Anda di halaman 1dari 11

Pandangan islam tentang bayi

tabung
Seputar Bayi Tabung
• Bayi tabung adalah nama salah satu teknologi
kedokteran modern yang membantu
penyelesaian masalah reproduksi pada manusia.
• Bayi tabung atau pembuahan in vitro adalah
sebuah teknik pembuahan yang sel telur (ovum)
dibuahi di luar tubuh wanita.
• Bayi tabung didapatkan dengan melalui proses
pembuahan yang dilakukan di luar rahim,
sehingga terjaidnya embrio tidak secara alamiah
melainkan dengan bantuan ilmu kedokteran
Proses teknologi bayi tabung
• sel sperma ayah dan sel telur ibu bertemu di luar tubuh
ibu. Jadi, dokter mengambil sel sperma dari ayah dan
seltelur dari ibu. Kemudian, dalam keadaan steril, sel
sperma dan sel telur tersebut dipertemukan. Biasanya,
tempat pertemuannya didalam tabung atau cawan
petri. Setelah sel sperma dan sel telur bertemu, calon
bayi pun akan terbentuk. Selanjutnya, calon bayi
dipindahkan keperut ibu. Ibu pun menjalani kehamilan
seperti ibu lain pada umumnya sampai bayi dilahirkan.
Namun, teknik bayi tabung ini biasanya adalah cara
terakhir dokter anjurkan kepada pasangan yang tidak
memiliki keturunan. Hal tersebut karena memang
teknik bayi tabung ini relatif cukup mahal biayanya
Bayi tabung dalam pandangan Islam
Hukumnya boleh bila sperma dan ovum dari
pasangan suami-istri yang sah hukumnya mubah
(boleh), sebab ini termasuk ikhtiar yang
berdasarkan kaidah-kaidah agama. Asal keadaan
suami istri yang bersangkutan benar-benar
memerlukan cara inseminasi buatan untuk
memperoleh anak, karena dengan cara
pembuahan alami, suami istri tidak berhasil
memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan kaidah
fiqih
“Hajat (kebutuhan yang sangat penting)
diperlakukan seperti dalam keadaan terpaksa.
Padahal keadaan darurat/terpaksa itu
membolehklan melakukan hal-hal yang terlarang”
• hukumnya haram bila Bayi Tabung dari sperma
yang dibekukan dari suami yang telah meninggal
dunia. berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah.
Sebab, hal ini akan menimbulkan masalah yang
pelik baik kaitannya dengan penentuan nasab
maupun dalam hal kewarisan.
• Hukumnya haram, Bayi Tabung yang sperma dan
ovumnya tdk berasal dari pasangan suami-istri
yang sah hal tersebut juga. Alasannya, statusnya
sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis
diluar pernikahan yang sah alias perzinahan.
• Bayi tabung secara eksplisit tidak terdapat di
dalam Al Qur’an dan Hadits, sehingga dalam
mengantisipasi masalah tersebut, syari’ah
islam memberikan kriteria, baik kehalalan atau
keharamannya sebagai berikut: Pelaksanaan
bayi tabung tetap dibolehkan islam sepanjang
prosesnya dapat dipertanggungjawabkan.
Meskipun sperma dan ovum yang diambi
berasal dari suami istri yang sah, kemudian
ditransfer ke dsalam rahim istrinya (bukan
yang disebut itu titipan dan sebagainya).
• Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan,
• Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. (QS. Al_Insyirah 5-6 )
• dalam surah bahwa Allah SWT telah
menjanjikan setiap kesulitan ada solusi
termasuk kesulitan dalam bereproduksi.
Dengan adanya kemajuan teknologi
kedokteran dan ilmu biologi modern yang
Allah karuniakan kepada umat manusia
supaya manusia sealu bersyukur dengan
menggunakannya sesuai kaedah ajaran-Nya.
Hukum bayi Tabung Menurut
Majelis Ulama Indonesia
• Bayi tabung dengan sperma clan ovum dari pasangan
suami isteri yang sah hukumnya mubah (boleh), sebab
hak ini termasuk ikhiar berdasarkan kaidahkaidah
agama.
• Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan
rahim isteri yang lain (misalnya dari isteri kedua
dititipkan pada isteri pertama) hukumnya haram
berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah ( ), sebab hal ini
akan menimbulkan masalah yang rumit dalam
kaitannya dengan masalah warisan (khususnya antara
anak yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai
ovum dan ibu yang mengandung kemudian
melahirkannya, dan sebaliknya).
5 hal yang membuat hukum bayi
tabung menjadi haram
• Sperma yang diambil dari pihak laki-laki
disemaikan kepada indung telur pihak wanita
yang bukan istrinya kemudian dicangkokkan ke
dalam rahim istrinya.
• Indung telur yang diambil dari pihak wanita
disemaikan kepada sperma yang diambil dari
pihak lelaki yang bukan suaminya kemudian
dicangkokkan ke dalam rahim si wanita.
• Sperma dan indung telur yang disemaikan
tersebut diambil dari sepasang suami istri,
kemudian dicangkokkan ke dalam rahim
wanita lain yang bersedia mengandung
persemaian benih mereka tersebut.
• Sperma dan indung telur yang disemaikan
berasal dari lelaki dan wanita lain kemudian
dicangkokkan ke dalam rahim si istri.
• Sperma dan indung telur yang disemaikan
tersebut diambil dari seorang suami dan
istrinya, kemudian dicangkokkan ke dalam
rahim istrinya yang lain.
• Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari
suami yang telah meninggal dunia hukumnya
haram berdasarkan kaidah Sadd a z-zari’ah ( ),
sebab hal ini akan menimbulkan masala~ yang
pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan
nasab maupun dalam kaitannya dengan hal
kewarisan.
• Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil
dari selain pasangna suami isteri yang sah
hukumnya haram, karena itu statusnya sama
dengan hubungan kelamin antar lawan jenis di
luar pernikahan yang sah (zina), dan berdasarkan
kaidah Sadd az-zari’ah ( ), yaitu untuk
menghindarkan terjadinya perbuatan zina
sesungguhnya.

Anda mungkin juga menyukai