Anda di halaman 1dari 25

SEJARAH

PERKEMBANGAN DAN
METODOLOGI TAFSIR
Kelompok 2

Halfira Rahmah
01
Muhammad Ajjam Arrasyid
02
Ratu Bilqis Assyfa
03
Tiara Aulia Nurlianti
04
Pembahasan
Lahirnya Tafsir Al-
Qur`an

Masa Nabi
Muhammad
Pertumbuhan dan
Masa Sahabat
Perkembangan Tafsir
Al-Qur`an
Masa Tabi`in

Masa Kini

Sejarah Metodologi
Tafsir

Perkembangan
Metode Tafsir
Presentation
Diawali dengan masa Sahabat
Rasulullah saw.
seringkali timbul Bertanya Kepada
beberapa perbedaan Rasulullah
pemahaman tentang
makna sebuah ayat.

Lahirnya Tafsirnya Al-Qur`an


Pertumbuhan dan Perkembangan Tafsir Al-Qur`ān

Tafsir selalu berkembang seiring


dengan perkembangan peradaban
dan budaya manusia dan dengan
permasalah-permasalahan yang
terus berkembang

Masa Nabi Muhammad

Masa Sahabat

Masa Tabi`in

Masa Kini
Menurut al-Suyuti, pada masanya,
Nabi merupakan penafsir tunggal dari
Al-Qur`ān yang memiliki otoritas
Perkembangan spiritual, intelektual, dan sosial. Akan
Tafsir Masa Nabi tetapi kebutuhan terhadap penafsiran
pada masa itu tidak sebesar pada
Muhammad Saw. masa-masa berikutnya.
Perkembangan Tafsir Masa Nabi Muhammad Saw.

Ciri utama penafsiran pada masa ini adalah :

1. Para penafsir adalah orang-orang yang menjadi saksi hidup pada


masa pewahyuan Nabi Muhammad saw.
2. Penafsiran umumnya disampaikan melalui lisan (oral tradition) kecuali
pada masa akhir periode ini yang telah menggunakan catatan-catatan
sederhana.
3. Selain riwayat, penafsiran disandarkan pada bahasa dan budaya Arab
yang masih digunakan dan disaksikan pada zamannya.
Perkembangan Tafsir Masa Nabi Muhammad Saw.

Bentuk-bentuk tafsir yang dilakukan Nabi :

1. Menafsirkan ayat Al-Qur`ān dengan ayat Al-Qur`ān yang lain.


2. Selain menggunakan ayat Al-Qur`ān yang lain untuk menafsirkan suatu ayat Al-Qur`ān,
Rasulullah saw juga menggunakan hadis dalam menafsirkan suatu ayat.
3. Bentuk dan karakteristik penafsiran yang dilakukan oleh Rasulullah saw tersebut sekarang kita
kenal dengan nama tafsir bi al-Ma’thur yang kehujjahannya tidak perlu dipertanyakan lagi.
Tafsir pada masa ini mulai muncul setelah
Rasulullah saw wafat.

Abdullah ibn Abbas yang wafat pada tahun 68 H,


Perkembangan adalah tokoh yang biasa dikenal senagai orang
pertama dari sahabat nabi yang menafsirkan Al-
Qur`ān setelah nabi Muhammad saw. Ia dikenal
Tafsir Pada dengan julukan “Bahrul Ulum” (Lautan Ilmu),
Habrul Ummah (Ulama’ Umat), dan Turjamanul
Masa Sahabat Qur’an (Penerjemah Al-Qur`ān ) sebagaimana
telah diriwayatkan di atas, bahwa nabi pernah
berdo’a kepada Allah agar Ibnu Abbas diberi ilmu
pengetahuan tentang ta’wil Al-Qur`ān (lafadz-
lafadz yang bersifat ta’wil dalam Al-Qur`ān )
(Syurbasyi, 1999, hal. 87).
Bentuk dan karakteristik tafsir Sahabat

Dalam menafsirkan Al-Qur`ān sahabat cenderung pada penekanan arti


lafadz yang sesuai serta menambahkan qawl (perkataan atau pendapat)
supaya ayat Al-Qur`ān mudah dipahami. Sifat tafsir pada masa-masa
pertama ialah sekedar menerangkan makna dari segi bahasa dengan
keterangan-keteranagan ringkas dan belum lagi dilakukan istimbat
hukum-hukum fiqih.
Metode Sahabat dalam menafsirkan ayat Al-Qur`ān

1. Menafsirkan Al-Qur`ān dengan Al-Qur`ān .


2. Mengambil dari tafsir Nabi yang dihafal sahabat beliau.
3. Menafsirkan dari apa yang mereka sanggupi dari ayat-ayat yang bergantung
pada kekuatan pemahaman mereka, keluasan daya mendapatkannya,
kedalaman mereka mengenai bahasa Al-Qur`ān dan rahasianya, keadaan
manusia pada waktu itu, dan adat istiadat mereka di tanah arab.
4. Mengambil masukan dari apa yang mereka dengar dari tokoh-tokoh Ahli
Kitab yang telah masuk Islam dan baik Islam mereka.
Tokoh-tokoh tafsir pada masa sahabat
As-Suyuthy dalam al-Itqan mengatakan bahwa sahabat yang terkemuka dalam bidang ilmu tafsir
ada sepuluh orang, yaitu:

1. Abu Bakar ash-Shiddiq


2. Umar al-Faruq
3. Utsman Dzun Nurain
4. Ali bin Abi Thalib
5. Abdullah ibn Mas’ud
6. Abdullah ibn Abbas
7. Ubay ibn Ka’ab
8. Zaid ibn Tsabit
9. Abu Musa al-Asy’ary, dan
10. Abdullah ibn zubair

Yang paling banyak diterima tafsirnya dari kalangan khulafa’ ialah Ali ibn Abi Thalib. Sedangkan
yang paling banyak diterima tafsirnya dari kalangan bukan khulafa’ adalah Ibnu abbas, Abdullah
ibn Mas’ud dan Ubay ibn ka’ab
Periode pertama berakhir ditandai dengan
berakhirnya generasi sahabat. Lalu dimulailah
Perkembangan periode kedua tafsir, yaitu periode tabi’in yang
belajar langsung dari sahabat. Para tabi’in selalu
Tafsir Pada mengikuti jejak gurunya yang masyhur dalam
penafsiran Al-Qur`ān , terutama mengenai ayat-

Masa Tabi’in ayat yang musykil pengertiannya bagi orang-orang


awam.
Tabi’in mengajarkan pula kepada orang-orang
yang sesudahnya yang disebut (tabi’it-tabi’in),
tabi’it-tabi’in inilah yang mula-mula menyusun
kitab-kitab tafsir secara sederhana yang mereka
kumpulkan dari perkataan-perkataan sahabat dan
tabi’in tadi
Sumber-sumber tafsir pada masa tabi’in

Muhammad Husain Adz Dzahabi berkata: Para mufassir dalam memahami Kitabullah adalah
berpegang pada:

1. Kitabullah.
2. Riwayat dari sahabat dari Rosulullah SAW.
3. Pendapat sahabat.
4. Pengambilan dari Ahlil Kitab berdasar apa yang datang didalam Kitab mereka.
5. Ijtihad dan pemahaman yang diberikan Allah SWT. kepada para tabi’in untuk mengetahui
makna Al-Qur`ān .
Penyebaran Tafsir Pada Masa Tabi’in
2. Aliran Tafsir di Madinah 3. Aliran Tafsir di Iraq

1. Aliran Tafsir di Makkah Aliran tafsir di Madinah muncul Aliran tafsir di Iraq ini
karena banyaknya sahabat yang dipelopori oleh Abdullah bin
Aliran ini berawal dari keberadaan menetap di Madinah bertadarus Mas’ud (dipandang ulama
Ibnu Abbas sebagai guru di Makkah Al-Qur`ān dan sunnah Rasul sebagai cikal bakal aliran
yang mengajarkan penafsiran Al- yang diikuti oleh para ahli ra’yi) yang memperoleh
Qur`ān kepada tabiin dengan tabiinsebagai murid sahabat- perlindungan dari Gubernur
menjelaskan hal-hal yang sahabat Nabi melalui Ubay bin Iraq, ‘Ammar bin Yasir, serta
musykil. Para tabiin tersebut Ka’ab, para tabiin banyak didukung para tabiin Iraq
kemudian meriwayatkan penafsiran menafsirkan Al-Qur`ān yang seperti: ‘Alqamah bin Qais,
Ibnu Abbas dan menambahkan kemudian disebarluaskan kepada Masruq, Aswad bin Yasir,
pemahamannya serta kemudian generasi selanjutnya sampai Murrah al-Hamdani, Amir
mentransfer kepada generasi kepada kita. Pada aliran ini telah Asy-Sya’bi, Hasan al-Bashri,
berikutnya. Sementara itun dalam hal berkembang ta’wil terhadap ayat- Qatadah bin Di’amah.
metode penafsiran , aliran ini sudah ayat Al-Qur`ān dengan kata lain Secara global, aliran ini lebih
mulai memakai dasar aqli (ra’yu). pada aliran di Madinah ini telah banyak berwarna ra’yi
timbul model penafsiran bir ra’yi. (rasional).
Karakteristik Tafsir Masa Tabi’in

1. Terkontiminasinya tafsir dimasa ini, dengan masuknya Israiliat dan Nasraniyat,


yang bertentangan dengan 'aqidah Islamiyah.
2. Tafsir pada jaman dahulu senantiasa terpelihara dengan metode talaki dan
riwayat akan tetapi pada jaman Tabi’in metode dalam periwayatannya dengan
metode globalsehingga tidak sama aseperti dijaman Rasulallah dan Sahabat.
3. Munculnya benih-benih perbedaan mazhab pada masa ini, sehingga implikasi
sebagian tafsir digunakan untuk keperluan mazhab mereka masing-
masing.sehingga tidak diragukan lagi ini akan membawa dampak bagi tafsir itu
sendiri. Seperti Hasan al-Basari telah menafsirkan Al-Qur`ān dengan
menetapkan qadar dan mengkafirkan orang yang mendustainya.
4. Banyaknya perbedaan pendapat dikalangan para Tabiin didalam masalah
tafsir.walaupun terdapat pula dijaman sahabat namun tidak begitu banyak
seperti dijaman Tabi’in.
Masa Sahabat Masa Tabi’in Masa Tabi’ Tabi’in
Al-Qur’an belum ditafsirkan secara Tafsir telah mencakup sebagian besar Tafsir telah mencakup seluruh ayat
menyeluruh. ayat al-Qur’an. al-Qur’an.

Telah banyak diwarnai perbedaan


Perbedaan pemahaman tidak Perbedaan pemahaman semakin
dan perdebatan pendapat baik
banyak terjadi. banyak.
dalam bidang teologi maupun fiqh.

Mayoritas mufassir menafsirkan al-

Merasa cukup hanya dengan Muncul penafsiran terhadap setiap Qur’an secara kata perkata agar

makna ayat secara global. ayat dan kosakata. dapat memahaminya

melalui al-Qur’an itu sendiri.

Belum terjadi perbedaan mazhab. Banyak terjadi perbedaan mazhab. Banyak terjadi perbedaan mazhab.

Tafsir sudah mulai dibukukan


Tafsir belum di bukukan. Tafsir sudah mulai di bukukan
dalam kitab-kitab kecil dan besar.

Tafsir sudah menjadi di siplin ilmu Tafsir al-Qur’an belum berdiri


Tafsir masih dalam bentuk hadis
tersendiri, meskipun masih sendiri, tetapi masih menyatu
dan riwayat.
berbentuk riwayat. dengan disipin ilmu Hadis.

Hanya sedikit dimasuki riwayat Banyak merujuk kepada riwayat Tafsir al-Qur’an telah banyak di
Pada era modern juga di tandai dengan
Perkembangan perkembangan sains dan tekhnologi yang
demikian pesat terutama yang terjadi di dunia
barat. Berkat kemajuan dunia barat, entah
Tafsir Pada langsung atau tidak langsung, setelah
perkembangan pemikiran tafsir mengalami

Masa Kini kemunduran pada era pertengahan Islam, pada


era modern ini perkembangan pemikiran tafsir
mengalami kebangkitan kembali.
Metode pemikiran tafsir modern

Pada perkembangan dewasa ini, yang merujuk pada temuan ulama


kontemporer, yang di anut sebagian pakar pemikir Al-Qur`ān misalnya al-
farmawi (Indonesia) yang di populerkan oleh M. Quraish Shihab dalam
berbagai tulisannya, adalah pemilahan metode tafsir Al Qur’an kepada empat
metode, yaitu: (1). Metode ijmali, (2). Tahlili, (3). Muqarran, (4). Maudlu’i.
Metode tafsir berdasarkan riwayah, dirayah dan isyari, di kategorikan dalam
metode klasik. Sedangkan empat metode yang berupa tahlili, ijmali, muqarran
dan maudlu’i, di tambah satu lagi yaitu metode kontekstual termasuk dalam
kategori tafsir kontemporer.
Corak pemikiran tafsir modern
Corak tafsir filologi
Corak tafsir ilmi
Amin al-khulli telah berjasa dalam
Setiap muslim memperkenalkan teori-teori
mempercayai bahwa Al- penafsiran secara sistematis. Ada
tiga kerangka yang ia lakukan, yaitu; Corak tafsir adabul ijtima’I
Qur`ān mampu
mengantisipasi pertama, seorang mufassir harus
mampu mengaitkan satu ayat Tafsir adabul jtima’i muncul
pengetahuan modern.
dengan ayat lainnya yang memiliki untuk menggugat pencapaian
Imam al-Ghazali
tema serupa. Kedua, mempelajari pemikiran tafsir klasik yang di
mempunyai peran
setiap makna kata dalam Al-Qur`ān anggap kurang mengakar
penting dalam
yang tidak hanya menggunakan pada persoalan-persoalan
memperkenalkan tafsir
kamus saja, tetap juga dengan kata- masyarakat.
ini, dalam tatanan
diskursus modern kata Al-Qur`ān sendiri yang
kemunculan tafsir ini memiliki akar kata serupa. Ketiga,
menimbulkan polemik. analisis terhadap bagaimana Al-
Qur`ān mengombinasikan kata-kata
dalam sebuah kalimat.
Beberapa tokoh pemikir tafsir modern

Di antara tafsir yang telah lahir dalam bagian pertama dari abad ke empat belas ini ialah:

1. Al Allamah Jamaluddin Al-Qasimy


2. Syekh Muhammad ‘Abduh
3. Al Allamah Thanthawy Jauhary
4. Muhammad Abdul Aziz Al Hakim.
5. Al-Ustadz Ahmad Mustafa Al-Maraghi
6. Al-Ustadz Mahmud Hijazy
7. Al-Ustadz Ahmad ‘Izzah Darwazah
8. Al-Ustadz Sayyid Qutu

Seperti halnya di Timur Tengah, di Indonesia juga telah lahir para mufassir di bidang tafsir,
di antaranya adalah:

1. Al-Ustadz Abdul Halim Hasan


2. Al-Ustadz Zainul Arifin ‘Abbas
3. Al-Ustadz Mahmud Yunus
4. Al-Ustadz Kasim Bakry
5. Al-Ustadz Ahmad Hasan
6. Teugku Hasbi As Siddiqy.
Dalam mempelajari tafsir kita sering
mendengar kata metodologi tafsir,
metotodologi tafsir berasal dari kata
Sejarah methodos yang berasal dari bahasa
yunani yang berarti cara atau jalan,
dan logos yang berarti kata atau
Metodologi pembicaraan. Lalu metode bararti
suatu cara atau jalan yang di
Tafsir tempuh untuk mencapai suatu
tujuan.
Pembagian Metode Tafsir, Kelebihan

Metode Metode
tahlili maudhu’i
Kelebihan Kelebihan
1.Menjawab tantangan zaman.
1.Ruang lingkup luas
2.Praktis dan sistematis
2.Memuat berbagai
3.Dinamis
ide
4.Membuat pemahaman menjadi
utuh

Kelebihan Kelebihan
1. Praktis dan mudah dipahami 1.Memberikan wawasan penafsiran yang
2. Bebas dari penafsiran israiliah relatif lebih luas kepada pembaca.
3. 2.Membuka pintu untuk selalu toleransi
Akrab dengan bahasa al-Qur’an 3.Berguna untuk mereka yang ingin
mengetahui pendapat tentang suatu ayat.
Metode 4.Muffasir didorong untuk mengkaji berbagai
auat dan hadis serta para mufassir yang lain.
Metode muqaran
ijmali
Pembagian Metode Tafsir, Kelemahan

Metode Muqaran
Metode ijmali
• Penafsiran dengan memakai metode ini tidak dapat diberikan
• Menjadikan petunjuk al-Qur’an bersifat parsial. kepada pemula yang baru mempelajari tafsir
• Tidak ada ruangan untuk mengemukakan • Metode ini kurang dapat diandalkan untuk menjawab
analisis yang memadai permasalahan sosial yang tumbuh di tengah masyarakat
• Metode ini terkesan lebih banyak menelusuri penafsiran-
penafsiran yang pernah dilakukan oleh para ulama daripada
mengemukakan penafsiran-penafsiran baru

Metode tahlili Metode Maudhu’i


• Menjadikan petunjuk al-Qur’an parsial • Memenggal ayat al-Qur’an
• Melahirkan penafsir subyektif • Membatasi pemahaman ayat
• Masuk pemikiran Israiliat
KESIMPULAN

Penafsiran al-Qur’an yang dibangun Rasulullah Saw.


ialah menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an dan
menafsirkan al-Qur’an dengan pemahaman beliau
sendiri yang kemudian populer dengan sebutan dengan
al-Sunnah atau al-Hadist, jika al-Qur’an bersifat murni
semata-mata wahyu Allah, baik teks/naskah lafal
ataupun maknanya, maka al-Hadist kecuali Hadis
Qudsi- pada hakikatnya merupakan hasil pemahaman
beliau dari ayat-ayat al-Qur’an. Rasulullah tidak pernah
menafsirkan hingga keluar dari batasan hingga akhirnya
cendrung tidak bermanfaat. Kebanyakan tafsir
Rasulullah merupakan penjelasan mengenai sesuatu
yang global, menerangkan perkara yang sulit,
mengkhususkan yang umum, memberikan batasan
untuk hal-hal yang muthlak, dan menjelaskan makna
kata.

Anda mungkin juga menyukai