Anda di halaman 1dari 29

THE DIRECTION OF THE RELATIONSHIP

BETWEEN SYMPTOMS OF INSOMNIA AND


PSYCHIATRIC DISORDERS IN ADOLESCENTS
Pasquale K. Alvaro, Rachel M. Robertsa, Jodie K. Harrisd, Oliviero Brunie
INTRODUKSI

 Remaja adalah golongan yang mudah terkena insmonia, kecemasan dan gangguan
depresi dengan tingkat sekitar 11% (Johnson et al, 2006), 15 % (Johnson et al., 2006),
6% (Costello et al., 2006)
 Adanya gejala insomnia dan gangguan psikiatri menyebabkan : penurunan kepuasan
dalam hidup, rendahnya pencapaian akademik, ide bunuh diri, kelebihan
penggunaaan tembakau, alkhol, dan obat-obatan
 Alvaro et al., 2014 & Johnson et al., 2006  menemukan hubungan yang kuat antara
gejala dan gangguan insomnia, ansietas, dan depresi
 Sebelumnya insomnia merupakan gejala sekunder dari gangguan psikiatri  Bogini
et al., 2011 menemukan bahwa insomnia pada orang dewasa sehat mengrah pada
peningkatan resiko perkembangan depresi.
 Alvaro et al, 2013 (evidence terbaik yang ada)  pada orang dewasa insomnia dan
gangguan psikiatri berhubungan dua arah antara insomnia dan psikopatologi.
 Studi untuk remaja : masih sedikit dan banyak inkonsistensi dan isu metodologi
INTRODUKSI

Penelitian kontradiktif :
- Beberapa penelitian melaporkan hubungan satu arah, di mana kecemasan
memprediksi insomnia dan insomnia memprediksi depresi (Johnson et al., 2006;
Ohayon dan Roth, 2003)
- Studi longitudinal melaporkan hubungan dua arah, di mana insomnia atau
masalah tidur generik memprediksi dan diprediksi oleh depresi, kecemasan atau
masalah kesehatan mental secara keseluruhan setelah mengendalikan pembaur
(Alvaro dkk. 2013; Roberts dan Duong, 2013; Shanahan dkk. ., 2014)
INTRODUKSI

Mekanisme hubungan dua arah yang ditemukan dalam evidence (Kaneita et al.,
2009 :
 Faktor resiko : predisposisi genetic, factor biologis, peningkatan autonomy
edukasi stressor keluarga yang secara independent berpengaruh pada
perkembangan dan onset insomnia, cemas dan depresi.
 Masalah tidur dan gejala psikopatologi yang merupakan turunan dari gangguan
yang serupa
 Gejala dan gangguan insomnia dan gangguan psikiatri bersifst independent tetapi
secara langsung berhubungan dengan perkembangan satu sama lain
INTRODUKSI

 Penelitian sebelumnya belum memperhitungkan chronotype


 Penelitian ini adalah upaya pertama untuk menilai arah hubungan antara gejala
insomnia dan gangguan kejiwaan yang berbeda menggunakan variabel kontinyu,
dan setelah mengendalikan chronotype (dan variabel pengganggu lainnya) pada
remaja.
METODE

 -PESERTA-

 318 siswa sekolah menengah Australia Selatan berusia 12–18 tahun (M = 14,96,
SD = 1,34) dari delapan sekolah menengah atas secara sukarela berpartisipasi
dalam studi pada awal studi.

 255 menyelesaikan penelitian dengan mengembalikan kuesioner pada tindak


lanjut  140 laki-laki dan 115 perempuan (68 siswa berada di kelas 8, 39 di kelas
9, 76 di kelas 10, 29 di kelas 11 dan 42 di kelas 12)
METODE

-MEASURE-

Kuesioner demografi berisi item tentang :


 riwayat pribadi psikiatri dan masalah tidur,
 riwayat medis,
 pengobatan untuk masalah kejiwaan, tidur atau medis, penyakit kronis, alkohol
 penggunaan narkoba lainnya;
 durasi tidur, variabilitas dan kecukupan (didefinisikan sebagai seberapa sering
remaja mengira mereka memiliki tidur yang cukup); dan total waktu tidur pada
acara malam hari dan akhir pekan.
METODE

 Data awal dikumpulkan dari Mei 2012 hingga Agustus 2012, sementara data
tindak lanjut dikumpulkan dari Oktober 2012 hingga Februari 2013 tindak lanjut
rentang 5-7 bulan

 Gejala Insomnia : The Insomnia Severity Index (ISI)


 Chronotipe : The Morningness-Eveningness Scale
 Gejala gangguan kejiwaan : Kecemasan Anak dan Depresi Skala Revisi (RCADS)
METODE

-ANALISIS STATISTIK-

 Statistik deskriptif pada awal dan tindak lanjut diuji melalui sampel t-tes. Nilai r
Pearson dihitung untuk menilai korelasi antara baseline dan variabel follow-up.
 Analisis regresi hierarkis dilakukan per hubungan gejala gangguan insomnia /
psikiatri yang dibagi dalam dua model
HASIL

 Sekitar 27% dan 25% dari peserta melaporkan masalah kejiwaan / tidur
sebelumnya pada awal dan tindak lanjut, masing-masing.
 Sekitar 9,45% dan 12,20% dari peserta melaporkan konsumsi alkohol dalam dua
minggu terakhir pada awal dan tindak lanjut, sementara penggunaan narkoba
terlarang dilaporkan pada 1,18% peserta pada awal dan tindak lanjut
 Sekitar 45% dan 41% siswa melaporkan memiliki terlalu sedikit tidur pada awal
dan tindak lanjut.
 Tidak pernah / jarang mendapatkan tidur yang cukup dilaporkan sebesar 17,31%
dan 15,74% pada awal dan tindak lanjut.
 Sekitar 1% melaporkan terlalu banyak tidur pada awal dan tindak lanjut
Hasil penelitian serupa dengan penelitian sebelumnya dengan menggunakan quisioner
yang sama (Chung et al,. 2011)
Analisis regresi longitudinal hirarki :
DISKUSI

 Longitudinal study (Alvaro et al., 2013; Gregory et al., 2009)  gangguan tidur
dapat memprediksi dan menyebabkan gejala dan gangguan depresi dan ansietas
 Model 1 : insomnia meprediksi dan dapat diprediksi oleh gejala tiap gangguan
psikiatri dengan pengontrolan usia, gender dan kronotipe & bersifat dua arah
(Mendukung hipotesis 1)
 Hasil similar dengan penelitian sebelumnya (Alvaro et al., 2013; Roberts dan
Duong 2013)  gejala insomnia menjadi factor resiko untuk perkembangan gejala
depresi dan sebaliknya dan mensupport mekanisme ketiga
 Model 2 : gejala insomnia tidak berkaitan dengan GAD dan PD dan tidak
mempengaruhi perkembangan satu sama lain. Merupakan hasil dari factor resiko
umum seperti ansietas berlebihan, affect negative, dan hyperarousal psiological.
LIMITASI

 Gejala insomnia, depresi dan gangguan kecemasan dinilai dengan kuesioner


laporan diri daripada penilaian klinis standar emas gangguan DSM, ukuran
objektif dari parameter tidur atau buku harian tidur yang prospektif.
KESIMPULAN

 Gejala gangguan insomnia dan psikopatologi yang signifikan secara klinis adalah
lazim pada remaja
 Gejala gangguan insomnia adalah berhubungan dua arah terkait dengan gejala
depresi independen dari gejala awal, dan searah terkait dengan gejala OCD dan
SP di mana OCD dan SP merupakan faktor risiko independen dari perkembangan
gejala insomnia.
 Hubungan antara gejala gangguan insomnia dan psikopatologi adalah kompleks,
dengan gangguan mood dan kecemasan meningkatkan risiko untuk gejala
insomnia dan sebaliknya pada remaja bahkan ketika mengendalikan chronotype
dan faktor kunci lainnya.
CRITICAL APPRAISAL

Did the study address a clearly focused issue?

This study assessed the direction of the relationship


between symptoms of insomnia disorder, depression,
various anxiety disorders and obsessive compulsive
disorder (OCD) in adolescents after controlling for age,
gender, chronotype, and outcome variable at baseline.
CRITICAL APPRAISAL

Was the study recruited in an acceptable way?

Three-hundred and eighteen South Australian secondary


school students aged 12–18 (M=14.96, SD=1.34) from
eight high schools volunteered to participate in the study
at baseline.
CRITICAL APPRAISAL

Was the exposure accurately measured to minimise bias ?


Was the outcome accurately measured to minimise bias?
The demographic questionnaire contained items about personal history of psychiatric and sleep problems,
medical history, treatment for psychiatric, sleep or medical problems, chronic illnesses, alcohol and other drug
use; sleep duration, variability and sufficiency (defined as how often the adolescent thought they had sufficient
sleep); and total sleep time on weeknights and weekends. The questionnaire also contained measures of
insomnia, chronotype, depression and subtypes of anxiety.
The Insomnia Severity Index (ISI) was used to assess the severity of symptoms and
consequences of insomnia based on the DSM-IV.
The Morningness-Eveningness Scale (MES) was used to assess chronotype
The Revised Child Anxiety and Depression Scale (RCADS) was used to assess symptoms of
corresponds to the DSM-IV diagnostic criteria for MDD, GAD, PD, SAD, OCD and SP.
CRITICAL APPRAISAL

Have the authors identified all important confounding factors ?

This study is the first attempt to assess the direction of the


relationship between symptoms of insomnia and different
psychiatric disorders using continuous variables, and
after controlling chronotype (and other confounding
variables) in adolescents, adjusted for age, gender and
chronotype
CRITICAL APPRAISAL

Have they taken account of the confounding factors in the


design and/or analysis?

Two hierarchical regression analyses were conducted per


insomnia/ psychiatric disorder symptom relationship
CRITICAL APPRAISAL

Was the follow up of subjects complete enough?


Missing data at follow-up were very low (below 3% for measures of depression, anxiety subtype and
chronotype, and 6.6% for the insomnia measure) and were random. Therefore, on the recommendation
of Tabachnick and Fidell (2007), all available data were used in the analyses.

there was a significant difference in mean severity of panic disorder symptoms [t(313)=3.21, p<.01]
between adolescents who dropped out (M=5.20, SD=5.36) and those who completed the study (M=3.89,
SD=3.61)

the symptoms of PD in those who dropped out were only marginally more severe than those who
completed the study
CRITICAL APPRAISAL

Was the follow up of subjects long enough ?

An approximate 6 month follow-up was chosen as


potential confounders such as schools, classrooms,
friends and lifestyle (e.g., driving and dating) is more
likely to remain constant
CRITICAL APPRAISAL

What are the results of this study?


Symptoms of insomnia disorder are bidirectionally related to depressive symptoms independent from baseline
symptoms, and unidirectionally related to symptoms of OCD and SP where OCD and SP are independent risk-
factors of the development of insomnia symptoms

Sekitar 27% dan 25% dari peserta melaporkan masalah kejiwaan / tidur sebelumnya pada awal dan tindak
lanjut, masing-masing.
Sekitar 9,45% dan 12,20% dari peserta melaporkan konsumsi alkohol dalam dua minggu terakhir pada awal dan
tindak lanjut, sementara penggunaan narkoba terlarang dilaporkan pada 1,18% peserta pada awal dan tindak
lanjut
Sekitar 45% dan 41% siswa melaporkan memiliki terlalu sedikit tidur pada awal dan tindak lanjut.
Tidak pernah / jarang mendapatkan tidur yang cukup dilaporkan sebesar 17,31% dan 15,74% pada awal dan
tindak lanjut.
Sekitar 1% melaporkan terlalu banyak tidur pada awal dan tindak lanjut
CRITICAL APPRAISAL

How precise are the results ?


95% confidence intervals were calculated.

Do you believe the results?


The MES has good reliability and validity. An
approximate 6 month follow-up was chosen as potential
confounders
CRITICAL APPRAISAL

Can the results be applied to the local population?


clinically significant symptoms of insomnia disorder and
psychopathology are prevalent in adolescents. The
relationship between symptoms of insomnia disorder and
psychopathology is complex, with mood and anxiety
disturbance increasing the risk for insomnia symptoms
and vice-versa in adolescents even when controlling for
chronotype and other key factors.
CRITICAL APPRAISAL

Do the results of this study fit with other available evidence?

Similar to previous research (Alvaro et al., 2013; Roberts


and Duong, 2013), symptoms of insomnia predicted and
were predicted by symptoms of depression after outcome
variables were controlled at baseline
CRITICAL APPRAISAL

What are the implications of this study for practice?

These results highlight the importance of early treatment


of mental health and sleep symptoms in adolescence, and
also the potential for treatments to be more
comprehensive and effective by addressing comorbid
symptoms, underlying mechanisms and reducing
vulnerability to future symptoms or disorder.

Anda mungkin juga menyukai