Anda di halaman 1dari 24

Jurnal Pulmo 2

Abediterol, a novel long-acting β2-agonist:


bronchodilation, safety, tolerability and pharmacokinetic
results from a single-dose, dose-ranging, active-comparator
study in patients with COPD
Jutta Beier1*, Helena Pujol2, Beatriz Seoane2, Eulalia Jimenez2, Carol Astbury2, Eric Massana3, Sandrine Rui
z2 and Gonzalo de Miquel2

Presentator : dr. FARHAN


Supervisor : dr. ALWINSYAH ABIDIN, SpPD-KP

Divisi Pulmonologi dan Alergi Imunologi


Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FK USU - RSUP HAM
Latar belakang
Bronkodilator inhaler (antikolinergik dan agonis β2) adalah
obat-obatan sentral pada pengobatan Chronic Obstructive
Pulmonary Disease (COPD)

Bronkodilator kerja panjang terbagi 2 kelas : antagonis muskarinik kerja


panjang/ LAMAs (tiotropium, glycopyrrolate, umeclidinium, aclidinium)
dan agonis β2 kerja panjang/ LABAs (formoterol, salmeterol,
indacaterol, olodaterol, abediterol)

Abediterol adalah obat terbaru dari golongan LABA yang


berpotensi kuat sebagai bronkodilator dan lebih selektif
dibandingkan dengan formoterol, indacaterol, salmeterol,
vilanterol, dan olodaterol
Tujuan penelitian

Untuk mengetahui efek bronkodilasi,


keamanan, toleransi dan farmakokinetik
dari 4 dosis abediterol (0,625; 2,5; 5;
dan 10 µg) dibandingkan dengan
plasebo dan indacaterol 150 µg pada
pasien COPD derajat sedang-berat
Metode penelitian
Pasien

• Laki-laki dan perempuan >40 tahun dengan adanya


riwayat merokok ≥10 tahun (pack-year) dan menderita
Kriteria COPD stabil derajat sedang-berat
• Pasien dengan post-salbutamol FEV1 ≥30% dan <80%
inklusi nilai prediksi normal (berdasarkan European Community
for Steel and Coal predicted values) dan rasio post-
salbutamol FEV1/FVC <70%
• Asma
• Penggunaan terapi oksigen ≥15 jam/ hari
• Infeksi saluran nafas atau COPD eksaserbasi dalam 6 minggu skrining
• Riwayat rawat inap untuk COPD eksaserbasi ≤3 bulan sebelum
skrining

Kriteria • Indeks massa tubuh ≥40 kg/m²


• Hipertensi (≥ 160/100 mmHg) atau denyut nadi istirahat ≥ 100
x/menit dan adanya kondisi klinis penyakit pernafasan atau

eksklusi kardiovaskuler
• Nilai QT ≥ 500 ms atau QT interval terkoreksi menggunakan Bazzet’s
formula dengan nilai >450 untuk laki-laki atau >470 untuk
perempuan
• Riwayat hipersensitif terhadap agonis β2 adrenergik, pengobatan
inhaler atau obat-obat kimia yang berhubungan dengan abediterol
Desain penelitian dan pengobatan

- Setelah melewati skrining, pasien terbagi menjadi 6x kunjungan untuk pengobatan berdasarkan desain William pada
studi crossover
- Setiap kunjungan pengobatan berlangsung selama 36 jam dan dipisahkan oleh washout period (7-14 hari)
- Penilaian follow-up ditunjukkan setelah 14 hari periode pengobatan terakhir
Penilaian efikasi

Semua penilaian efikasi dilaporkan pada populasi Intent-to-treat (ITT),


yaitu semua pasien yang secara acak mendapat ≥ 1 dosis abediterol dan
mempunyai nilai baseline FEV1 serta ≥ 1 post-dose periode pengobatan
Farmakokinetik

- Parameter farmakokinetik dinilai dari masing-masing dosis abediterol


dari sampel plasma yang dikumpulkan 24 jam post-dose pada 20 pasien
- Kadar abediterol plasma diukur menggunakan cairan kromatografi
tervalidasi
- Konsentrasi abediterol plasma dievaluasi menggunakan analisis regresi
linear
Keamanan dan penilaian toleransi

- Keamanan populasi terdiri dari semua pasien yang mendapat ≥1 dosis


obat penelitian
- Skrining dilakukan meliputi pengukuran tekanan darah, EKG, laboratorium
darah (darah rutin, kimia darah, urinalisa, glukosa darah dan serum
kalium)
Metode statistik

- Karakteristik demografik dan baseline dari populasi sampel mengguna


kan statistik deskriptif
- Variabel efikasi dianalisis menggunakan model co-varian (ANCOVA)
- Data dianalisis menggunakan Statistical Analysis Software (SAS Institute
Inc., Cary, NC, USA) version 9.1.3
Hasil
Disposisi pasien

Dari 87 pasien yang di skrining,


ada 70 pasien yang termasuk
dalam ITT dan populasi aman,
selanjutnya hanya 63 pasien
yang selesai dalam penelitian
Efikasi – variabel efikasi primer

Semua dosis abediterol


menunjukkan peningkatan
yang signifikan dari
baseline rerata FEV1 23-24
jam post-dose dibanding
kan dengan plasebo
Efikasi – variabel efikasi sekunder

Peningkatan rerata FEV1 dari baseline terjadi pada semua dosis abediterol di
bandingkan plasebo pada semua poin waktu untuk hari 1 dan 2 (p<0,05)
dan dari 15 atau 30 menit post-dose dibandingkan indacaterol
Waktu puncak kenaikan FEV1 adalah 3-4 jam setelah pemberian semua dosis
abediterol dan 3 jam untuk indacaterol, namun nilai puncak FEV1 lebih baik
dengan abediterol 2,5 ; 5 ; dan 10 µg dibandingkan indacaterol
Peningkatan FVC AUC0-12, AUC12-24 dan AUC0-24 direkam untuk semua dosis
abediterol dibandingkan dengan plasebo (p<0,0001) dan untuk abediterol 2,5 ;
5 ; dan 10 µg dibandingkan indacaterol (p<0,033)
Perubahan baseline
Inspiratory Capacity (IC)
vs plasebo dan indacaterol
150 µg dilaporkan mening
kat secara signifikan pada
semua dosis abediterol
setelah 4 dan 24 jam
pemberian
Abediterol berhubungan dengan rendahnya paparan/ efek sistemik
(dalam 24 jam untuk semua dosis)
Tidak terdapat pengaruh yang bermakna pada estimasi waktu paruh,
klirens total tubuh dari plasma atau volume distribusi selama fase terminal
dalam pemberian dosis
- Abediterol ditoleransi dengan baik dan mempunyai tingkat keamanan yang baik pula
- Dari 57 pasien yang mengalami efek yang tidak diinginkan : 37 pasien tergolong ringan,
17 moderat dan 3 tergolong berat (1 pasien mengalami COPD eksaserbasi dengan pemberian
abediterol 5µg, 1 pasien mengalami pusing-pusing dan 1 lagi mengalami muntah-muntah
setelah pemberian abediterol 10 µg)
Diskusi
Dosis tunggal abediterol (0,625; 2,5; Semua dosis abediterol yang
Abediterol mempunyai afinitas yang
5; dan 10 µg) mempunyai efek diberikan signifikan meningkatkan
baik dan lebih selektif dari golongan
bronkodilator yang signifikan nilai puncak baseline FEV1 dan FVC
β2-adrenoceptor dari β1-
dibanding plasebo dan aman serta untuk setiap kenaikan dosisnya
adrenoceptor dibandingkan
ditoleransi dengan baik pada pasien dibandingkan plasebo (mengurangi
indacaterol
COPD derajat sedang-berat hiperinflasi paru)

Abediterol mempunyai efikasi yang


Abediterol mempunyai
baik pada pasien-pasien asma
bioavailabilitas yang sangat rendah
persisten stabil, dengan peningkatan
sehingga sedikit terhadap efek
efek bronkodilatasi yang signifikan
sistemik
dibandingkan plasebo
Kesimpulan

- Dosis tunggal abediterol (0,625–10 µg) yang diberikan secara


inhalasi signifikan meningkatkan efek bronkodilatasi dibandingkan
plasebo pada pasien COPD derajat sedang-berat
- Abediterol mempunyai efek sistemik yang rendah dan aman serta
ditoleransi dengan baik pada semua dosis

Anda mungkin juga menyukai