Anda di halaman 1dari 21

FARMAKOKINETIK

Dr. Halia Wanadiatri


FK UNIZAR
 Farmakokinetik = mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh (absorpsi,
distribusi, metabolisme, eksresi)

 Farmakodinamika menentukan bagian konsentrasi-efek dari interaksi


tersebut, sementara farmakokinetika menentukan bagian dosis-
konsentrasi (holford & Sheiner, 1981)
 3 proses primer farmakokinetika:
 Absorpsi (penyerapan)
 Distribusi (penyebaran)
 Eliminasi (pengeluaran)
 ADME (absorbsi, Distribusi, Biotransformasi (Metabolisme) dan Eksresi
 2 parameter dasar  klirens (clearance) {ukuran kemampuan tubuh untuk
mengeluarkan obat} dan volume distribusi {ukuran ruang/kompartemen di
tubuh yang tersedia untuk menampung obat}
 Volume distribusi (V)
 Menghubungkan jumlah obat dalam tubuh dengan konsentrasi obat (C)dalam darah
atau plasma
 V = jumlah obat dalam tubuh / C

 Klirens
 Klirens suatu obat adalah faktor yang memperkirakan laju eliminasi dalam
hubungannya dengan konsnetrasi obat.
 CL = laju eliminasi / C
Dosis obat
yang diberikan

Penyerapan

Konsentrasi obat Distribusi Obat di jaringan


dalam sirkulasi Farmakokinetika
distribusi
sistemik
Eliminasi

Obat dimetabolisme atau


dieksresi
Konsentrasi obat
di tempatnya
bekerja

Efek farmakologik
Farmakodinamika
Respon klinis

Toksisitas Efektivitas
ABSORBSI OBAT

 Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tubuh,
melalui jalurnya hingga masuk ke dalam sirkulasi sistemik
 Absorbsi merupakan transfer obat melintasi membran. 3 tipe membran:
 Membran kulit
 Membran epitel usus
 Membran sel tunggal
 Absorbsi dipengaruhi oleh faktor:
 Kelarutan obat
 Kemampuan difusi melintasi sel membran
 Konsentrasi obat
 Sirkulasi pada letak absorbsi
 Luas permukaan kontak obat
 Bentuk obat
 Rute pemakaian obat
 Pada level seluler, obat diabsorpsi melalui beberapa metode, terutama
transport aktif dan transport pasif.
 Transport pasif
 Tidak memerlukan energi. Proses difusi obat berpindah dari daerah dengan
kadar konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah.
 Terjadi selama molekul-molekul kecil dapat berdifusi sepanjang membran dan
berhenti bila konsentrasi pada ke dua sisi membran seimbang.
 Transport aktif
 Membutuhkan energi untuk menggerakkan obat dari daerah dengan
konsentrasi obat rendah ke daerah konsentrasi obat tinggi.
 Pinositosis adalah bentuk transfer aktif yang unik, dimana sel “menelan”
partikel obat. Biasanya terjadi pada obat-obat larut lemak (vit A,D,E,K)
 Laju absorpsi ditentukan oleh tempat pemberian dan formulasi obat. Baik
laju absorpsi maupun tingkat asupan dapat memengaruhi efektifitas klinis
suatu obat.
BIOAVAIBILITAS (Ketersediaan Hayati)

 Fraksi/bagian dari obat yang belum berubah dan mencapai sirkulasi


sistemik setelah pemberian melalui rute apapun.
 Faktor yang mempengaruhi biovabilitas:
 First-pass metabolisme hepar (metabolisme lintas pertama hepar)
 Absorpsi
 Solubilitas obat
 Ketidakstabilan kimiawi
 Formulasi obat
Rute Ketersediaan hayati (%) Karakteristik
Intravena (IV) 100 (berdasarkan definisi) Awitan paling cepat
Intramuskulus (IM) 75 sampai ≤ 100 Volume besar sering dapat
diberikan; mungkin
menyebabkan nyeri
Subkutis (SC) 75 sampai ≤ 100 Volume lebih kecil dari IM;
mungkin menyebabkan
nyeri
Oral (PO) 5 sampai < 100 Paling mudah; efek first-
pass mungkin signifikan
Rektum (PR) 30 sampai < 100 Efek first-pass lebih keci
daripada PO
Inhalasi 5 sampai < 100 Awitan sering sangat
cepat
Transdermis 80 sampai ≤ 100 Penyerapan biasanya
sangat lambat; digunakan
karena tidak adanya efek
first-pass; lama kerja
memanjang.
DISTRIBUSI OBAT

 Proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke jaringan dan cairan tubuh.
 Distribusi obat yang telah di absorpsi tergantung beberapa faktor:
 Aliran darah
 Permeabilitas kapiler
 Ikatan protein
PENGIKATAN OBAT PADA PROTEIN
PLASMA
 Obat beredar diseluruh tubuh  berkontak dengan protein  dapat
terikat atau bebas.
 Obat yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat bekerja.
 Obat bebas yang dapat memberikan efek.
 Obat dikatakan berikatan dengan protein tinggi bila > 80% obat terikat
protein.
METABOLISME/BIOTRANSFORMASI OBAT

 Proses tubuh merubah komposisi obat sehingga menjadi lebih larut air
untuk dapat dibuang keluar tubuh.
 Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:
 Menjadi metabolit inaktif kemudian diekresikan.
 Menjadi metabolit aktif  memiliki kerja farmakologi sendiri  bisa di
metabolisme lanjutan.
 Fase I  mengubah obat induk menjadi metabolit yang lebih polar
dengan memperkenalkan atau memunculkan suatu gugus fungsional (-
OH, -NH2, -SH). Metabolit ini sering inaktif.
 Jika cukup polar, fase I mudah dieksresikan. Namun banyak produk fase I tidak
dieliminasi dengan cepat dan mengalami reaksi berikutnya dengan substrat
endogen.
 Fase II ciri utama yaitu reaksi konjugat atau sintetik.
 Ex substrat endogen: asam glukoronat, asam sulfur, asam asetat, atau asam
amino berikatan dengan gugus fungsional yang baru untuk membentuk
konjugat yang sangat polar.
PENYERAPAN METABOLISME ELIMINASI

Fase I Fase II

Obat Konjugat

Metabolit obat dengan Konjugat


modifikasi aktivitas

Obat
Metabolit obat yang Konjugat
inaktif

Obat

Lipofilik Hidrofilik
 Eliminasi first-pass
 Setelah diserap menembus dinding usus, obat akan disalurkan oleh darah porta
ke hati sebelum masuk ke sirkulasi sistemik
 Hati >>> metabolisme
 Efek eleminasi first-pass di hati pada bioavabilitas dinyatakan sebagai rasio
ekstraksi (extraction ratio, ER)
EKSRESI

 Eliminasi/pembuangan obat dari tubuh.


 >> ginjal  urin.
 Paru-paru, eksokrin (keringat, ludah, payudara), kulit dan traktus intestinal.
WAKTU PARUH ( T ½ )

 Waktu paruh ( T ½ ) adalah waktu yang diperlukan untuk mengubah


jumlah obat dalam tubuh menjadi separuhnya sewaktu eliminasi (atau
selama infus konstan)
 Perubahan waktu paruh tidak selalu mencerminkan perubahan eliminasi
obat.
 Faktor yang mempengaruhi waktu paruh yaitu absorpsi, metabolisme, dan
eksresi.
 Penting diketahui untuk menetapkan seberapa sering obat harus diberikan.
Onset, Puncak, dan Durasi

 Onset: waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa kerjanya. Sangat
tergantung pada rute pemberian dan farmakokinetik obat.

 Puncak: setelah tubuh menyerap semakin banyak obat maka


konsentrasinya di dalam tubuh semakin meningkat.

 Durasi : lama obat menghasilkan suatu efek terapi.


Perjalanan waktu efek obat

 Efek segera. Efek obat berkaitan langsung dengan konsentrasi plasma,


tetapi hal ini tidak selalu berarti bahwa efek sekedar seiring dengan
perjalanan waktu konsentrasi. Karena hubungan antara konsentrasi obat
dan efek tidaklah linier.
 Efek lambat (delayed effects). perubahan efek obat terlambat dalam
kaitannya degan perubahan konsentrasi plasma.
 Faktor distribusi
 Lambatnya pergantian/perputaran bahan fisiologik yang berpern dalam
ekspresi efek obat.
 Efek kumulatif.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai