Anda di halaman 1dari 14

PENGENTAR EKONOMI ISLAM

PENGERTIAN
• EKONOMI ISLAM ADALAH SISTEM EKONOMI
YANG DIDASARKAN KEPADA AJARAN ISLAM
• SISTEM EKONOMI YANG ADA ADALAH
KAPITALIS YANG MENYERAHKAN MEKANISME
EKONOMI KEPADA PASAR DAN SOSIALIS YANG
MEMUSATKAN EKONOMI KEPADA NEGARA
• EKONOMI ISLAM ADALAH SISTESA DARI
SISTEM KAPITALIS DAN SOSIALIS
PRINSIP
• HARTA ADALAH MILIK MUTLAQ ALLAH
• HALAL DAN HARAM DALAM KEPEMILIKAN
• SALING MENGUNTUNGKAN
• TRANSAKSI YANG BENAR
• KEWAJIBAN BEKERJA
• LARANGAN RIBA
• MENGGALAKAN ZAKAT, INFAQ, SODAQOH
Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil
• Bunga
a. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung
b. Besarnya prosentase berdasarkan besarnya jumlah uang (modal) yang
dipinjamkan
c. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah
proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi
d. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan
berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”
e. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama, termasuk
Islam

• Bagi Hasil
a. Penentuan besarnya rasio/ nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman kepada kemungkinan untung atau rugi
b. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh
c. Bagi hasil bergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika usaha
merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.
d. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah
pendapatan
e. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil
4
Pelarangan Riba
Tahapan

Dalam Al Quran
Larangan yang terdapat dalam Al Qur’an
tidak diturunkan sekaligus melainkan
secara bertahap
Pelarangan
4
Pelarangan Riba
Riba
Tahapan
Tahapan

Dalam Al
Dalam Al Quran
Quran
 Tahap Pertama, menolak anggapan bahwa pinjaman riba
pada zahirnya menolong mereka yang memerlukan
sebagai suatu perbuatan mendekati atau taqarrub kepada
Allah SWT.

Firman Allah SWT:


“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia. Maka riba itu tidak menambah
pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang
kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang
berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan
(pahalanya)” (QS. Ar Rum:39).
4
Pelarangan
Tahapan
Tahapan
Pelarangan Riba
Riba
Dalam Al Quran
Dalam
 Tahap kedua, riba digambarkan sebagai suatu yang buruk dan
balasan yang keras kepada orang Yahudi yang memakan riba.

Firman Allah SWT:


“Maka disebabkan kezhaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan
atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya)
dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi
(manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba,
padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena
mereka memakan harta orang dengan jalan yang bathil. Kami telah
menyediakan untuk orang-orang yang kafir diantara mereka itu siksa
yang pedih” (QS. An-Nisa: 160-161).
4
Pelarangan
Tahapan
Tahapan
Pelarangan Riba
Riba
Dalam Al Quran
Dalam
 Tahap ketiga, riba itu diharamkan dengan dikaitkan
kepada suatu tambahan yang berlipat ganda.

Allah SWT. Berfirman:


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah
supaya kamu mendapat keberuntungan” (QS. Ali Imran:130).

Ahli-ahli tafsir Islam berpendapat bahwa berkaitan


demikian disebabkan riba jenis tersebut adalah suatu
yang banyak berlaku pada masa itu.
4
Pelarangan
Tahapan
Tahapan
Pelarangan Riba
Riba
Dalam Al Quran
Dalam

 Tahap akhir sekali, ayat riba diturunkan oleh Allah SWT.


Yang dengan jelas sekali mengharamkan sebarang jenis
tambahan yang diambil daripada pinjaman.

Firman Allah SWT:


“Hai orang-orang yang beriman,bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang
yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan
sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba),
maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak
pula dianiaya”
(QS. Al Baqarah: 278-279)
Larangan Riba
Dalam Hadits
 Sekiranya mereka menerima, hal itu baik dan bagus. Penolakan
berarti (tantangan untuk) perang.
Hadits ini merupakan isi dari surat Rasulullah SAW kepada
Itab bin Usaid, gubernur Mekkah, agar kaum Thaif tidak
menuntut hutangnya (riba yang telah terjadi sebelum
kedatangan Islam) dari Bani Mughirah.
 Ingatlah bahwa kamu akan menghadap Tuhanmu, dan Dia pasti
akan menghitung amalanmu. Allah telah melarang kamu
mengambil riba, oleh karena itu, hutang akibat riba harus
dihapuskan. Modal (uang pokok) kamu adalah hak kamu. Kamu
tidak akan menderita ataupun mengalami ketidakadilan.
Hadits ini merupakan amanat terakhir Rasulullah SAW pada
9 Dzulhijjah tahun 10 Hijriah.
Larangan Riba
Dalam Hadits
 Diriwayatkan oleh Samura bin Jundab bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Malam tadi aku bermimpi, telah datang dua orang dan membawaku
ke tanah suci. Dalam perjalanan, sampailah kami ke suatu sungai darah,
di mana di dalamnya berdiri seorang laki-laki. Di pinggir sungai tersebut
berdiri seorang laki-laki lain dengan batu di tangannya. Laki-laki yang di
tengah sungai itu berusaha untuk keluar, tetapi laki-laki yang di pinggir
sungai tadi melempari mulutnya dengan batu dan memaksanya
kembali ke tempat asal. Aku bertanya, “Siapakah itu ?”, Aku diberitahu,
bahwa laki-laki yang ditengah sungai itu ialah orang yang memakan
riba”. (HR.Bukhari)

 Jabir berkata bahwa Rasulullah SAW mengutuk orang yang menerima


riba, orang yang membayarnya dan orang yang mencatatnya, dan dua
orang saksinya, kemudian Beliau bersabda, “Mereka itu semuanya
sama”. (HR.Muslim).
FATWA ULAMA KONTEMPORER
TENTANG RIBA
 Muktamar II Lembaga Riset Islam Al-Azhar Kairo, bulan Mei 1965 yg dihadiri oleh 35 negara
Islam menyepakati beberapa hal diantaranya “Bunga dari semua jenis pinjaman hukumnya
riba dan diharamkan

 Rabithah Al-alam Al-islami: Bunga bank yang berlaku dalam perbankan konvensional adalah
riba yang diharamkan (Keputusan No.6 Sidang ke-9, Mekkah 12 – 19 Rajab 1406 H)

 Majma’ Fiqh Islamy, OKI: Setiap tambahan (bunga) atas hutang yang telah jatuh tempo dan
orang yang berutang tidak mampu membayarnya, dan sebagai imbalan atas penundaan itu,
demikian pula bunga (interest) atas pinjaman yang ditetapkan diawal perjanjian, maka
kedua bentuk ini adalah Riba yang diharamkan dalam syari’at. (Keputusan No. 10 Majlis
Majma’ Fiqh Islamy, Konferensi OKI II, 22-28 Desember 1985)
PENDAPAT CENDIKIAWAN (FAILASUF)
TENTANG RIBA
 Plato (427-347 SM): Bunga merupakan alat eksploitasi kaum
kaya terhadap kaum miskin, bahkan sistem bunga menyebabkan
sistem perpecahan dalam masyarakat

 Aristoteles (384 – 322 SM): Fungsi uang adalah sebagai alat


tukar menukar dan bukan alat menghasilkan tambahan melalui
bunga

 Cicerco (234-149 SM) meminta anaknya untuk menjauhi dua


jenis pekerjaan yaitu memungut cukai (pajak) dan memberi
pinjaman dengan bunga

 Cato (106-43 SM) memberikan ilustrasi tentang yang terjadi


dalam tradisinya, yaitu: pencuri didenda dua kali lipat sedangkan
pemakan bunga dari hasil transaksi didenda empat kali lipat
ECONOMISTS POINT OF VIEWS
 Lord Kent (ahli sosial ekonomi dari Inggris): “Sistem tata
sosial kemasyarakatan akan berjalan pada porosnya
(harmonis) kalau praktek sistem bunga (praktek riba)
dapat diturunkan sampai ke derajat nol”

 Minsky (1985), Bernante and Gertler (1989), Greenwald


and Stiglizt (1990) argue that interest rate system is a
major part in the explanation of cyclical fluctuation.
Therefore in Western economics literature there is almost
a “tradition” even though not mainstream which indicate
that economic evils of our time is as a result of
interest rate and associated with bank credit expansion
and contractions

 Maurice Allaice (1993) the main objective of fiscal and


monetary policy in modern (conventional) economic are
fail to be achieved due to cyclical fluctuation as a result
of interest rate system.

Anda mungkin juga menyukai