Anda di halaman 1dari 29

KULTUR JARINGAN TUMBUHAN

OLEH
Rini Isromarina, M.Sc
PENDAHULUAN

KULTUR JARINGAN ADALAH BAGIAN DARI ILMU


BIOLOGI YANG MEMPELAJARI TENTANG PEMBIAKAN
JARINGAN DALAM KONDISI TERKONTROL.

Kultur jaringan/Kultur In Vitro/Tissue Culture


 Teknik mengisolasi sel, protoplasma, jaringan, dan organ
dan menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi (MEDIA)
yang mengandung zat pengatur tumbuh (ZPT) tanaman pada
kondisi aseptik sehingga bagian tersebut dapat beregenerasi
menjadi tanaman UTUH.
ISTILAH dalam mempelajari KULTUR JARINGAN

SEL  bagian terkecil dari kehidupan yang biasanya tersusun dari bagian-
bagian sel (sub seluler/ organel) sebagai berikut :
a. Dinding sel/ membran sel
b. Cytoplasma/ Cytosol
c. Nukleus
d. Mitochondria
e. Khloroplas
f. Endoplasma Retikulum dan ribosom
g. Apparatus golgi (bodygolgi)
h. Lisosome
i. Vocoule

JARINGAN, ORGAN, SISTEM ORGAN, KROMOSOM,GEN


• Dasar yang digunakan adalah Teori Sel.
• Sel merupakan satuan dasar minimum suatu jasad hidup yang
mampu melakukan perbanyakan sendiri (self duplication).
• Semua jasad (organisme) hidup terdiri dari sel yang memiliki
nukleus (inti) yang terbungkus membran atau struktur serupa
tapi tanpa membran.
• Sel-lah yang menentukan struktur maupun fungsi semua jasad
hidup, baik tingkat rendah maupun tinggi. Sel hanya terjadi
dari pembelahan sel yang ada sebelumnya, dan masing-
masing sel mempunyai sistem kehidupan sendiri.
• Sel dari suatu organisme multiseluler di manapun
letaknya, sebenarnya sama dengan sel zigot karena
berasal dari satu sel tersebut
• setiap sel berasal dari satu sel...Omni cellula cellula
• Sel mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan
(pembelahan dan pembesaran, serta diferensiasi) juga
dediferensiasi...
• Teori Totipotensi Sel (Total Genetic Potential), artinya
setiap sel memiliki potensi genetik seperti sel zigot yaitu
mampu memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi
tanaman lengkap.
• Totipotensi yaitu kemampuan setiap sel tumbuhan untuk
menjadi individu yang sempurna.
• Teori totipotensi ini dikemukakan oleh G.Heberlandt
tahun 1898. Dia adalah seorang ahli fisiologi yang
berasal dari Jerman.
• Pada tahun 1969, F.C. Steward menguji ulang teori
tersebut dengan menggunakan objek empulur wortel.
Dengan mengambil satu sel empulur wortel, F.C.
Steward bisa menumbuhkannya menjadi individu wortel.
• Pada tahun 1954, kultur jaringan dipopulerkan oleh
Muer, Hildebrandt, dan Riker
KULTUR JARINGAN PADA TANAMAN

Kultur jaringan pada tanaman dibedakan menjadi 4 golongan


berdasarkan bahan tanaman yang dipakai. Masing- masing
adalah :
kultur kallus, kultur meristem, kultur organ dan kultur sel

MANFAAT KULTUR JARINGAN


1. Untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif dan secara
cepat, terutama bagi tanaman yang sulit dibiakkan secara
vegetatif (anggrek, pisang) yang mempunyai nilai tinggi
2. Untuk pemuliaan tanaman, yaitu untuk menghasilkan jenis-
jenis tanaman baru. Tehnik ini dikenal pula sebagai genetic
engineering yaitu menyatukan dua sel yang berbeda sifatnya.

3. Untuk mempelajari fisiologi tanaman, terutama


hubungannnya dengan penyakit tanaman.

4. Untuk mempelajari biokimia tanaman, yaitu untuk


memperoleh senyawa metabolit sekunder
(nikotin,gosipol, steroid dll).
PRINSIP KULTUR JARINGAN
Prinsip kultur jaringan pada tanaman ada dua hal, masing
masing adalah :
1. Mengisolasi bagian dari tanaman dari tanaman induk.
2. Menumbuhkan dan mengembangkan bagian tanaman
tersebut pada media yang kondisinya mendorong
pertumbuhan bagian tanaman tersebut.

Kedua hal tersebut di atas dilakukan dalam kondisi steril


JENIS KULTUR JARINGAN
1. Kultur Kalus
Kalus biasanya terdiri dari dari kumpulan sel parenchym atau
parenkim yang lepas tidak berbentuk dan berasal dari sel- sel yang
sedang aktif ditanaman induk.
Faktor pendorong yang berperan dalam rpoduksi kalus adalah
hormon auksin dan sitokinin. Dengan menggunakan teknik kultur
jaringan, kalus dapat dibentuk oleh jaringan tanaman yang biasanya
tidak mampu membentuk kalus.
Bahan tanaman yang dipakai dalam kultur kalus adalah
jaringan vaskuler kambium, parenkim,perikel dari akar,
kotilidon, mesophil dan jaringan provaskuler.

Pertumbuhan kalus secara umum dalam kultur jaringan


melibatkan hubungan yang sangat komplek antara bahan
tanaman yang digunakan, komposisi media dan kondisi
lingkungan selama masa inkubasi.
2. KULTUR MERISTEM (SHOOT APEX)
Menurut Cutter ( 1965) dibedakan antara meristem pucuk
(apical meristem) dan tunas pucuk (Shoot apex). Meristem pucuk
adalah titik tumbuh, sedangkan tunas pucuk adalah titik tumbuh
ditambah beberapa daun primordia.

Kultur pucuk ini bermanfaat bila digunakan untuk


mengeliminir penyakit dari tanaman, misalnya untuk mendapatkan
tanaman yang bebas virus pada dahlia dan kentang.
Karena titik tumbuh adalah bagian yang belum
mempunyai jaringan vaskuler, sehingga virus atau penyakit
lain belum boisa ditranslokasikan di daerah tunas tersebut.

Beberapa faktor nutrisi yang berperan dalam


keberhasilan kultur meristem.
Zat hormon : Auksin. Sitokinin dan gilbberelin
Sitokinin : berperan dalam melipat gandakan
tunas.
Gibberelin : (GA3) diperlukan untuk pertumbuhan normal
dari pucuk tunas.
Kultur meristem maupun kultur pucuk bisa dilakukandalam
media padat maupun cair. Bila menggunakan media cair, bisa
juga diberi kertas saring yang dilipat seperti huruf M, dan
ujung kaki lipatas dikenakan cairan media sehingga hanya
rembesan media yang digunakan oleh bahan tanaman yang
diletakkan di ujung lipatan kertas.
3. KULTUR ANTHER DAN POLLEN

Tujuan kultur anther dan pollen adalah untuk


menghasilkan tanaman haploid dari spora yang monoploid,
mikro spora atau tepungsari yang belum masak, penting
untuk tujuan pemuliaan.

Tanaman haploid yang sudah dihasilkan kemudian


digandakan dengan colenkim atau dengan teknik regenerasi
menjadi diploid homozygote yang fertil.
4. KULTUR SEL DAN PROTOPLASMA
Kultur sel dan protoplasama biasanya disebut sebagai
kultur supensi, karena terdiri dari medium cair dan sel- sel
agregat yang didispersi, karena medianya selalu digoyang.

Selama inkubasi jumlah sel tersebut meningkat sampai


titik maksimum. Kalau sudah mencapai titik maksimum, sel-
sel tersebut tidak bertambah lagi, sehingga harus dipindah
lagi ke
media baru, dengan jumlah sel yang sama pada tiap tabung
media.
2. Ruang pembuatan Media (Ruang Basah) dilengkapi
dengan air, yaitu:
- Aqua destilator, yang lebih bagus lagi adalah aquabidest.
-Deionizer
-Stirer, shaker
-Autoclave
- Bak pencuci

3. Ruang Inokulasi (penanaman), dilengkapi dengan :


C. TEKNIK KULTUR JARINGAN
LABORATORIUM KULTUR JARINGAN
Mempunyai peranan penting dan diharapkan terdiri dari 4
ruangan yaitu :

1. Ruang bahan kimia (ruang kering) untuk menyimpan dan


penimbangan, dilengkapi dengan :
-Timbangan dengan ketelitian 5 desimal atau 0,0001 sampai 0,1 g.
- Kulkas / freezer (untuk menyimpan)
- eksikator
- LAF (Lamina Air Flow Cabinet) yaitu aliran udara steril
mengandung lampu UV
Desinfektan (Alkohol, speritus)
Directing het
- Lampu spiritus
- AC suhu 25 0C

4. Ruang Kultur (menumbuhkan), dilengkapi dengan :


AC (suhu antara 21- 250C ± 20C)
- Rak penyimpan botol yang sudah terisi inokulum.
-Explant = bahan tanaman ( sel/ jaringan)
Catatan tambahan :
Plantet = tanaman hasil
Setelah dihasilkan kemudian dilakukan aklimitasi dari botol
lalu dipindah ke tanah.
OPERASIONAL KULTUR JARINGAN TANAMAN

KOMPOSISI MEDIA
Kurang lebih terdapat 20 macam komposisi media yang
disusun oleh peneliti. Diantaranya ada 5 media yang sering
dipakai, masing- masing adalah : Murashige dan Skoog (MS),
White (W), Heller, Gembong (BSD), Schenk dan Hildebradt
(SH). Perbedaan satu dengan lainnya terletak pada jenis dan
dosis bahan yang dipakai.
INOKULASI
1. KULTUR KALUS
Hampir semua jaringan dan organ yang mengang sel- sel hidup
dapat dirangsang untuk membentuk kalus. Walaupun hasil dan
waktunya berbeda sebelum terjadi pertumbuhan yang aktif.
Sebelum diinokulasi kedalam media, bahan disterilkan dengan
sodium hipoklorit, dimasukkan ke dalam tabung yang berisi media.
Pekerjaan ini dilakukan dalam laminar Flow Cabinet, atau Tranfer
BOX yang sudah disterilkan dengan alkohol, formalin atau lampu
UV.
2. KULTUR MERISTEM
Bahan yang digunakan adalah mata tunas atau pucukbatang
dengan panjang ± 1 cm. Setelah disterilkan, permukaan bahan
tersebut diletakkan dibawah mikroskop stereo atau bonokuler
untuk diambil titik tumbuhnya atau titik tumbuh bersama beberapa
daun primordia atau pucuk sepanjang 0,5 cm.

3. KULTUR KANTONG TEPUNGSARI DAN TEPUNGSARI


Bahan yang baik didapat dari tanaman yang sehat dan dari
bunga yang sedang kuncup.
Sebelum dikultur, bahan disimpan dalam suhu 7- 80 C selama 12
hari, kemudian dicuci dalam hipoklorit dan teepol selama 10 menit.
Paling tepat apabila tepungsari dalam stadia pembelahan mitosis
lengkap yang pertama dan harus diuji dibawah mikroskop sebelum
dikulturkan.

4. KULTUR SEL DAN PROTOPLASMA


Kultur sel adalah dari kultur kalus yang masih muda ± 500 mg
dimasukkan dalam tabung erlenmeyer yang berisi medi MS ± 1 mg
1mg/ liter,1D dan sukrose yang dikocok dengan kecepatan 100
rpm pada suhu 250 C.
Kultur protoplasma bahannya diambil dari daun sehat
dan masak. Setelah disterilkan, lapisan epidermis bawah daun
dilepas dengan pinset. Pelepasan dimulai dari tengah dan
bergerak ke tepi daun. Pelepasan protoplasma dilakukan
dengan merendam bahan di dalam larutan enzim makarosim
dan kemudian diinkubasi selama 12- 18 hari pada suhu 250 C.
Setelah disaring dan dicuci dengan media MS dan monitol,
protoplasma dimasukkan dalam media MS padat.

Anda mungkin juga menyukai