0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
11 tayangan14 halaman
Perang Diponegoro adalah perang besar yang terjadi selama 5 tahun antara pemerintahan Hindia Belanda melawan Pangeran Diponegoro karena ketidakpuasan rakyat dan bangsawan terhadap kekuasaan kolonial Belanda.
Perang Diponegoro adalah perang besar yang terjadi selama 5 tahun antara pemerintahan Hindia Belanda melawan Pangeran Diponegoro karena ketidakpuasan rakyat dan bangsawan terhadap kekuasaan kolonial Belanda.
Perang Diponegoro adalah perang besar yang terjadi selama 5 tahun antara pemerintahan Hindia Belanda melawan Pangeran Diponegoro karena ketidakpuasan rakyat dan bangsawan terhadap kekuasaan kolonial Belanda.
Andini Veronica Sekar Virgy Winda Windy Yesha Yogi Zahra Perang Diponegoro adalah perang besar yang terjadi selama 5 tahun yaitu pada tahun 1825 sampai 1830 di pulau Jawa, Hindia Belanda.
Sebab-sebab umum yang membuat terjadinya perlawanan Diponegoro , ialah:
1. Timbulnya rasa kekecewaan di kalangan para ulama
2. Wilayah kesultanan Mataram yang semakin sempit. 3. Belanda ikut campur tangan dalam masalah kesultanan 4. Bangsawan merasa kecewa karena Belanda tidak mau mengikuti adat istiadat dari keraton 5. Kekecewaannya para bangsawan kepada Belanda 6. Kehidupan rakyat yang semakin menderita
Sebab Khusus Perlawanan Diponegoro :
provokasi yang dilakukan oleh pihak Belanda untuk merencanakan pembuatan jalan menerobos tanah pangeran Diponegoro dan juga membongkar makam keramat. STRATEGI PERANG DIPINEGORO Benteng Stelsel atau Aturan Bentengmerupakan sebuah strategi perang yang diterapkan oleh Belanda untuk mengalahkan musuh-musuhnya. Siasat perang ini dicetuskan oleh Jenderal de Kock,kemudian diterapkan pada Perang Diponegoro dan atas kemenangan Belanda dalam perang tersebut, strategi ini kembali digunakan dalam Perang Padri
Dalam Perang Diponegoro, pada tahun 1827 strategi ini mulai
diterapkan,untuk dapat mempersempit kedudukan Pangeran Diponegoro, maka dibangun benteng diSemarang, kemudian Ambarawa, Muntilan, Kulon Progo, dan Magelang. Penerapan dari taktik ini kemudian menghasilkan sekitar 165 benteng baru yang tersebar di Jawa Tengah,Yogyakarta dan Jawa Timur. Banyaknya benteng baru yang dibangun Belanda dalam perang ini tidak lepas dari taktik gerilya yang diterapkan oleh Pangeran Diponegoro serta posisi komandonya yang selalu berpindah tempat. Tokoh-Tokoh Perang Diponegoro Pangeran Diponegoro Ratu Ageng merupakan ibu tiri dari pangeran Diponegoro, yang lebih pro terhadap belanda Kyai Maja pemimpin spiritual pemberontakan yangmembantu pangeran Diponegoro. I.S.K.S. Pakubowono VI membantu dan mndukung pangeran diponegoro. Raden Tumenggung Sentot Alibasyah Prawirodigdoyo Bupati Gagatan yang merupakan panglima utama dalam peperangan dan memberi dukungan kepada pangeran diponegoro, yang pada akhirnya menyerahkan diri kepada belanda setelah kyai mojo dan pangeran mangkubumi ditangkap. AKHIR PERANG DIPONEGORO
Pangeran Diponegoro menyatakan bersedia menyerah dengan syarat
yaitu sisa anggota laskarnya harus segera dilepaskan. Lalu pangeran diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Manado lalu dipindahkan ke Makasar dan wafat di Benteng Rotterdam tanggal 8 Januari 1855 Dampak di Bidang Politik Daendels atau Raffle sudah meletakkan dasar pemerintahan yang modern. Para Bupati dijadikan pegawai negeri dan digaji, padahal menurut adat istiadat kedudukan bupati adalah turun temurun dan mendapat upeti dari rakyat. Bupati dijadikan alat kekuasaan pemerintah kolonial. Pamong praja yang dahulu berdasarkan garis keturunan sekarang menjadi sistem kepegawaian. Jawa dijadikan tempat pusat pemerintahan dan membaginya menjadi wilayah perfektuf. Dahulu hukum yang digunakan yaitu hukum adat dan kemudian diubah menjadi hukum barat modern. Belanda dan Inggris melakukan intervensi terhadap persoalan kerajaan, contohnya tentang pergantian tahta kerajaan sehingga imperialis mendominasi politik di Indonesia. Yang mengakibatkan peranan elite kerajaan berkurang dalam politik, dan kekuasaan pribumi bahkan bisa runtuh. Dampak di Bidang Ekonomi
Perkebunan di Jawa terus berkembang tetapi di Sumatra mengalami sulit untuk
mendapat tenaga kerja sehingga dilakukan progam transmigrasi Eksploitasi ekonomi dan monopoli dagang VOC menyebabkan perdagangan nusantara mundur di kancah internasional. Peran syahbandar diganti oleh pejabat Belanda Kolonialisme dan Imperialisme mengakibatkan belanda membuka tambang minyak bumi di Tarakan Kalimantan Timur Belanda membangun rel kereta api dengan tujuan memperlancar perdagangan Liberalisme ekonomi Kebijakan tanam paksa sampai sistem ekonomi liberal membuat Indonesia dijadikan sebagai penghasil bahan mentah. Bangsa Belanda sebagai eksportir, dan sebagai perantara yaitu orang timur asing terutama China dan Bangsa Indonesia hanya sebagai pengecer. Sehingga Indonesia tidak mempunyai jiwa wiraswasta. Pengusaha pribumi dengan modal kecil kalah bersaing dengan pedagang besar karena pintu politik terbuka Diperkenalkannya sistem sewa tanah, terjadi perubahan dari sistem ekonomi barang ke sistem ekonomi uang yang menyebar juga di kalangan petani Belanda membangun waduk, jalan raya, irigasi, jalan kereta api, dan pelabuhan untuk mendukung progam penanaman modal di Indonesia dengan sistem kerja paksa atau kerja rodi. Bidang Sosial
• Terciptanya kasta dalam masyarakat, dengan bangsa Eropa dianggap
sebagai yang tertinggi, disusul oleh Asia, Timur Jauh, serta pribumi • Terjadinya penindasan dan pemerasan secara kejam. Tradisi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, seperti upacara dan tata cara yang berlaku dalam lingkungan istana menjadi sangat sederhana, bahkan cenderung dihilangkan. Tradisi tersebut secara perlahan-lahan digantikan oleh tradisi pemerintah belanda. • Daerah Indonesia saat itu masih banyak bergantung pada aktivitas di tepi laut sehingga perubahan aktivitas perdagangan berdampak pada kehidupan di pedalaman. Kemunduran perdagangan di laut secara tak langsung menimbulkan budaya feodalisme di pedalaman. Di bawah prinsip feodalisme, rakyat pribumi dipaksa untuk tunduk/patuh pada tuan tanah Barat/Timur Asing. • Masuknya agama Katolik dan Protestan. Bidang Budaya
• Tindakan pemerintah Belanda untuk menghapus
kedudukan menurut adat penguasa pribumi dan menjadikan mereka pegawai pemerintah, meruntuhkan kewibawaan tradisional penguasa pribumi. • Upacara dan tata cara yang berlaku di istana kerajaan juga disederhanakan dengan demikian ikatan tradisi dalam kehidupan pribumi menjadi lemah. • Dengan merosotnya peranan politik maka para elite politik baik raja maupun bangsawan mengalihkan perhatiannya ke bidang seni budaya. • Birokrat menggunakan bahasa belanda sebagai simbol status mereka