIGENIK
Diabetes Melitus tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes
Mellitus)

Pada Diabetes tipe 1 (Diabetes Insulin Dependent),


lebih sering ternyata pada usia remaja. Lebih dari 90% dari sel
pankreas yang memproduksi insulin mengalami kerusakan
secara permanen. Oleh karena itu, insulin yang diproduksi
sedikit atau tidak langsung dapat diproduksikan. Hanya sekitar
10% dari semua penderita diabetes melitus menderita tipe 1.
Diabetes tipe 1 kebanyakan pada usia dibawah 30 tahun. Para
ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan seperti infeksi virus
atau faktor gizi dapat menyebabkan penghancuran sel penghasil
insulin di pankreas.

(Wulansari WD et al. 2019)


DM tipe 2 (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

Biasanya terjadi pada usia diatas 40 thn. Disebabkan karena kombinasi resistensi insulin
dan disfungsi sekresi insulin sel β. Dm Tipe 2 ini tidak ada kerusakan pada pankreasnya dan dapat
terus menghasilkan insulin, bahkan kadang-kadang insulin pada tingkat tinggi dari normal. Akan
tetapi, tubuh manusia resisten terhadap efek insulin, sehingga tidak ada insulin yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh.

(Wulansari WD et al. 2019)


(Richard et all., 2017)
DM Gestasional
diabetes yang terjadi karena abnormalitas toleransi
glukosa selama kehamilan sehingga terjadi peningkatan
komplikasi perinatal. Bisa menghilang sesudah kehamilan,
tapi juga bisa menyebabkan risiko lebih besar untuk
menderita DM tetap dalam 5-10 tahun setelah melahirkan.

DM Tipe Spesifik Lain


Defek genetik fungsi sel β atau insulin.
Penyakit eksokrin pankreas (Pankreatitis, Tumor)
Endokrinopati (akromegali, Cushing’s syndrome)

(Wulansari WD et al. 2019)


MANINFESTASI EKSTRAORAL
1. Poliuria
Kadar glukosa yang tinggi berakibat pada proses filtrasi
yang melebihi transpor maksimum, keadaan ini mengakibatkan
glukosa dalam darah masuk ke dalam urin (glukosuria) sehingga
terjadi diuresis osmotik yang ditandai dengan pengeluaran urin yang
berlebihan.
2. Polidipsi
Banyaknya cairan yang keluar akan menimbulkan haus.
3. Polifagia
Glukosa yang hilang melalui urin dan resistensi insulin
menyebabkan kurangnya glukosa yang akan diubah menjadi energi
sehingga menimbulkan rasa lapar yang meningkat sebagai
kompensasi terhadap kebutuhan energi.

(Wulansari WD et al. 2019)


4. Kesemutan
Terjadi neuropati karena pembuluh darah
yang tersumbat plak, sehingga darah tidak lancar
menimbulkan efek ringan kesemutan. Efek beratnya
adalah nekrosis jaringan.
5. Delayed Wound Healing
6. Sexual Problem (Impotensi pada pria, Pruritis
vulva pada wanita)
7. Blurry Vision
8. Penurunan BB tanpa alasan yang jelas

(Wulansari WD et al. 2019)


HUBUNGAN DM DENGAN STATUS
KESEHATAN GIGI & MULUT
• Pada Diabetes Melitus dengan kondisi kebersihan mulut yang jelek dan adanya angiopati
diabetik menyebabkan suplai oksigen berkurang sehingga bakteri anaerob mudah berkembang.
• Pasien dengan Diabetes Mellitus lama yang tidak terkontrol akan berpengaruh pada karies gigi,
karena bertambahnya karbohidrat yang dapat difermentasikan di dalam saliva penderita dan
merupakan medium yang sesuai untuk pembentukan asam sehingga memudahkan terjadinya
karies

(Yekti et al, 2014)


MANINFESTASI INTRAORAL
1. Xerostomia et causa Disfungsi Kelenjar Saliva
Ludah penderita DM seringkali menjadi lebih kental, sehingga mulutnya terasa kering,
disebut xerostomia diabetic. Pada penderita diabetes berkurangnya ludah (saliva) dipengaruhi
faktor angiopati dan neuropati diabetik, perubahan pada kelenjar parotis dan karena poliuria yang
berat.
Terapi: konsumsi vitamin E (buah asam untuk stimulasi saliva), banyak minum air putih,
menghindari alkohol dan merokok, sugar free gum, saliva buatan (metil selulose dan musin).

(Yekti et al, 2014)


2. Burning Mouth Syndrome
Xerostomia – oral candida berkoloni – lesi superfisial epitel –
peningkatan sitokin (TNF α dan IL 6) – Terjadi inflamasi – burning
sensation. Neuropati merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
penderita DM tipe 2.
Terapi: Salep atau lozenges mengandung capsaicin, vitamin dan mineral.

3. Oral Thrush (Candida)


Kandidiasis oral merupakan infeksi bakteri oportunistik yang
terjadi dalam keadaan hiperglikemia karena keadaan tersebut dapat
menyebabkan terjadinya disfungsi aliran saliva karena adanya kehilangan
cairan dari tubuh dalam jumlah yang banyak, sehingga aliran saliva juga
berkurang.
Terapi: Nistatin (kerok – kumur – telan), Oral: Miconazole dan
Ketokonazole 200-400mg

(Yekti et al, 2014)


4. Stomatitis Aftosa Rekuren
Penurunan konsentrasi saliva -> menyebabkan rasa
tidak nyaman dan penurunan self cleansing pada rongga mulut
-> rentan ulser.
Terapi: Obat kumur (Khlorhexidine glukonat 0,2%, Hidrogen
peroksida 1%, Povidone iodine 1%).

5. Gingivitis dan Periodontitis


Menebalnya pembuluh darah- memperlambat aliran
nutrisi dan produk sisa dari tubuh - menurunkan kemampuan
tubuh untuk memerangi infeksi – penurunan leukosit dan
PMN – menstimulasi bakteri merusak jaringan periodontal.
Terapi: menurunkan gula darah, kontrol OH, perawatan
periodontal.

(Yekti et al, 2014)


6. Karies
Diabetes Mellitus bisa merupakan faktor
predisposisi bagi kenaikan terjadinya dan jumlah dari karies.
Keadaan tersebut diperkirakan karena pada diabetes aliran
cairan darah mengandung banyak glukosa yang berperan
sebagai substrat kariogenik.
Terapi: Pasta gigi berfluoride, restorasi pada gigi yang
karies.

7.Angular Cheilitis
Disebabkan karena infeksi bakteri kandidiasis.
Terapi: Oral: Miconazole dan Ketokonazole 200-400mg

(Yekti et al, 2014)


PATOFISIOLOGI DM 1

(Richard, I.G 2017)


PATOFISIOLOGI DM 2

1. Pada awalnya toleransi glukosa masih mendekati normal karena pancreas mencoba
mengkompensasi dengan mengeluarkan insulin yang banyk namun beberapa insulin telah
resisten. Hal ini lah yang memicu pangkreas untuk mengeluarkan insulin yang banyak.
2. Terjadi penumpukan insulin (hiperinsulenimia).
3. Pankreas tidak dapat lagi seimbangi hiperinsulinemia.
4. Terjadi kegagalan Sel Beta dalam produksi insulin.
5. Terjadi resistensi insulin.

(Fauci, 2015)
PATOGENESIS DIABETES MELLITUS

• (Angelo, et al. 2016)


DIABETES MELLITUS
TIPE 1

(Kumar, 2013)
DIABETES MELLITUS
TIPE 2

(Kumar, 2013)
TERAPI DIABETES MELLITUS
Analgesik
– Hindari penggunaan Aspirin & NSAID
– Pertimbangkan penggunaan Kortikosteroid
• Profilaksis
– Prosedur invasif seperti insisi, drainase, ekstraksi,
pulpotomi.
• Anastesi
– Bila disertai dengan riwayat hipertensi, IM, aritmia jantung,
batasi dosis epinefrin, tidak lebih dari 2 ampul 1: 100000
Epinefrin
Farmakologi
• Pemicu sekresi insulin : sulfonil urea, glinid
• Peningkatan sensitivitas insulin : Tiazolidindion
• Penghambat glukoneogenesis : metformin
• Penghambat absorbsi glukosa : alfa-glukosidase
• DPP-IV inhibitor
(Little J, 2018)
PROGNOSIS DIABETES MELLITUS
DM Tipe 1
Semakin muda onset terjadi diabetes melitus maka prognosis semakin buruk. Komplikasi
perlu diawasi pada pasien jangka pendek berupa ketoasidosis diabetik (hipoglikemia berat), dan untuk
jangka panjang menyebabkan kerusakan organ.
DM Tipe 2
Prognosis ditentukan sesuai life style, kontrol gula darah yang baik, follow up secara teratur.
Biasanya penyebab utama kematian pada DM Tipe 2 adalah gangguan kardiovaskular.

Komplikasi kronis
-komplikasi makrovaskular = terjadi trombosit otak atau pembekuan darah sebagian otak yang akan
mengakami jantung koroner, stroke,gagal ginjal
-komplikasi mikrovaskuler = biasanya terjadi pada DM1 yaitu yang akan menyebabkan NEUROPATI,
AMPUTASI,NEFROPATI.

(Fatimah, 2015)
DAFTAR PUSTAKA
• Tengguna L. Diabetes Monogenik Pada Anak. CDK 248: 44(1); 2017.
• Ouzugwa,et all.The phatogenesis and phatofisiologis of type 1 and 2 DM,2013.
• Richard, I.G.H; et al. 2017. Textbook of Diabetes. USA: Wiley Blackwell.
• Fatimah RN. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Majority; Lampung University. 4(5):hal 93-96
• Wulansari WD et al. 2019. Hubungan Tugas Keluarga dengan Kepatuhan Diet Diabetes Melitus. Hospital Majapahit; 11(1): 25-
29.
• Angelo, Tania., Neiga, Veio. Diabetes Mellitus and Periodontal Disease. OHDM Journal. 2016; 15: 12-15
• Kumar, Abbas, Aster. Robbins Basic Pathology. Ed 9. Philadelphia:Elsevier; 2013.
• Fauci, A.S; et al. 2012. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 19th Edition. USA: McGraw-Hill Companies, INC.
• Richard, I.G.H; et al. 2017. Textbook of Diabetes. USA: Wiley Blackwell.
• Little J et all. Dental Management of the Medically Compromised Patiemt. Missoury: Elsevier; 2018.
• Yekti N, Rochmah YS, Mujayanto R. Analisa Profil Kadar C-ractive Protein pada Status Kesehatan Periodontal Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2. ODONTO Dental Journal. Desember 2014; 1(2).
• Fatimah RN. diabetus melitus tipe dua.medical faculty.februari 2015;4(5).

Anda mungkin juga menyukai