KELOMPOK 1 :
■ Seorang anak perempuan berusia 12 tahun dating ke IGD Rumah Sakit Kusuma
dengan keluhan pucat seluruh badan. Keluhan di sertai lemas, lesu, tidak mau
makan, dan tidak mau minum susu. Pada pemeriksaan vital sign dalam batas
normal. BB 10 kg, dan TB 10 cm. Dari pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva
palpebra pucat, tidak ikterus, dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hemoglobin 6 gr/dl, leukosit
10000/mm3, trombosit 200.000/mm3, MCV=76, MCH=25, MCHC=30, dan
RDW=15%,
PICOT Jurnal Penelitian
Penulis ,
Judul Populasi Intervensi Hasil
Tahun
Dian Ayu Z, Pengaruh Remaja putri usia 12 – Pemberian suplementasi Terjadi penurunan kadar sTfR
2015 suplementasi glisin 18 tahun, Hb < 12 mg/dl, glisin pada kelompok perlakuan
terhadap kadar sTfR > 18,4 nmol/L. 6,923±10,13 yang berbeda secara
serum transferrin bermakna dengan kadar sTfR
receptor (stfr) dan kelompok kontrol 0,809±9,076
kadar hemoglobin (p=0,008). Terjadi peningkatan
(hb) kadar Hb pada kelompok
perlakuan 0,79±1,15 yang
berbeda secara bermakna dengan
peningkatan kadar Hb kelompok
kontrol 0,22±0,48 (p=0,03).
Pembahasan Jurnal Penelitian
■ Remaja putri usia 12 – 18 tahun, Hb < 12 mg/dl, sTfR > 18,4 nmol/L, menjadi
responden dalam penelitian. Hasil penelitian dalam jurnal menunjukkan bahwa
pemberian suplementasi glisin memberikan hasil yang signifikan terhadap
penurunan kadar sTfR pada remaja putri yang ADB. Hasil ini menunjukkan bahwa
pemberian suplementasi glisin dapat menurunkan kadar sTfR pada remaja putri
anemia defisiensi besi yang disuplementasi besi, dan suplementasi glisin dapat
meningkatkan kadar Hb pada remaja putri anemia defisiensi besi yang
disuplementasi besi.