Anda di halaman 1dari 22

TUTORIAL 1

SIFANI ANGGIANI (314118014)


Studi Case 1

Pada tanggal 1 Oktober 2019 seorang remaja datang ditemani


ibunya datang ke bidan, usia 15 tahun mengeluh nyeri perut saat
haid/ dismenorhoe dan sering merasa sedih ketika temannya
menyebutnya sangat kurus. Hasil anamnesa : remaja tersebut
memiliki kebiasaan konsumsi makanan instan dan haid dirasakan
belum teratur. Bidan melakukan anamnesa lanjutan
Studi Case 2

Hasil anamnesa lanjutan: Riwayat penyakit sekarang tidak ada,


riwayat penyakit dahulu tidak ada, riwayat penyakit keluarga
tidak ada.
Hasil pemeriksaan fisik: TD: 90/60 mmHg, Nadi: 70x/m, R:14x/m,
S:37,4C. Hasil Z-Score:-2 SD. Kepala: conjungtiva anemis,sclera
tidak ikterik,menggunakan kacamata, fungsi penciuman normal,
bibir tidak terdapat sianosis, gigi terdapat karies, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid dan limfe. Pemeriksaan dada normal,
pemeriksaan abdomen: nyeri tekan(+), px genital normal, warna
darah haid normal, pemeriksaan kulit dan kuku normal, anus tidak
hemoroid. Setelah dilakukan asuhan pada remaja tersebut lalu
bidan memberikan konseling.
Learning Objective
1. Fisiologi Dismenorhoe
2. Gizi yang baik pada remaja
3. Keterkaitan antara gizi dan dismenorhoe
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram
rahim yang terjadi selama haid. Rasa nyeri timbul
bersamaan dengan permulaan haid dan berlangsung
beberapa jam hingga beberapa hari hingga mencapai
puncak nyeri.
Dismenore terbagi menjadi dismenore primer dan sekunder:
Dismenore primer adalah nyeri pada saat menstruasi yang timbul
tanpa ditemukan adanya kelainan patologi pada panggul. Dismenore
primer berhubungan dengan siklus ovulasi dan disebabkan oleh
kontraksi miometrium sehingga terjadi iskemia akibat adanya
prostaglandin yang diproduksi oleh endometrium pada fase sekresi.
Dismenore seringkali disertai dengan keluhan mual, muntah, nyeri
kepala, atau diare yang diduga timbul karena prostaglandin.
Dismenore sekunder merupakan nyeri haid yang didasari dengan
kondisi patologis seperti ditemukannya endometriosis atau kista
ovarium. Onset awal dismenore primer biasanya terjadi dalam waktu
6 sampai 12 bulan setelah menarke dengan durasi nyeri umumnya 8
sampai 72 jam, dismenore sekunder disebabkan adanya masalah
patologis di rongga panggul.
Patofisiologi
Leukotrien sebagai pemicu terjadinya dismenore primer
mempengaruhi melalui beberapa cara. Leukotriene bereaksi pada
serabut saraf serta otot polos. Menurut Anindita (2010:17)
peran leukotrien dalam terjadinya dismenore primer adalah
meningkatkan sensitivitas serabut saraf nyeri uterus, dan berperan
dalam penyusutan atau penciutan otot polos saat terjadinya
peradangan, sehingga terjadilah nyeri pada saat menstruasi.
Faktor stres ini dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri.
Pada saat stres, tubuh akan memproduksi hormon estrogen dan
prostaglandin berlebih. Estrogen dan prostaglandin ini dapat
menyebabkan peningkatan kontraksi miometrium secara berlebihan
sehingga mengakibatkan rasa nyeri saat menstruasi. Stres juga memicu
peningkatan kelenjar adrenalin dalam mensekresi kortisol sehingga
menyebabkan otot-otot tubuh menjadi tegang, dan menyebabkan otot
rahim berkontraksi secara berlebihan. Kontraksi otot rahim yang
berlebihan dapat menimbulkan rasa nyeri yang berlebih pada saat
menstruasi. Meningkatnya stres dapat menyebabkan meningkatnya
aktivitas saraf simpatis yang menyebabkan peningkatan skala nyeri
menstruasi dengan peningkatan kontraksi uterus
(Sari, Nurdin, & Defrin, 2015: 567-570).
Ketika seseorang mengalami stres maka stres tersebut akan
menstimulasi respon neuroendokrin sehingga menyebabkan CRH
(Corticotrophin Releasing Hormone) yang merupakan regulator
hipotalamaus utama untuk menstimulasi sekresi ACTH
(Adrenocorticotrophic Hormone) dimana ACTH ini dapat
meningkatkan sekresi kortisol adrenal (Angel, Armini, & Pradanie,
2015:274-275).
Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya dismenore
primer menurut Andriani (2015:9-11) faktor resiko dismenore
primer diantaranya adalah :
1. Indeks Masa Tubuh
Seorang wanita dengan tubuh terlalu kurus ataupun terlalu gemuk
sangat berpotensi mengalami dismenore, karena semakin rendah
Indeks massa tubuh maka tingkat dismenore akan semakin berat dan
sebaliknya, karena saat wanita semakin gemuk, timbunan lemak
memicu pembuatan hormon terutama estrogen.
2. Tingkat Stress
Peningkatan tingkat stres menyebabkan pengaruh negative pada
kesehatan tubuh. Stres merupakan penyebab timbulnya
dismenore. Semakin tinggi tingkat stres maka akan semakin
tinggi pula tingkat dismenore.
3. Aktifitas Fisik
Dalam kehidupan sehari-hari sangat dianjurkan untuk melakukan
aktivitas fisik untuk kepentingan kesehatan. Aktifitas fisik jika
dilakukan dengan benar akan memberikan manfaat bagi tubuh.
Semakin rendah aktifitas fisik maka tingkat dismenore akan
semakin berat dan sebaliknya.
4. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga merupakan faktor risiko yang dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya dismenore primer.
Menurut Anurogo (2011:85-96) penatalaksanaan dismenore
primer meliputi penatalaksanaan farmakologi dan non
farmakologi, yaitu :

1. Terapi Farmakologi
Upaya farmakologi pertama yang dapat dilakukan adalah dengan
memberikan obat analgetik yang berfungsi sebagai penghilang rasa
sakit. Upaya farmakologi kedua yang dapat dilakukan adalah
dengan pemberian terapi hormonal. Tujuan terapi hormonal
adalah menekan ovulasi, bersifat sementara untuk membuktikan
bahwa gangguan yang terjadi benar-benar dismenore primer
2. Terapi nonfarmakologi
merupakan terapi alternative komplementer yang dapat dilakukan
sebagai upaya menangani dismenore tanpa menggunakan obat-
obatan kimia. Tujuan dari terapi non farmakologi adalah ntuk
meminimalisir efek dari zat kimia yang terkandung dalam obat.
a. Terapi es dan panas
Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat
sensitifitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera
dengan menghambat proses inflamasi. Terapi panas mempunyai
keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan
kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengan memprcepat
penyembuhan.
2. Pengobatan Herbal
pengobatan herbal dapat dilakukan dengan membuat minuman
dari tumbuhtumbuhan seperti kayu manis (mengandung asam
sinemik untuk meredakan nyeri), kedelai (mengandung
phytoestrogens untuk menyeimbangkan hormon), cengkeh,
ketumbar, kunyit, bubuk pala, jahe.
3. Relaksasi
Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan
ketegangan. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas
abdomen dengan frekuensi lambat, berirama, teknik relaksasi
nafas dalam (contoh: bernafas dalam-dalam dan pelan). Berbagai
cara untuk relaksasi diantaranya adalah dengan meditasi, yoga,
mendengarkan musik, dan hipnotherapy.
4. Penjelasan dan Nasehat
Menurut Judha (2012:54-55) pemberian edukasi mengenai
dismenore, meliputi apa saja yang dapat menyebabkan
bertambahnya nyeri, teknik apa saja yang dapat dilakukan untuk
mengurangi rasa nyeri. Selain itu dapat dilakukan dengan cara
berdiskusi mengenai pola makan yang benar dan makanan yang
sehat, istirahat yang cukup, serta menentukan olahraga yang
sesuai
Dismenore dibagi 3 yaitu:
1. Dismenore Ringan
Dismenore yang berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja
sehari-hari.
2. Dismenore Sedang
Pada dismenore sedang ini penderita memerlukan obat penghilang rasa
nyeri, tanpa perlu meninggalkan kerjanya.
3. Dismenore Berat
Dismenore berat membutuhkan penderita untuk istirahat beberapa hari
dan dapat disertai sakit kepala, kemeng pinggang,diare dan rasa
tertekan.
Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan
pada sifat, tempat, berat ringannya dan waktu lamanya serangan.
Menurut klasifikasi ini, nyeri dismenore termasuk ke dalam jenis deep
pain (nyeri dalam) karena terjadi pada organ tubuh visceral yaitu pada
saluran reproduksi.
Gizi yang baik bagi remaja

Gizi adalah suatu proses dimana semua makluk hidup


memanfaatkan makanan untuk keperluan pemeliharaan fungsi
organ tubuh, pertumbuhan reproduksi dan sebagai penghasilan
energi. Lebih luas gizi diartikan sebagai suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui
proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan,
metabolism dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ serta untuk
menghasilkan tenaga.
Seorang remaja laki-laki yang aktif membutuhkan 3.000 kalori atau
lebih perhari untuk mempertahankan berat badan normal. Seorang
remaja putri membutuhkan 2.000kalori perhari untuk
mempertahankan badan agar tidak gemuk. Vitamin B1, B2 dan B3
penting untuk metabolism karbohidrat menjadi energi, asam folat dan
vitamin B12 untuk pembentukan sel darah merah, dan vitamin A untuk
pertumbuhan jaringan. Sebagai tambahan, untuk pertumbuhan tulang
dibutuhkan kalsium dan vitamin D yang cukup. Vitamin A, C dan E
penting untuk menjaga jaringan-jaringan baru 13 supaya berfungsi
optimal. Dan yang amat penting adalah zat besi terutama untuk
perempuan dibutuhkan dalam metabolism pembentukan sel-sel darah
merah.
Cara sederhana untuk mengetahui kecukupan energi dapat dilihat
dari BB-nya. Pada remaja perempuan usia 10-12 tahun, kebutuhan
energinya sebesar 50-60 kkal/kg BB/hari, sedangkan usia 13-18
tahun sebesar 40- 50 kkal/kg BB/hari. Pada remaja laki-laki usia
10-12 tahun, kebutuhan energiya sebesar 55-60 kkal/kg BB/hari,
sedangkan usia 13-18 tahun sebesar 45-55 kkal/kg BB/hari. (Dedeh
dkk, 2010:21)
Keterkaitan antara gizi dan dismenorhoe
Kebutuhan gizi sangat erat kaitannya dengan masa pertumbuhan, jika
asupan gizi dapat terpenuhi maka pertumbuhan juga akan optimal.
Remaja putri harus mempertahankan status gizi yang baik dengan
cara mengkonsumsi makanan seimbang karena sangat dibutuhkan
pada saat mentruasi.
Asupan gizi yang kurang ataupun lebih akan menyebabkan kecukupan
gizi tidak baik sehingga dapat menjadikan gangguan selama siklus
menstruasi.Hal tersebut akan membaik bila asupan nutrisinya baik
Zat gizi yang harus dipenuhi diantaranya zat gizi makro seperti
karbohidrat, lemak dan protein. Asupan karbohidrat dapat
berpengaruh terhadap pemenuhan kalori selama fase luteal, asupan
protein berpengaruh terhadap panjang fase folikuler dan asupan
lemak berpengaruh terhadap hormon reproduksi.
Asupan gizi yang baik akan 4 mempengaruhi pembentukan
hormon-hormon yang terlibat dalam menstruasi yaitu hormon FSH
(Follicle-Stimulating Hormone), LH (Luteinizing Hormone),
estrogen dan juga progesteron. Hormon FSH, LH dan estrogen
bersama-sama akan terlibat dalam siklus menstruasi, sedangkan
hormon progesteron mempengaruhi uterus yaitu dapat mengurangi
kontraksi selama siklus haid (Trimayasari dan Kuswandi, 2013)
Gangguan menstruasi dapat disebabkan oleh kelainan hipotalamus
atau pituitari, estrogen yang rendah terus atau tinggi terus dan
kelainan pada ovarium
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai