Anda di halaman 1dari 42

HIV + TBC

KELOMPOK 1
1941012070 – NILDA SAFIRNA
1941012102 – VIVI WULANDARI SUKMI
1941012106 – RINDU OKDITANISA
1941013028 – NAHDHIA FALLAH PUTRI
DEFINISI

Virus yang dapat menyerang sistem kekebalan tubuh dan


HIV
(Human Immunodeficiency mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh (jumlah
Virus )
sel T CD4+ menurun) sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

TBC bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk basil


(TUBERCULOSIS) dan bersifat tahan asam sehingga dikenal sebagai basil tahan asam
(BTA).

Sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru. Sebgaian besar dari keseluruhan kasus TB
adalah TB paru dan sisanya (15%) menyerang organ tubuh lain seperti kulit, tulang, organ-organ
dalam seperti ginjal, usus, otak dan lainnya.
EPIDEMIOLOGI

• 1/3 ODHA terinfeksi TB


• TB merupakan IO terbanyak dan penyebab kematian utama pada ODHA
• 40 % kematian ODHA terkait dengan TB
• 3,2 juta koinfeksi TB-HIV terdapat di Asia Selatan & Tenggara
• Diperkirakan dalam 3-5 tahun mendatang, 20-25% kasus TB pada beberapa negara di Asia
Selatan & Tenggara berhubungan langsung dengan HIV
• 3,2 juta koinfeksi TB-HIV terdapat di Asia Selatan & Tenggara
• Diperkirakan dalam 3-5 tahun mendatang, 20-25% kasus TB pada beberapa negara di Asia
Selatan & Tenggara berhubungan langsung dengan HIV
• Jumlah progresi menjadi TB aktif: > 40 % pada pasien dengan HIV 5 % pada pasien
tanpa HIV
• Risiko reaktifasi infeksi TB: 2.5-15 % setiap tahun pada pasien dgn HIV < 0.1 % setiap
tahun pada pasien tanpa HIV
DIAGNOSIS

• TB paru adalah pemeriksaan BTA sputum, foto thorax dan bila memungkinkan
pemeriksaan CD4.

• Diagnosis dibuat berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan langsung sputum 3 hari


berturut-turut, faktor resiko HIV, foto thorak terlihat pembesaran kelenjar hilus,
infiltrat di apek paru, efusi pleura, kavitas paru atau gambaran TB milier. Sensitivitas
pemeriksaan sputum BTA pada penderita HIV/ AIDS sekitar 50%, tes tuberkulin positif
pada 30 - 50% pasien HIV/AIDS dengan TB.

• Diagnosis presumtif ditegakkan berdasarkan ditemukannya basil tahan asam (BTA) pada
spesimen dengan gejala sesuai TB atau perbaikan gejala setelah terapi OAT. Diagnosis
definitif TB pada penderita HIV/AIDS adalah dengan ditemukannya MTB pada
pembiakan spesimen.
GAMBARAN KLINIS HIV + TBC
GEJALA HIV
GEJALA TBC

Infodatin, 2016
MANIFESTASI KLINIK

DEMAM BERKEPANJANGAN (100%)

PENURUNAN BERAT BADAN DRASTIS (74%)

BATUK (37%)

DIARE KRONIS (28%)

MENINGITIS (12%)

SESAK NAPAS (5%)

HEMATOCHEZIA (3,5%)

OBSTRUKSI SALURAN CERNA (2,6%)


PATOFISIOLOGI HIV
2. BINDING AND FUSION
Virus mengikat CD4 dan 1 3. INFEKSI
dari 2 koreseptor (CCR5 Virus meenmbus sel dan
DAN CXCR4) mengosongkan isinya kedalam
1. VIRUS BEBAS
sel
4. REVERSE
TRANSCRIPSTION
(ssRNA diubah
menjadi dsrna oleh
ezim reverse
9.
transkiptase
MATURASI

5. INTEGRASI
Dna Virus Bergabung
8. BUDDING
Dengan Dna Sel Oleh
Virus immatur
Enzim Itegrase
mendorong
keluar,
mengambil sel
membran
6.TRANSKRIPSI
Pembentukan
protein rantai
panjang
7. ASSEMBLY
Pembentukan rantai protein virus
PATOFISIOLOGI TBC
Patofisiologi TB
MHC II akan
mempresentasikan antigen ke
CD4 dan dipresentasikan sel T
CD4 , sedangkan MHC I akan
mempresentasikan antigen pada
CD8,

M.Tuberculosis akan
dikenali oleh reseptor
pengenal (PRR) yang ada
dipermukaan sel dendritik
kemudian bakteri akan
diikaat oleh sel dendritik dan
disajikan ke MHC immunodeficiency
Makrofag memfagosit
bakteri membentuk
sebuah masa jaringan
baru yang disebut
granuloma

Bakteri M.tuberculosis
terhirup melalui udara
Apabila terjadi
keparu paru, menempel penurunan sistem imun
pada bronkus atau alveolus Sel T CD4 akan
atau adanya infeksi
untuk memperbanyak diri mepresentasikan antigen ke
kedua oleh bakteri,
sel Th1, Sel Th1 akan bakteri yang latent
memproduksi IFNɣ dan dapat aktif kembali
mengaktifkan makrofag
HUBUNGAN HIV DAN TBC
HIV

Menyebabkan

Sistem imunitas lemah

Menyebabkan

Infeksi oportunistik

Bakteri TB bisa hidup dan menginfeksi


PATOFISIOLOGI HIV + TBC
MEKANISME KERJA OBAT
MEKANISME KERJA OBAT ANTI TBC

Isoniazid Ethionamide
Rifamficin

Etambutol

Pirazinamid
MEKANISME KERJA OBAT ANTI TBC

ISONIAZID
Menghambat biosintesis asam mikolat yang mempunyai konstituen penting dalam dinding sel
mikrobakteri.

ETAMBUTOL
Bekerja menghambat arabinosil transferase mikobakteri yang disandi oleh operon embCAB.
Arabinosil berperan sebagai dalam reaksi polimerasi arabinoglikan, suatu komponen esensial
dari dinding sel mikobakteri.

PIRAZINAMID
Perubahan menjadi asam oleh pirazinamidase mikobakteri, yang disandi oleh pncA. Asam
pirazinoat mengganggu metabolisme membrane sel mikobakteri dan fungsi transpornya.

RIFAMPISIN
Bekerja dengan mengikat subunit β RNA polymerase dependen DNA sehingga menghambat
pertumbuhan RNA.
MEKANISME KERJA OBAT HIV

Enfuvirtide Nevirapin
Delaviridin
Efavirenz

Sakuinavir
Ritonavir
Indinavir
Lopinavir
Atazanavir

raltegravir
dolutegravir
elvitegravir
available
bictegravir
MEKANISME KERJA OBAT HIV

Attachment inhibitor
Berikatan dengan reseptor CD4 untuk memblokir GP120 protein berikatan dengan koreseptor
CCR5 dan CXCR4
Fusion inhibitor
Menghambat penggabungan envelop HIV GP 120 protein dengan sel CD4
Non nucleoside reverse transcriptase inhibitor
Menghambat aktivitas enzim reverse transcriptase inhibitor dengan cara berikatan di tempat
enzim aktif dan menginduksi perubahan konformasi pada tempat itu
Integrase Inhibitor
Menghambat aktivitas enzim integrase sehingga menghambat integrasi DNA virus ke dalam
DNA sel CD4.
Protease Inhibitor
Berikatan dengan situs aktif Hiv protease sehingga menghambat pengelepasan polipeptida
precursor virus dan mengakibatkan terhambatnya maturasi sel virus
PENATALAKSANAAN HIV + TBC
Prinsip pengobatan pasien HIV-TB adalah mendahulukan
pengobatan TB. Pengobatan antiretroviral (ARV) dimulai sesegera
mungkin setelah dapat ditoleransi dalam 2 - 8 minggu pengobatan
fase awal. Pengobatan ARV sebaiknya hanya diberikan oleh dokter
yang telah dilatih khusus HIV karena obat ARV bisa berinteraksi
dengan OAT dan juga dapat meningkatkan risiko efek samping.
PANDUAN PENGOBATAN TUBERCULOSIS

Kategori 1 Kategori 2
(2HRZE/4H3R3) (2HRZES/HRZE/5H3R3B3)

KATEGORI PASIEN :
KATEGORI PASIEN:
Pasien kambuh
·Pasien baru TB paru BTA positif
 Pasien gagal
 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
 Pasien dengan pengobatan setelah putus
Pasien TB ekstra paru
berobat (default)
LINI PERTAMA UNTUK TERAPI AWAL HIV

AZT= Zidovudin, TC = Lamivudin, NVP= Niverapine, TDF = Tenofovir, EFV= Emitricitabine


LINI KEDUA UNTUK TERAPI AWAL HIV

AZT= Zidovudin, TC = Lamivudin, NVP= Niverapine, TDF = Tenofovir, EFV= Emitricitabine


TERAPI FARMAKOLOGI PENGOBATAN HIV TB
Tabel Sel CD4 Regimen Yang Dianjurkan Keterangan
CD4 < 200/mm3 Mulai terapi TB ARV yang dianjurkan :
Mulai ARV segera setelah terapi EFV merupakan kontra indikasi bagi ibu hamil
TB dapat ditoleransi (2 minggu – EFV dapat diganti dengan :
2 bulan) • SQV/RTV 400/400 mg 2 kali/hari
• SQV/ r 1600/200 mg 4 kali/hari
• LPV/RTV 400/400 mg 2 kali/hari

CD4 200-350/mm3 Mulai terapi TB Pertimbangan ARV :


• Mulai salah satu panduan di bawah ini stelah selesai fase intensif (mulai lebih dini dan bila
penyakit berat) :
Panduan yang mengandung EFV :
(AZT atau d4T) + 3TC + EFV (600 atau 800 mg/hari) atau
• Panduan yang mengandun NVP bila panduan TB fase lanjutan tidak menggunakan
rifamfisin
(AZT atau d4T) + 3TC + NVP

CD4 >350/mm3 Mulai terapi TB (ObatTB sampai Tunda ARV. Monitor CD4. evaluasi kembali pada saat minggu ke 8 terapi TB dan setelah
selesai) terapi TB selesai

CD4 tidak mungkin Mulai terapi TB Pertimbangkan terapi ARV mulai 2-8 minggu setelah terapi TB dimulai.
diperiksa
TERAPI NON FARMAKOLOGI
• Mengatur pola makan yang baik
TB merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Pola makan yang baik dapat menunjang nutrisi
pasien sehingga dapat meningkatkan imunitas pasien, imunitas tubuh yang baik dapat menunjang perlawanan tubuh
terhadap bakteri.
• Mengatur pola hidup yang baik
Pola hidup yang baik dapat menunjang terccapainya proses pengobatan yang baik, pola hidup yang baik ini meliputi
olahraga yang teratur, tidak mengonsumsi alkohol dan tidak merokok.
• Memastikan sirkulasi udara dan cahaya yang baik bagi tempat tinggal pasien
Penularan TB terjadi melalui udara, oleh karena itu lingkungan atau tempat tinggal pasien haruslah memiliki
sirkulasi udara dan cahaya yang baik, agar dapat mengurangi penyebaran penyakit.
• Penggunaan masker baik pasien maupun orang-orang yang berada di sekitar pasien
Penggunaan masker dapat mengurangi penularan secara efektif, karena bakteri ditularkan melalui udara dari droplet
nuclei pasien yang dikeluarkan ketika pasien batuk, bersin ataupun saat berbicara.
• Dukungan psikologis dari orang-orang terdekat pasien
Adanya dukungan yang baik akan mendorong pasien untuk bersikap positif dan optimis akan proses
penyembuhannya yang relatif sangat lama.
KASUS
KASUS S O A P

 Tn “J” datang ke RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang pada tanggal 04 Oktober 2014 pukul
18:45 WIB dengan keluhan pasien mengatakan demam ± 2 bulan SMRS, demam naik
turun. Pasien juga mengatakan batuk berdahak ± 1 tahun SMRS kadang ada sesak.
K SUBJECT O A P

Nama Tn. J
Jenis Kelamin Pria
Umur 44 tahun
Berat 35 kg
Agama Kristen
Keluhan Demam ± 2 bulan SMRS, demam naik turun. Pasien juga mengatakan batuk berdahak ± 1
tahun SMRS, kadang sesak, sulit tidur, tidak nafsu makan, dan sering mual muntah.
Alamat Jl. Dsn. Suka Damai RT 04/004. Pasigi. Mempawah Hulu
Riwayat Penyakit Tuberkulosis (TB) paru hanya 2 bulan pengobatan
Riwayat sosial Pasien mengatakan pernah berganti-ganti pasangan ketika
berhubungan intim dan pasien memiliki riwayat mentato badannya
Riwayat penyakit Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
keluarga menular dan penyakit kronis lainnya.
K S Object A P
Hasil laboratorium:
Pemeriksaan Laboratorium
Golongan darah : B
HbsAg : Non-reaktif
HIV : R/Reaktif
BTA : +
K S O Assesment P

 Pada pemeriksaan sputum Pemeriksaan radiologi (toraks) untuk melihat


ada atau tidaknya bercak pada paru.
terlihat status BTA +

Pemeriksaan Hiv
(+)
K S O A Plan
Untuk terapi nya, pertama pasien
diberi terapi OAT tanpa obat ART
HIV/AIDS (anti retro virus terlebih dahulu) untuk
+ TB mengubah infeksi aktif menjadi tidak
aktif dan tidak menular lagi.
Pengobatan intensif dilakukan selama
2 bulan intensif.
K S O A Plan

• Ketidakseimbangan • Pola nafas tidak • Berikan terapi OAT


nutrisi efektif • Berikan Terapi ARV
kurang dari gangguan jalan
kebutuhan tubuh, nafas
menurunnya nafsu • Solusi : berikan oksigen
makan dan mual
muntah
• Solusi : berikam infus
Terapi OAT

• 2HRZE/4(HR)
• INH : 300 mg
• Rifampisin: 450 mg
• Pirazinamid: 500 mg
• Etambutol: 500 mg
• Vitamin B6 25 mg 1 x 1.
• S1DD1

Terapi ARV

• TDF + 3 TC (FTC)+ EFC

• TDF (Tenofovir) : 300 mg 1x1


• FTC (Emtricitabine) : 200 mg 1x1
• EFV (Efavirenz) : 90 mg 2x1
TERAPI NON FARMAKOLOGI

Dukungan
Pencegahan
psikologis dari orang
penggunaan NAPZA
terdekat

Mengatur pola
Pemberian edukasi mengenai
makan yang baik
patofisiologi dan penyebaran
infeksi HIV

Mengikuti program kesehatan


tentang kesehatan
Memakai masker
ASUHAN KEFARMASIAN
a. Pengawasan dan Kepatuhan Pasien dalam Pengobatan OAT
 Ketaatan pasien pada pengobatan TB sangat penting untuk mencapai kesembuhan,
mencegah penularan dan menghindari kasus resisten obat.
 Kesembuhan pasien dapat dicapai hanya bila pasien dan petugas pelayanan kesehatan
berkerjasama dengan baik dan didukung oleh penyedia jasa kesehatan dan masyarakat.
b. Jasa Pelayanan Kesehatan Pengawas Menelan Obat (PMO)
Fungsinya:
 Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan.
 Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur.
 Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentuka.
 Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-gejala
mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke sarana pelayanan kesehatan.
 Memberikan informasi penting kepada pasien dan keluarganya tentang TB.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai