Anda di halaman 1dari 40

REVIEW ....

Model Stress Adaptasi Stuart adalah model yang


mengintegrasikan aspek biologis, psikologis,
sosial budaya, lingkungan, dan aspek legal etis
dalam pelayanan kepada pasien ke dalam suatu
kerangka kerja praktik keperawatan. Stuart,
2009).
Format pengkajian keperawatan jiwa lanjut
merupakan penjabaran Model Stress Adaptasi
Stuart menjadi format yang mendokumentasikan
5 langkah proses keperawatan, yaitu pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana tindakan
keperawatan, implementasi, dan evaluasi.
HASIL AKHIR PENGKAJIAN

• DIAGNOSA KEPERAWATAN
• KONDISI KESEHATAN Klien :
• Sehat jiwa
• Masalah psikososial
• Gangguan jiwa
MODEL STRESS ADAPTASI STUART
FAKTOR PREDISPOSISI :
Faktor Predisposisi: faktor risiko yang
mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang
diperlukan individu untuk mengatasi stress.
meliputi :
 Biologis
 Psikologis
 Sosial budaya.
Faktor Predisposisi :
• Biologis: latar belakang genetik, status nutrisi,
sensitifitas biologis, kesehatan umum dan
keterpaparan pada racun
• Psikologis: kecerdasan, keterampilan
verbal,moral, kepribadian,pengalaman lalu,
kontrol terhadap diri sendiri
• Sosial-budaya: usia, gender, pendidikan,
pendapatan, pekerjaan, status sosial,
latarbelakang budaya, agama dan keyakinan,
tingkat integrasi sosial/hubungan sosial
FAKTOR PRESIPITASI :
Stressor Presipitasi adalah stimulus yang
menantang, membahayakan, atau menuntut pada
individu. Stimulus ini membutuhkan banyak energy
dan menghasilkan kondisi tegang dan stress :
• Nature (Sifat): biologis, psikologis, dan sosial
budaya
• Origina (Asal): lingkungan internal dan eksternal
• Waktu stresor: kapan stresor terjadi, berapa lama
keterpaparan stresor, frekuensi kejadian
• Jumlah stresor: jumlah stresor pengalaman individu
pada masa waktu tertentu
Penilaian terhadap stresor:
Menemukan makna dan berusaha
memahami dampak dari situasi yang
menyebabkan stress bagi individu.

• Respon kognitif
• Respon afektif
• Respon fisiologis
• Respon perilaku
• Respon sosial
KOGNITIF :
Faktor kognitif memegang peranan utama dalam
adaptasi. Faktor ini mempertimbangkan dampak
dari kejadian yang menjadi stressor.
Ada tiga tipe respon kognitif terhadap stress yaitu:
a) bahaya/kehilangan yang telah terjadi
b) ancaman dari bahaya yang akan terjadi
c) tantangan yang berfokus pada potensial per
tumbuhan, perkembangan, atau penguasaan
dibandingkan dengan resiko yang mungkin
didapatkan.
AFEKTIF :

Respon afektif adalah pemunculan dari perasaan.


Dalam penilaian stressor respon afektif yang utama
adalah reaksi ansietas yang non spesifik atau
umum, yang selanjutnya diekspresikan sebagai
emosi. Hal ini diantaranya adalah kegembiraan,
kesedihan, ketakutan, kemarahan, penerimaan,
ketidakpercayaan, antisipasi, atau terkejut.
FISIOLOGIS :

Respon fisiologis menggambarkan interaksi antara


beberapa aksis neuroendokrin termasuk hormone
pertumbuhan, prolaktin, hormon adrenokortikotropik
(ACTH), luteinizing and follicle stimulating hormone,
thyroid-stimulating hormone, vasopressin, oxytocin,
insulin, eprineprine, norepineprine, dan berbagai
neurotransmitter diotak.
Respon fisiologis figth or flight menstimulasi saraf
simpatik di system saraf otonimik dan
meningkatkan aktivitas aksis pituitary adrenal
PERILAKU :

Respon perilaku adalah hasil dari respon emosional


dan respon fisiologis, seiring dengan analisis
kognitif seseorang mengenai situasi yang
menyebabkan stress.
SOSIAL :

Respon sosial terhadap stress dan penyakit sangat


beragam. Pada dasarnya respon sosial seseorang
dapat didasari tiga hal (Mechanic, 1977 dalam
Stuart, 2009), yaitu mencari makna, atribut sosial,
dan perbandingan sosial.
SUMBER KOPING
Sumber koping adalah pilihan atau strategi yang
membantu untuk menentukan apa yang dapat
dilakukan dan apa yang dapat dipertaruhkan :
 PERSONAL ABILITY
 SOSIAL SUPPORT
 MATERIAL ASSETS
 POSITIVE BELIEFS
PERSONAL ABILITY :

Kemampuan mengatasi masalah termasuk


kemampuan mencari informasi, megidentifikasi
masalah, mencari alternative dan menjalankan
rencana penyelesaian masalah.
Pengetahuan dan intelegensia seseorang adalah
sumber koping lain yang dapat membuat seseorang
melihat cara lain dalam menghadapi stress.
SOSIAL SUPPORT :
Sebagai strategi pencegahan primer, mensupport
system sosial berarti memperkuat support sosial di
tempat untuk meningkatkan faktor protektifnya dan
membuat jalan untuk menyangga efek dari kejadian
yang mungkin menjadi stressor.
Kebutuhan akan dukungan sosial dipengaruhi oleh
faktor predisposisi, stressor, dan ketersediaan
sumber koping, seperti asset ekonomi, kemampuan
individu, dan teknik pertahanan yang dimiliki.
Ketersediaan dukungan sosial juga dipengaruhi
oleh usia, gender, status sosial ekonomi, stressor,
dan karakteristik lingkungan.
.
MATERIAL ASSETS :

Adalah uang dan alat-alat dan pelayanan yang


dapat didapatkan dengan uang. Bagaimanapun,
sumber keuangan meningkatkan pilihan koping
seseorang dalam setiap kondisi yang menyebabkan
stress.
POSITIVE BELIEFS :

Keyakinan spiritual dan memandang seseorang


secara positif dapat menjadi dasar harapan dan
dapat mempertahankan usaha koping seseorang
pada kondisi yang sulit.
MEKANISME KOPING

KONSTRUKTIF DESTRUKTIF
1.Fokus pada masalah :
Kecemasan dijadikan negosiasi, konfrontasi,
Menghindari kecemasan
sebagai tanda dan advise
tanpa menyelesaikan
peringatan. Individu 2.Kognitif : perbandingan +,
masalah atau konflik tsb.
menerimanya sebagai pengabaian selektif,
Seperti denial, supresi atau
suatu pilihan untuk substitusi reward,
proyeksi.
pemecahan masalah. mengurangi obyek yang
Seperti : negosiasi, diharapkan
meminta saran, 3.Emosi : mek. Pertahanan
perbandingan yang diri : denial, supresi dll
positif, penggantian
rewards
Status Mental
1. Penampilan.

Data ini didapatkan melalui hasil observasi :


a. Penampilan tidak rapih jika dari ujung rambut sampai ujung
kaki ada yang tidak rapih. Misalnya : rambut acak-acakan,
kancing baju tidak tepat, resleting tidak dikunci, baju terbalik,
baju tidak diganti-ganti.
b. Penggunaan pakaian tidak sesuai misalnya : pakaian dalam,
dipakai diluar baju.
c. Cara berpakaian tidak seperti biasanya jika. penggunaan
pakaian tidak tepat (waktu, tempat, identitas, situasi/ kondisi).
d. Personal Hygiene dan jelaskan hal-hal yang ditampilkan klien
dan kondisi lain yang tidak tercantum.
2. Pembicaraan
Cara berbicara digambarkan dlm frekuensi (cepat/lambat),
Volume (keras/lembut), jumlah (sedikit/pasif, membisu) &
karakteristiknya :
a. Amati pembicaraan yang ditemukan pada klien, apakah
cepat, keras, gagap, membisu, apatis dan atau lambat.
b. Inkoheren bila pembicaraan berpindah-pindah dari satu
kalimat ke kalimat lain yang tak ada kaitannya.
c. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
3. Aktifitas motorik
a. Lesu, tegang, gelisah.
b. Agitasi = gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan,
c. Tik = gerakan-gerakan kecil pada otot muka yang tidak
terkontrol.
d. Grimasen = gerakan otot muka yg berubah-ubah & tidak
dapat dikontrol klien.
e. Tremor = jari- jari yang tampak gemetar ketika klien
menjulurkan tangan dan merentangkan jari-jari.
f. Kompulsif = kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan
seperti berulang kali mencuci tangan, mencuci muka, mandi,
dan sebagainya.
g. Jelaskan aktivitas yang ditampilkan klien dan kondisi lain
yang tidak tercantum.
4. Alam Perasaan / Emosi

Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan (Eforia)


• Ketakutan = objek yang ditakuti sudah jelas.
• Khawatir = objeknya belum jelas.
• Ketidakberdayaan
• keputusasaan
• Jelaskan kondisi klien yang tidak tercantum.
5. Afek
Beri Stimulus yang menyenangkan dan sebaliknya
 Observasi respon Klien :
a. Datar = tidak ada perubahan roman muka pada
saat
ada stimulus yang menyenangkan atau
menyedihkan.
b. Tumpul = hanya bereaksi bila ada stimulus emosi
yang
kuat dan berulang.
c. Labil = emosi yang cepat berubah-ubah.
d. Tidak sesuai = emosi yang tidak sesuai atau
bertentangan dengan stimulus yang ada.
e. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
6. Interaksi selama wawancara
a. Bermusuhan, tidak kooperatif, mudah
tersinggung.
b. Kontak mata kurang  tidak mau menatap lawan
bicara.
c. Defensif  selalu berusaha mempertahankan
pendapat dan kebenaran dirinya.
d. Curiga  menunjukan sikap/ perasaan tidak
percaya pada orang lain
e. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantumm.
7. Persepsi
a. Halusinasi (Pencerapan panca indra tanpa obyek)
 Deskripsikan isi, frekuensi, Situasi, respon.
b. Ilusi (Pencerapan p. indra yang salah thdp obyek)
c. Depersonalisasi (Perasaan aneh ttg diri /
perasaannya)
d. Derealisasi (Perasaan aneh ttg lingkungannya)
e. Jelaskan hal-hal lain yg tdk tercantum
8. Proses pikir
A. Bentu pikir :
a. Realistik (sesuai realitas) / Nonrealistik (tdk sesuai realitas yg ada)
b. Dereistik (pemikiran tidak logis)
c. Autistik (terfokus pada pemikiran diri sendiri)
B. Arus Pikir :
a. Sirkumstansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
pembicaraan.
b. Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan.
c. Kehilangan asosiasi : pembicaraan tak ada hubungan antara satu kalimat
dengan kalitnat lainnya, dan klien tidak menyadarinya.
d. Flight of ideas : pembicaraan.yang meloncat dari satu topik ke topik
lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada
tujuan.
e. Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal
kemudian dilanjutkan kembali.
f. Perseverasi : pembicaraan yang diulang berkali-kali.
C. lsi pikir :
• Data didapatkan melalui wawancara.
• Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien
berusaha menghilangkannya.
• Phobia : ketakutan yang phatologis/ tidak logis terhadap
objek/ situasi tertentu.
• Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan organ
dalam tubuh yang sebenarnya tidak ada.
• Depersonalisasi : perasaan klien yang asing terhadap diri
sendiri, orang atau lingkungan.
• Ide yang terkait : keyakinan klien terhadap kejadian yang
terjadi lingkungan yang bermakna dan terkait pada dirinya.
• Pikiran magis : keyakinan klien tentang kemampuannya
melakukan hal-hal yang mustahil/ diluar kemampuannya.
Waham :
 Agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara
berlebihan dan diucapkan secara berulang tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan.
 Somatik : klien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya
dan dikatakan secara berulang yang tidak sesuai dengan
kenyataan.
 Kebesaran : klien mempunyai keyakinan yang berlebihan
terhadap kemampuannya yang disampaikan secara
berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.
 Curiga : klien mempunyai keyakinan bahwa ada
seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan atau
mencederai dirinya yang disampaikan secara berulang
dan tidak sesuai dengan kenyataan.
 Nihilistik : klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/ meninggal yang dinyatakan secara berulang yang
tidak sesuai dengan kenyataan
Waham yang bizar :
• Sisip pikir : klien yakin ada ide pikiran orang lain yang
disisipkan didalam pikiran yang disampaikan secara
berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
• siar pikir : klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa
yang dia pikirkan walaupun dia tidak menyatakan kepada
orang tersebut yang dinyatakan secara berulang dan tidak
sesuai dengan kenyataan.
• Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh
kekuatan dari luar.
• Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada
saat wawancara.
9. Kesadaran
a. Bingung : gelisah tampak bingung dan kacau.
b. Sedasi : mengatakan merasa melayang-layang antara sadar/
tidak sadar.
c. Stupor : gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan-gerakan
yang diulang, anggota tubuh klien dapat dikatakan dalam sikap
canggung dan dipertahankan klien, tapi klien mengerti semua
yang terjadi dilingkungan.

Orientasi thdp :
a. waktu,
b. tempat,
c. orang
 Jelaskan data objektif dan subjektif yang terkait hal-hal diatas.
 Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara
10. Memori
a. Gangguan daya ingat jangka panjang : tidak
dapat mengingat kejadian yang terjadi lebih dari
satu bulan/tahun.
b. Gangguan daya ingat jangka pendek : tidak
dapat mengingat kejadian yang terjadi dalam
minggu terakhir.
c. Gangguan daya ingat saat ini : tidak dapat
mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
d. Konfabulasi : pembicaraan tidak sesuai dengan
kenyataan dengan memasukan cerita yang tidak
benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya.
e. Jelaskan sesuai dengan data terkait.
11. Tingkat konsentrasi & berhitung

a. Mudah dialihkan : perhatian klien mudah


berganti dari satu objek ke objek lain.
b. Tidak mampu berkonsentrasi : klien selalu minta
agar pertanyaan diulang/ tidak dapat
menjelaskan kembali pembicaraan.
c. Tidak mampu berhitung : tidak dapat melakukan
penambahan/ pengurangan pada benda-benda
nyata.
d. Jelaskan sesuai dengan data terkait.
12. Kemampuan Penilaian
a. Gangguan kemampuan penilaian ringan: dapat
mengambil keputusan yang sederhana dengan
bantuan orang lain. Contoh : berikan kesempatan
pada klien untuk memilih cuci tangan sebelum makan
atau makan dulu baru cuci tangan atau
sebelum/sesudah. Jika diberi penjelasan, klien dapat
mengambil keputusan.
b. Gangguan kemampuan penilaian bermakna : tidak
mampu mengambil keputusan walaupun dibantu
orang lain. Contoh : berikan kesempatan pada klien
untuk memilih mandi dulu sebelum makan atau makan
dulu sebelum mandi. Jika diberi penjelasan klien
masih tidak mampu mengambil keputusan.
13. Daya tilik diri / Insight
a. NegatifMengingkari penyakit yang diderita :
tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik,
emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu
pertolongan
PositifMenyadari penyakit yang diderita :
menyadari gejala penyakit (perubahan fisik,
emosi) pada dirinya dan merasa perlu mendapat
pertolongan
b. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya : menyalahkan
orang lain/ lingkungan yang menyebabkan kondisi
saat ini.
c. Jelaskan dengan data terkait.
DIAGNOSA SEHAT (WELLNESS)
1. Kesiapan peningkatan perkembangan infant (readiness for enhanced
organized infant)
2. KesiapanKesiapan peningkatan perkembangan toddler (Readiness for
enhanced for organized toddler)
3. Kesiapan peningkatan perkembangan remaja (readiness for enhanced
organized teenage)
4. Kesiapan peningkatan perkembangan usia sekolah (Readiness for enhanced
organized School age)
5. Kesiapan peningkatan koping (Readiness for enhanced coping)
6. Kesiapan peningkatan perkembangan pre scholl (Readines for enhanced
organized pre school behavior)
7. Kesiapan perkembangan lansia (Readines forenhanced coping for elderly)
8. Kesiapan peningkatan perkembangan dewasa (Readines for enhanced coping
for adult)
9. Readines (for enhanced knowledge)
10. Kurang Pengetahuan (Defisitent knowledge)
11. Kesiapan perkembangan perawatan diri (Readiness for enhanced self care)
DIAGNOSIS RISIKO (RISK)
1. Berduka (grieving)
2. Keputusasaan (Hopelessness)
3. Ansietas (anxiety)
4. Ketidakberdayaan (Powerlessness)
5. Risiko penyimpangan perilaku sehat (Risk for
prone health behavior)
6. Gangguan citra tubuh (body image disturb)
7. Koping tidak efektif (infective coping)
8. Koping keluarga tidak efektif (Disable family coping
9. Sindroma post trauma
10. Penamnpilan peran tidak efektif (ineffective role
performance)
11. HDR Situasional (Situational Low Self Esteem)
DIAGNOSIS GANGGUAN (ACTUAL)
1. Gg sensori persepsi : Halusinasi (disturb sensory
percention)
2. Berduka kompleks (Grieving Coplicated)
3. Defisit perawatan diri (self care deficit)
4. Isolasi social (Social isolation)
5. Regiment terapetik tidak efektif (infective therapeutic
regiment)
6. Waham (Disturb throught of procces)
7. Risiko bunuh diri (Risk for suicide)
8. Harga diri rendah kronik ( Cronic Low Self Esteem)
9. Kerusakan komunikasi verbal (Impaired Verbal
Disturbance)
10. Resiko Perilaku kekerasan (Risk for other directed)
11. Tidak efektif regiment terapetik keluarga (Ineffective
family regiment therapeutic)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai