Anda di halaman 1dari 10

Penyerahan Barang dan Jasa

 Sesuai dengan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009


Tentang Perubahan Ketigas Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah di dalam Pasal 4, pengenaan PPN dilakukan atas penyerahan dan
pemanfaatan di dalam daerah pabean dan impor dengan tarif tunggal 10%.
Sementara ekspor dicantumkan sebagai objek pajak, namun dikenakan tarif
0%. Tarif itu diatur dalam Pasal 7 UU PPN.
Penyerahan Barang Kena Pajak

Secara garis besar, semua barang yang diserahkan di dalam daerah pabean adalah
objek PPN, kecuali ditentukan lain dalam UU (bukan Barang Kena Pajak/BKP).
Berdasarkan Pasal 1A UU PPN, yang termasuk dalam pengertian BKP adalah:
 Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian
 Pengalihan BKP karena satu perjanjian sewa beli dan atau perjanjian sewa
guna usaha (leasing)
 Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang
 Pemakaian sendiri dan atau pemberian cuma-cuma atas BKP
 BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran
perusahaan
Penyerahan Barang Kena Pajak

 Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau


penyerahan BKP antarcabang.

 Penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi.

 Penyerahan BKP oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) dalam rangka perjanjian
pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah yang
penyerahannya dianggap langsung dari PKP kepada pihak yang
membutuhkan BKP
Pengecualian Penyerahan BKP

Dalam Undang-Undang PPN juga mengatur apa saja yang tidak termasuk dalam
penyerahan BKP sebagaimana diatur dalam Pasal 1A ayat 2 UU PPN, yaitu:
 Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-
undang Hukum Dagang;
 Penyerahan BKP untuk jaminan utang-piutang;
 Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan penyerahan BKP
antarcabang, dalam hal PKP tersebut telah memperoleh izin pemusatan tempat
pajak terutang;
 Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan
yang menerima pengalihan adalah PKP; dan
 BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang
masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas
perolehannya tidak dapat dikreditkan.
Penyerahan Jasa Kena Pajak

Dalam Undang-Undang PPN Pasal 4C ayat 1, menentukan bahwa


konsumsi/penyerahan jasa yang dapat dikenakan PPN adalah penyerahan jasa
kena pajak yang dilakukan di dalam daerah pabean oleh pengusaha. Penyerahan
jasa yang terutang PPN harus memenuhi syarat-syarat berikut:

 Jasa yang dikenakan merupakan JKP;

 Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean; dan

 Penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.


Penyerahan Jasa Kena Pajak

Berikut ini akan diuraikan mengenai pengenaan PPN atas beberapa jasa:

 Jasa Kustodian

 Jasa Consumer Credit, Credit Card, dan Debit Card

 Jasa Penagihan Listrik dan Telepon oleh Bank

 Jasa Angkutan dan Jasa Ekspedisi Muatan


Nota Retur Pajak
 Nota retur faktur pajak adalah sebuah dokumen yang harus disertakan ketika
terjadi pengembalian barang dari pembeli kepada penjual. Bagi PKP pembeli, nota
retur faktur pajak berfungsi untuk mengurangi pajak masukan atas Barang Kena
Pajak (BKP) yang dikembalikan

 Nota retur pajak memiliki landasan hukum berupa Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) Nomor 65/PMK.03/2010. PMK ini mengatur mengenai tata cara pengurangan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) yang
dikembalikan atau dibatalkan. Dalam SE-131/PJ/2010 dimana nota retur atas
pengembalian BKP yang faktur pajaknya tidak mencantumkan identitas pembeli,
tidak dapat dipergunakan sebagai pengurang pajak keluaran bagi PKP pembeli.

 Nota retur juga mengurangi pajak masukan dari PKP pembeli jika pajak masukan
atas BKP yang dikembalikan telah dikreditkan
Unsur-Unsur Nota Retur Pajak

Berdasarkan PMK Nomor 65/PMK.03/2010, nota retur pajak paling tidak harus
memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1. Nomor urut nota retur.
2. Nomor, kode seri dan tanggal faktur pajak dari BKP yang dikembalikan.
3. Nama, alamat dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) PKP pembeli.
4. Nama, alamat dan NPWP PKP penjual.
5. Jenis barang, jumlah harga jual BKP yang dikembalikan.
6. PPN atas BKP yang dikembalikan atau PPN dan PPnBM atas BKP yang tergolong
mewah yang dikembalikan.
7. Tanggal pembuatan nota retur.
8. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani nota retur.
Nota Retur Pada Aplikasi e-Faktur

Anda mungkin juga menyukai