Anda di halaman 1dari 37

Upaya Penanggulangan Stunting

Menuju Kabupaten Lombok Barat


Bebas Stunting di Tahun 2024
Oleh:
Drs. H. Rachman Sahnan Putra, Mkes.
Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Lombok Barat
Latar Belakang
• Strategi Nasional Pencegahan Stunting 2018 – 2014
5 Pilar Pencegahan Stunting:
1. Komitmen dan Visi Kepemimpinan
2. Kampanye dan Komunikasi Perubahan Perilaku
3. Konvergensi, Koordinasi dan Konsolidasi Program
sampai ke tingkat desa
4. Ketahanan Pangan dan Gizi
5. Pemantauan dan Evaluasi
• Kebijakan Provinsi NTB untuk mewujudkan Generasi
Emas NTB (GEN).
Arah dan Kebijakan Pembangunan
Kabupaten Lombok Barat
Point 2 dan 3
menjadi
landasan
pencegahan
stnting
Latar Belakang
• Kabupaten Lombok Barat) sedang menyongsong era
Bonus Demografi tahun 2035 yang akan berdampak
pada peningkatan produktivitas penduduk
• Bonus demografi sangat menguntungkan bila
penduduk usia produktif berkualitas (sehat,
berpendidikan tinggi, terampil, kompeten)
• Tingginya kasus stunting di Lombok Barat
mengancam kualitas SDM dan melemahkan potensi
benefit era bonus demografi
Latar Belakang
• Untuk mengatasi stunting, dibutuhkan peran aktif
seluruh pihak (jajaran kesehatan, lintas sektor,
masyarakat, dunia usaha, lembaga non Government)
• Jajaran kesehatan bertanggung jawab untuk
melakukan intervensi spesifik (kontribusi hanya 30%
utk mengatasi stunting)
• Pihak lintas sektor, masyarakat, NGO, dunia usaha
bertanggung jawab melakukan intervensi sensitif
(kontribusi 70% utk mengatasi stunting)
Strategi Penanggulangan
Stunting
Strategi Intervensi Spesifik
• Pencegahan dari sejak hulu
• Standardisasi pelayanan
• Penguatan intervensi 1000 Hari Pertama
Kehidupan
• Penguatan Skreening dan Tatalaksana
masalah gizi dan penyakit infeksi
Strategi Intervensi Sensitif
1. Penggalangan Komitmen dan Kepemimpinan di
semua tingkatan (Kabupaten, Kecamatan, Desa
- Workshop Penanggulangan Stunting tk Kabupaten
dan Kecamatan
- Sosialisasi Penanggulangan Stunting di tingkat
kecamatan dan desa
- Pencanangan Penanggulangan Stunting (Gemadazi)
- Penerbitan Regulasi (Perbup) no. 25 tahun 2018
tentang 3 program utama : pencegahan stunting,
penanggulangan Tb paru dan peningkatan cakupan
dan mutu imunisasi
Strategi Intervensi Sensitif
2. Kampanye dan Komunikasi Perubahan Perilaku
- Kampanye Gizi seimbang
- Peraturan Bupati terkait dengan
Komunikasi Perubahan perilaku (Perbup 25/2018)
- Pelatihan KPP kepada petugas puskesmas
3. Peningkatan Konvergensi, Koordinasi dan
Konsolidasi Program sampai ke tingkat desa
- Rakerkesda Kabupaten, menghasilkan RAD
pencegahan Stunting
- Rembug stunting tingkat kabupaten
- Koordinasi dan sinkronisasi program antar OPD dan
APBDes
Strategi Intervensi Sensitif
4. Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat
- Gerakan Masyarakat Sadar Gizi/Gemadazi
(pendampingan balita BGM oleh kader, tokoh
masyarakat, PKK)
- Pengembangan PMT lokal, Kelas Ibu Balita
- Peningkatan kapasitas kader (PMBA dan pemantauan
pertumbuhan)
5. Peningkatan Peran Desa dalam Pencegahan Stunting
- Perbup 16/2018 tentang Alokasi Dana Desa dan DD
untuk mendukung upaya kesehatan dan KB (termasuk
stunting)
- Fasilitasi Perencanaan desa terkait dengan kegiatan
untuk penanganan masalah kesehatan
Strategi Intervensi Sensitif
6. Penguatan Sistem Informasi
Sistem Informasi berbasis jaringan (web)
e-posyandu, e-puskesmas, e-pustu dan e-
poskesdes
Intervensi detail
Penanggulangan Stunting
Intervensi Spesifik
• Pemberian Tablet Tambah Darah kepada remaja putri (1
minggu 1 tablet) dan ibu hamil (minimal 90 tablet, akan
ditingkatkan minimal 270 tablet)
• ANC terpadu dan terfokus pada ibu hamil,
diintegrasikan dengan P4K dan desa siaga
• PMT ibu hamil KEK dan konseling
• Pemberian obat cacing pada ibu hamil
• Kelas Ibu hamil
• Konsultasi dan konseling calon pengantin (ada skreening
IMS dan HIV)
• Penyediaan dana jampersal untuk menjamin persalinan
di faskes dan penanganan komplikasi
Intervensi Spesifik

• Skreening pertumbuhan balita rutin melalui


penimbangan di Posyandu identifikasi
masalah BB/U (underweight)
• Skreening stunting melalui pengukuran BB dan
TB/PB tiap 6 bulan identifikasi masalah
BB/U, TB/U, BB/TB (underweight, stunting,
wasting) (total balita ditimbang dan diukur
TB/PB)
Intervensi Spesifik
• Standardisasi Penanganan Masalah Gizi balita:
- Anak dengan T2, diberikan konseling PMBA
dan pertumbuhan
- Anak BGM, diberikan konseling PMBA dan
Pertumbuhan, diperiksa penyakit penyerta,
diberikan PMT (dirujuk bila perlu)
- Anak kurus dan sangat kurus, diberikan
penanganan sesuai pedoman tatalaksana gizi
buruk dan tatalaksana PMT balita kurus
Intervensi Spesifik

• Peningkatan cakupan dan mutu imunisasi


• Pelaksanaan MTBM dan MTBS untuk
penanganan bayi muda dan balita sakit
• Pembentukan Terapeutic Feeding Centre di 4
puskesmas (Sekotong, Kediri, Narmada,
Gunungsari)
• Penempatan Petugas Gizi di desa (1 TPG untuk
2 desa)
Intervensi Spesifik

• Pelaksanaan manual rujukan ibu hamil dan


bersalin komplikasi dan bayi dan balita
bermasalah kesehatan
• Penyediaan biaya penunggu pasien gizi buruk
yang dirujuk ke RS/TFC
Intervensi Sensitif
• Gerakan Anti Merarik Kodik (Pencegahan
Pernikahan dini)
• Rembug stunting (melibatkan lintas sektor,
NGO, Tokoh agama, Pemerintah desa)
• Melibatkan kader, tim penggerak PKK, tokoh
masyarakat dalam pemberian konseling PMBA
Intervensi Sensitif
• Aksi Bergizi di Sekolah SMP – SMA sederajat
(gerakan sarapan bersama, minum TTD dan
literasi kesehatan dan gizi)
• Peningkatan cakupan jamban keluarga melalui
Open Defecation Free (ODF), Berpijak Sehat
• Peningkatan cakupan sanitasi (air bersih, cuci
tangan pakai sabun, PHBS)
• Kampanye pencegahan stunting dan KIE
(melibatkan Forum Dai Kesehatan Kabupaten
Lombok Barat)
• Pelaksanaan Germas dan PIS-PK
Tanggung Jawab Pembiayaan
(Budget Tagging)
Sumber Pembiayaan
INSTITUSI SUMBER DANA PENGGUNAAN DANA
Dinas Kesehatan APBD, APBN, BOK Kabupaten, - Intervensi spesifik
BOK stunting, Jampersal - Obat, Supplemen gizi
- Pengobatan (dasar dan rujukan)
- Sarpras, alat medis
Puskesmas BOK, kapitasi dan non kapitasi - Operasional pelayanan kuratif
dari BPJS - Preventif dan promotif
DP2KBP3A APBD, APBN - Promosi KB dan Kespro
- Peralatan pelayanan KB
Rumah Sakit APBD, APBN, BPJS, retribusi, Out - Operasional pelayanan
of Pocket dari pasien, Bazda - pengadaaan sarpras, alat
Bappeda APBD - Koordinasi dan konvergensi
Dinas PU APBN, APBD Pembangunan sarana sanitasi,
Penyediaan air minum
Dinas Pendidikan, APBD, APBN, Unicef Pengembangan akzi bergizi dan TTD
Kemenag dan untuk remaja putri
Sekolah
Sumber Pembiayaan
INSTITUSI SUMBER DANA PENGGUNAAN DANA
Pemerintah Desa ADD, DD dan Pendapatan Asli - sarana dan prasarana posyandu dan
Desa poskesdes
- peralatan posyandu dan poskesdes
- operasional posyandu
- bantuan transport kader
- pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan di desa
Cakupan Program
Kesehatan dan Situasi
Stunting Tahun 2019
continuumcontinuum
of of
continuum of
continuum ofcontinuum ofcontinuum of
Continuum
care pelayanan care of
care pelayanan care
pelayanan Pelayanan
care pelayanan Maternal
care pelayanan
care pelayanan
maternal maternal
%, %, th. 2018
maternal %, Fe-
maternal %,maternal %,maternal %, KF,
ANC-K1, 99.6
ANC-K4, 95.2 3, 95.2 kompl. Linfaskes, 95.4 94.6 continuum of
Maternal care pelayanan
tertangani , maternal %,
89.3 CPR (KB), 77.4
Continuum
Continuum
of of Continuum Continuum
of Continuum
of Continuum
of Continuum
of of
Continuum of Care
Care pelayanan
Care pelayanan Care pelayanan
Pelayanan
Care pelayanan
Anak th
Care pelayanan
2018
Care pelayanan
Care pelayanan
Continuum of
Anak Anak
%, KN-1,
%, KN-3, Anak %, ASIAnak %, Anak %, vit
Anak
A %,Anak
vit ACare
%, K-bayi-
pelayanan
99.4 98.5Continuum of Imunisasi
Ekslusif, 94.5 (IDL),
bayi, 99.6anak, 99.3 4, 96.7
Anak %, K-
Care pelayanan 98.2 balita-2, 88.3
Anak %,
Komplik
neonatal
tertangani, 62.9
Trend Kondisi Sanitasi di Lombok Barat
air air jamban,
Cakupan Air Bersih
bersih, bersih, Chart Title 2018,
jamban,
air 2017, 2018, 92.08
2017,
air bersih, 89.35 92.02
bersih, jamban, 88.78
2016, 2016,
air 2015,
86.03 85.77
bersih, 85.17
2014, 84

jamban,
2015,
78.84
jamban,
2014,
75
Capaian Desa ODF

• ODF kecamatan 2 kecamatan


• ODF Puskesmas 5 puskesmas
• Dari 122 desa, capaian ODF adalah sebagai berikut:
- Desa ODF 104 desa (85.3%)
- Desa dg cakupan jamban 75-99% 1 desa (0.81%)
- desa dg cakupan jamban 50 – 74% 12 desa (9.83%)
- desa sg cakupan jamban <50% 5 desa (4.09%)
Trend Kasus Stunting di Kab. Lobar
stuntin
Trend Stunting (Riskesdas)
stuntin Trendstunting
Stunting e-Posyandu
, 2018,
g, 2007, g, 2013,
49.8 28.9
46.9
stuntin
g, 2017,
33.6

stunting
, 2019,
25.2
Trend Wasting dan Underweight
di Lombok Barat
Wasting Underw
%, Peb-
Wasting UnderweightUnderw
Wasting eight %, eight %,
2018,
4.85
%, Peb- Peb- Peb-
2019, 2018, 2019,
4.1 20.67 19.99
Data Stunting di Desa Yang akan
Dikunjungi Tahun 2018 dan 2019
2018, 2018,
Mambalan, Batumekar,
2018, 41.02 2018, Jagaraga, 39.76 2019,
Penimbung, 33.86 Batumekar,
30.2 30.87

2019, Jagaraga,
23.27 2018
2019,
Penimbung, 2019
15.72
2019,
Mambalan, 8.99
Masalah Gizi Menurut Kelompok Umur
pada Anak (Februari 2019)
24 - 59 bl,
12stunting,
- 23 bl, 29.49
24 - 59 bl,
stunting, 28.02
underweight,
25.04
12 - 23 bl,
underweight, 0-5 bl
18.41
6 - 11 bl
12 - 23 bl
6 - 11 bl, 6 - 11 bl, 24 - 59 bl
stunting, 10.6 underweight,
0-5 bl,8.15 12 - 23 bl,
0-5 bl,
underweight, 24 5.56
wasting, - 59 bl,
stunting, 5.1 6 -
0-5 bl, 11 bl,
3.89 wasting, 4.07
wasting,
wasting, 2.25 2.84
Tantangan
• Koordinasi antas sektor dan program dalam
pencegahan stunting masih menjadi tantangan
• Ada masalah Pola asuh balita di masyarakat
• Masih ada Kebiasaan ibu balita memberikan
snack dapat merusak nafsu makan anak
• Kurangnya kesadaran Ibu untuk menimbangkan
balita (tingkat kehadiran baru mencapai 80%,
selebihnya harus di sweeping)
• Komitmen kepala desa untuk mengalokasikan
dana pencegahan stunting di APBDes bervariasi
Tantangan
• Tingkat pendidikan yang rendah pada
sebagian ibu mempengaruhi pola asuh dan
pola makan anak
• Belum optimalnya koordinasi lintas sektor
dalam melaksanakan intervensi pencegahan
stunting
• Masih banyak masyarakat belum memandang
stunting sebagai masalah (bila anak sakit baru
dianggap masalah)
Rekomendasi
• Kebijakan di tk Pusat maupun provinsi perlu
diterjemahkan menjadi kegiatan di tingkat
daerah  perlu digali potensi sumber
pendaaan (ABPD, BOK, DAK non fisik dan
APBDes)
• Sinergisme antar sektor perlu dibangun sejak
fase perencanaan (melalui mekanisme
musrenbang di semua tingkatan, desa,
kecamatan, kabupaten)
Rekomendasi
• Intervensi sejak dini pada pre kehamilan dan
masa kehamilan berpotensi mencegah
stunting secara dini
• Risiko Masalah gizi (stunting, underweight dan
wasting) meningkat seiring bertambahnya usia
anak, sehingga kualitas pemberian makanan
pendamping ASI, pola makan anak dan pola
asuh menjadi hal yang harus diperhatikan
Rekomendasi
• Pencegahan stunting akan efektif bila
konvergensi intervensi antar OPD terwujud,
ada komitmen kepala desa untuk mendukung
biaya melalui APBDes, serta adanya
pemberdayaan dan partisipasi masyarakat
• Stunting tidak selalu terjadi akibat faktor
ekonomi, perbaikan pola asuh dan pola makan
menjadi salah satu faktor penting
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai