Anda di halaman 1dari 8

AMIR HAMZAH

Kelompok 3
1. Aliyah Putri Ardana
2. Andika Syah Afriza
3. Dinda Oktaviani
4. Laila Nurkamilah
5. M.Iqbal Ilhamsyah
6. Nawangsih Putri
BIOGRAFI
 Nama Lengkap : Tengku Amir Hamzah Pangeran Indera Putera
 Alias : Amir Hamzah | Tengku Amir Hamzah

 Tempat Lahir : Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Timur

 Tanggal Lahir : Selasa, 28 Februari 1911

 Zodiak : Pisces

 Ayah : Tengku Muhammad Adil


Amir Hamzah mulai mengenyam pendidikan pada umur 5 tahun dengan
bersekolah di Langkatsche School di Tanjung Pura pada 1916. Setamat dari
Langkatsche School, Amir Hamzah melanjutkan pendidikannya di MULO,
sekolah tinggi di Medan. Setahun kemudian, Amir Hamzah pindah ke
Batavia (Jakarta) untuk melanjutkan sekolah di Christelijk MULO Menjangan
dan lulus pada tahun 1927. Amir Hamzah kemudian melanjutkan studinya
di AMS (Aglemenee Middelbare School), sekolah lanjutan tingkat atas di
Solo, Jawa Tengah.
Di sana dia mengambil disiplin ilmu pada Jurusan Sastra Timur.
Amir Hamzah adalah seorang siswa yang memiliki kedisiplinan tinggi.
Disiplin dan ketertiban itu nampak pula dari keadaan kamarnya. Segalanya
serba beres, buku-bukunya rapih tersusun di atas rak, pakaian tidak
tergantung di mana saja, dan sprei tempat tidurnya pun licin tidak kerisit
kisut. Persis seperti kamar seorang gadis remaja.
Setelah menyelesaikan studinya di Solo, Amir Hamzah kembali ke Jakarta
untuk melanjutkan studi ke Sekolah Hakim Tinggi pada awal tahun 1934.
Semasa di Jakarta, rasa kebangsaan di dalam jiwa Amir Hamzah semakin
kuat dan berpengaruh pada wataknya. Bersama beberapa orang rekannya
di Perguruan Rakyat, termasuk Soemanang, Soegiarti, Sutan Takdir
Alisyahbana, Armijn Pane, dan lainnya, Amir Hamzah menggagas
penerbitan majalah Poedjangga Baroe.
Amir Hamzah mulai menyiarkan sajak-sajak karyanya ketika masih tinggal
di Solo. Di majalah Timboel yang diasuh Sanusi Pane, Amir Hamzah
menyiarkan puisinya berjudul “Mabuk” dan “Sunyi” yang menandai debutnya
di dunia kesusastraan Indonesia. Sejak saat itu, banyak sekali karya sastra
yang dibuat oleh Amir Hamzah.
Revolusi sosial yang meletus pada 3 Maret 1946 menjadi akhir bagi
kehidupan Amir Hamzah. Dia menjadi salah satu korban penangkapan yang
dilakukan oleh pasukan Pesindo. Kala itu pasukan Pesindo menangkapi
sekitar 21 tokoh feodal termasuk di antaranya adalah Amir Hamzah pada 7
Maret 1946. Pada tanggal 20 Maret 1946, orang-orang yang ditangkap itu
dihukum mati. Amir Hamzah wafat di Kuala Begumit dan dimakamkan di
pemakaman Mesjid Azizi. Amir Hamzah kemudian diangkat menjadi
Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden RI Nomor 106/
tahun 1975, tanggal 3 November 1975
Hingga kematiannya, Amir Hamzah telah mewariskan 50 sajak asli, 77 sajak
terjemahan, 18 prosa liris, 1 prosa liris terjemahan, 13 prosa, dan 1 prosa
terjemahan. Jumlah keseluruhan karya itu adalah 160 tulisan. Jumlah karya
tersebut masih ditambah dengan Setanggi Timur yang merupakan puisi
terjemahan, dan terjemahan Bhagawat Gita. Dari jumlah itu, ada juga
beberapa tulisan yang tidak sempat dipublikasikan.

Anda mungkin juga menyukai