Anda di halaman 1dari 23

Karakteristik Gaya Kepemimpinan

Nama : Hafidz Komarul Ikhsan


Nim : 210018042
Kelas : 02

Institut Teknologi Nasional Yogyakarta


Teknik mesin
2019
Gaya Kepemimpinan

01 Transformasional

02 Situasional

03 Otokrasi

04 Demokrasi

05 Partisipatif
Gaya Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional adalah jenis gaya
kepemimpinan yang mengarah ke perubahan
positif pada mereka yang mengikuti (pengikut).
Pemimpin transformasional umumnya We Create Quality
energik,
Professional PPT
antusias dan bergairah. Tidak hanya para
Presentation
pemimpin memperhatikan dan terlibat dalam
proses, mereka juga difokuskan untuk membantu
setiap anggota kelompok untuk dapat berhasil juga
(Pmcounseling, 2011).
Sejarah Kepemimpinan Transformasional
Konsep kepemimpinan transformasional awalnya diperkenalkan oleh ahli
kepemimpinan dan penulis biografi presiden James MacGregor Burns.
Menurut Burns, kepemimpinan transformasional dapat dilihat ketika para
pemimpin dan pengikut membuat satu sama lain untuk meningkatkan
moral dan motivasi Melalui kekuatan visi dan kepribadian mereka,
pemimpin transformasional mampu menginspirasi pengikutnya untuk
mengubah harapan, persepsi dan motivasi untuk bekerja menuju tujuan
bersama (Kendra, 2013).

Kemudian, peneliti Bernard M. Bass menerapkan ide Burn untuk


mengembangkan apa yang sekarang disebut sebagai Bass teori
kepemimpinan Transformasional. Menurut Bass (1994) kepemimpinan
transformasional dapat didefinisikan berdasarkan dampak yang ada
pada pengikut. Bass menyarankan kepada pemimpin transformasional
agar dapat menggalang kepercayaan, hormat dan kekaguman dari
para pengikut mereka .
Komponen Perilaku Kepemimpinan Transformasional

Kharismatik
Bahwa kharisma secara tradisional dipandang
sebagai hal yang bersifat inheren dan hanya Pengaruh Idealis
dimiliki oleh pemimpin-pemimpin kelas dunia. Para pemimpin transformasional berfungsi sebagai role
Penulisan membuktikan bahwa kharisma bisa saja model bagi pengikut. Karena pengikut percaya dan
dimiliki oleh pimpinan di level bawah dari sebuah menghormati pemimpin, mereka meniru orang ini dan
organisasi (Hartiti, 2013). internalisasi kedalam dirinya. Mereka percaya pada
filosofi bahwa seorang pemimpin dapat mempengaruhi
Konsiderasi Individu pengikutnya hanya ketika pemimpin mempraktekan
apa yang dia katakan. Para pemimpin bertindak
Dalam rangka mendorong hubungan yang sebagai role-model bagi pengikutnya (Kendra, 2013)
mendukung, pemimpin transformasional
menjaga jalur komunikasi tetap terbuka
sehingga pengikutnya merasa bebas untuk Motivasi Inspirasi
berbagi ide dan agar pemimpin dapat secara
langsung untuk mengetahui kontribusi unik Pemimpin transformasional bertindak
setiap pengikutya (Kendra, 2013). dengan cara memotivasi dan
memberikan inspirasi kepada
Stimulasi Intelektual
bawahan melalui pemberian arti dan
Melalui stimulasi intelektual, bawahan didorong untuk berpikir tantangan terhadap tugas bawahan
melalui relevansi cara, sistem nilai, kepercayaan, harapan dan (Hartiti, 2013).
didorong melakukan inovasi dalam menyelesaikan masalah,
melakukan inovasi dalam menyelesaikan masalah dan berkreasi
untuk mengembangkan kemampuan diri serta didorong untuk
menetapkan tujuan atau sasaran yang menantang.(Hartiti, 2013)..
Gaya Kepemimpinan Otokrasi
Semua kebijaksanaan ditetapkan pemimpin, sedangkan bawahan tinggal
melaksanakan tugas. Semua perintah, pemberian dan pembagian tugas
dilakukan tanpa ada konsultasi dan musyawarah dengan orang-orang
yang dipimpin. Pemimpin juga membatasi hubungan dengan stafnya
dalam situasi formal dan tidak menginginkan hubungannya yang penuh
keakraban, keintiman serta ramah tamah. Kepemimpinan otokrasi ini
mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang selalu harus
dipatuhi. Pemimpin selalu mau berperan sebagai pemain tunggal pada
“one man show”.

Tipe otokrasi ini apabila diterapkan dalam dunia


pendidikan tidak tepat karena dalam dunia
pendidikan, kritik saran dan pendapat orang lain
itu sangat perlu untuk diperhatikan dalam rangka
perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan.
S e j a r a h
Dalam hal gaya kepemimpinan, kepemimpinan
Kepemimpinan otokrasi adalah salah satu contoh kepemimpinan
yang paling sering diterapkan oleh para pemimpin di
dunia ini.
O t o k r a s i Sejarah manusia penuh dengan contoh-contoh
kepemimpinan otokrasi, tetapi mereka juga masih
relevan dan ada di dunia modern saat ini.

Kata otokrasi ini memiliki akar kata dari bahasa Yunani,


dimana kata tersebut mencerminkan kekuatan dari
sebuah kemandirian. (Auto – Cratic) Kata auto berarti
mandiri dan cratic berarti aturan.
Untuk memimpin secara otokrasi, orang Yunani berpikir
seseorang harus memimpin dengan rasa percaya diri.
Orang Yunani menggunakan istilah otokrat untuk merujuk
pada kaisar, terlepas dari apakah orang tersebut
memegang kekuasaan tersebut atau tidak.
Di Yunani Kuno, para pemimpin otokrasi berusaha membuat massa atau masyarakat senang. Salah satu
contohnya adalah seorang penguasa bernama Pisistratus yang menggunakan taktik mengambil tanah
dari orang kaya dan menyediakannya untuk para petani.
Dari contoh tersebut kita dapat melihat perbedaan penting antara kepemimpinan otokrasi dan
kediktatoran totaliter. Sementara kepemimpinan otokrasi secara historis berarti kekuatan terkonsentrasi,
pemimpin otokrasi masih membutuhkan struktur kekuasaan di sekitarnya untuk beroperasi.

Sebagai contoh, otokrasi dalam sejarah telah jatuh dengan cepat ketika subjek (pemimpin) telah
mengumpulkan dukungan yang cukup dalam mengubah sistem. Ini tergantung dari ada atau tidaknya
masukan dari bawahan dalam hal membuat keputusan.
Pemimpin adalah orang yang bertanggung jawab atas keputusan terakhir, meskipun ia mungkin telah
mendengar pendapat dari luar, dari ahli dan bahkan mempertimbangkan apa yang mungkin diinginkan
bawahan. Tetapi kekuatan akan kebijakan dan keputusan terakhir ada di tangan pemimpin.

Jika kamu memeriksa penggunaan gaya ini dalam historis kepemimpinan


otokrasi, kamu dapat melihat di mana kontrol adalah salah satu unsur yang
sangat penting untuk kelangsungan status quo dan pengambilan keputusan yang
harus diambil dengan cepat.
Oleh sebab itu, tidak heran para pemimpin suku menggunakan kepemimpinan
otokrasi, karena hal itu membantu memastikan keberhasilan suku terhadap suku-
suku lain yang bersaing.
Gaya Kepemimpinan Partisipatif
Kepemimpinan partisipatif didefinisikan sebagai
persamaan kekuatan dan sharing dalam pemecahan
masalah dengan bawahan dengan melakukan
konsultasi dengan bawahan sebelum membuat
keputusan. Kepemimpinan partisipatif berhubungan
dengan penggunaan berbagai prosedur keputusan
yang memperbolehkan pengaruh orang lain
mempengaruhi keputusan pemimpin.

Gaya kepemimpinan partisipatif lebih menekankan pada


tingginya dukungan dalam pembuatan keputusan dan
kebijakan tetapi sedikit pengarahan. Maksut dari sedikit
pengarahan disini, pemimpin tidak hanya duduk diam dan
memberikan banyak perintah, tetapi pemimpin itu sendiri
juga ikut berpartisipasi.
Menurut Burhanuddin dalam bukunya administrasi
manajemen dan kepemimpinan pendidikan,mendefinisikan
gaya kepemimpinan partisipatif sama pengertiannya dengan
kepemimpinan demokratis, yaitu seorang pemimpin
mengadakan konsultasi dengan para bawahannyamengenai
tindakan-tindakan keputusan-keputusan diusulkan atau
dikehendaki oleh pimpinan,serta berusaha memberikan
dorongan untuk turut serta aktif melaksanakan semua
keputusandan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan.

Kepemimpinan partisipatif dapat dipandang sebagai suatu jenis


perilaku yang berbeda, meskipun dapat digunakan bersama-sama
untuk melaksanakan tugas khusus dan menunjukkan perilaku
hubungan antara pemimpin dan bawahan. Sebagai contoh, berdiskusi
dengan karyawan untuk merancang sistem waktu yang fleksibel,
dapat menghasilkan perencanaan jadwal kerja yang lebih baik dan
dapat sebagai tanda perhatian pemimpin atas kebutuhan
karyawannya.
Kepemimpinan partisipatif Bersama-sama menanggung kekuasaan
(power sharing)
menyangkut baik
pendekatan kekuasaan
maupun perilaku Pemberian kekuasaan (empowering)
kepemimpinan.
Kepemimpinan,
menyangkut aspek-aspek
Proses-proses yang saling mempengaruhi
kekuasaan seperti secara timbal balik

Prosedur-prosedur spesifik yang digunakan untuk


berkonsultasi dengan orang lain, untuk memperoleh
gagasan dan saran-saran, serta perilaku spesifik
yang digunakan untuk pendelegasian kekuasaan.
Manfaat yang potensial akan diperoleh dari kepemimpinan partisipatif

Kualitas keputusan yang diambil, Peluang untuk memperoleh suatu


biasanya lebih baik, bila para peserta pengaruh terhadap sebuah keputusan,
mempunyai informasi dan pengetahuan biasanya akan meningkatkan komitmen
yang tidak dipunyai sang pemimpin dalam hal tersebut.

Bersedia untuk kerjasama dalam Kepuasan terhadap proses pengambilan


mencari suatu pemecahan yang baik, keputusan, biasanya juga lebih tinggi
untuk suatu masalah keputusan

Peluang untuk memperoleh suatu Menumbuhkan dan mengembangan


pengaruh terhadap sebuah keputusan, keahlian dalam pengambilan keputusan.
biasanya akan meningkatkan komitmen
dalam hal tersebut
Gaya Kepemimpinan Situasional
Definisi kepemimpinan situasional adalah “a leadership contingency theory
that focuses on followers readiness/maturity”. Inti dari teori kepemimpinan
situational adalah bahwa gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan
berbeda-beda, tergantung dari tingkat kesiapan para pengikutnya.
Pemahaman fundamen dari teori kepemimpinan situasional adalah tentang
tidak adanya gaya kepemimpinan yang terbaik. Kepemimpinan yang efektif
adalah bergantung pada relevansi tugas, dan hampir semua pemimpin
yang sukses selalu mengadaptasi gaya kepemimpinan yang tepat.
Teori kepemimpinan situasional atau the situational
leadership theory adalah teori kepemimpinan yang
dikembangkan oleh Paul Hersey, penulis buku Situational
Leader. Dan Ken Blanchard, pakar dan penulis The
Minute Manager, yang kemudian menulis pula buku
Management of Organizational Behavior (skarang sudah
terbit dalam edisi yang ke-9).

Teori ini pada awalnya diintrodusir sebagai “Life Cycle


Theory of Leadership”. Sampai kemudian pada
pertengahan 1970an “Life Cycle Theory of Leadership”
berganti dengan sebutan “Situational Leadership Theory“.
Di akhir 1970an dan awal 1980an, masing-masing penulis
mengembangkan teori kepemimpinannya sendiri-sendiri.
Hersey – mengembangkan Situational Leadership Model
dan Blancard – mengembangkan Situational Leadership
Model II.
4 Gaya Kepemimpinan Situasional

A Telling-Directing B Selling-coaching C Participating-supporting D Delegating


Memberitahukan, Menjual, Mengikutsertakan, Mendelegasikan,
Menunjukkan, Menjelaskan, Memberi Semangat, Pengamatan,
Memimpin, Memperjelas, Kerja Sama Mengawasi,
Menetapkan Membujuk Penyelesaian
Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis merupakan
harapan semua organisasi. Pasalnya, dalam
kepemimpinan ini, anggota pendapatnya tetap
didengar oleh pimpinan dalam menentukan
keputusan untuk organisasi atau kelompoknya.
Saat ini belum ada negara yang 100% menganut
sistem demokrasi. Hanya saja, banyak negara
yang menuju ke gaya kepemimpinan demokratis ini.
Salah satunya adalah Indonesia. Ciri khas
demokrasi yang ada di Indonesia adalah memilih
kepala negara (presiden) dan perwakilannya
sendiri melalui pemilihan umum yang dilaksanakan
setiap 5 tahun sekali.

Pemimpin dalam negara atau organisasi yang menganut


sistem demokratis biasanya menempatkan diri sebagai
koordinator dan integrator.
Artinya, pemimpin selalu mendiskusikan semua keputusan
yang akan diambil untuk organisasinya dengan
Kepemimpinan gaya demokratis juga memiliki selogan bawahannya.
‘dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat’. Artinya semua Pemimpin juga akan menempatkan diri sebagai pengawas,
keputusan itu ide atau usulannya berasal dari rakyat. pengatur, dan pengontrol. Karena semuanya dilakukan
Kemudian dilakukan oleh rakyat, dan untuk kepentingan untuk rakyat, jadi butuh satu orang yang bertugas untuk
rakyat juga
mengontrol dan mengawasi.
Menurut Sondang P. Siagian (1989, h.18) pemimpin dengan gaya
kepemimpinan demokratis memiliki karakteristik

Kemampuan pemimpin Menjunjung tinggi harkat dan


mengintegrasikan organisasi martabat bawahan.
pada peranan dan porsi yang
tepat.

Mempunyai persepsi yang Bawahan berpartisipasi dalam


holistik. pengambilan keputusan.

Menggunakan pendekatan Terbuka terhadap ide,


yang integralistik. pandangan dan saran
bawahannya

Organisasi secara Memelihara kondisi kerja yang


keseluruhan. kondusif, inovatif, dan kreatif.
Thank You
Insert the Sub Title of Your Presentation

Anda mungkin juga menyukai