Anda di halaman 1dari 58

Ir. Agus Winarto, Msi.

DINAS TENAGA KERJA TRANSMIGRASI


DAN KEPENDUDUKAN
PROP. JAWA TIMUR
 PENGERTIAN
Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang
ada disekitar tenaga kerja yang bisa
mempengaruhi derajat kesehatan tenaga kerja

 MENURUT “ILO”
Lingkungan kerja adalah istilah generik yang
mencakup identifikasi dan evaluasi faktor-
faktor lingkungan yang memberikan dampak
pada kesehatan tenega kerja
 Faktor Fisika
 Faktor Kimia
 Faktor Biologi
 Faktor Fisiologi
 Faktor Psikologi
KEBISINGAN
 Kebisingan kontinyu

 Kebisingan Intermiten (terputus-putus)

 Kebisingan Impulsif (impact)

EFEK KEBISINGAN TERHADAP PEKERJAAN


DAN LINGKUNGAN
Gangguan komunikasi
Gangguan konsentrasi
Gangguan pada masyarakat
 Trauma Akustik
Adalah kerusakan gendang telinga secara mendadak karena
intensitas suara yang tinggi sekali
 Ketulian sementara
 Terjadi akibat pemeparan suara dengan intensitas yang
tinggi dalam waktu yang tidak lama
 Ketulian dapat pulih kembali jika pemaparan dihentika
 Ketulian Permanen
Ketulian dipengaruhi oleh beberapa faktor :
- Lamanya pemeparan - Pengaruh obat-obatan
- Spektrum suara - Status kesehatan
- Kepekaan individu
 Gangguan Fisiologis
- Percepatan denyut jantung
- Meningkatnya ketegangan otot
 Gangguan Psikologis
- Meninmbulkan rasa takut dan nervous
- Tergantung pada pengalaman masa lalu
 Menurunkan intensitas kebisingan pada
sumbernya dengan menempatkan alat
peredam pada sumber getaran
 Memberikan penghalang / barier pada jalan
transmisi dengan cara mengisolasi mesin atau
tenaga kerja (control room)
 Menggunakan APD

 Mengatur waktu kerja

 NAB Kebisingan menurut Kepmenaker No.


51/Men/1999 adalah 85 dB(A)
 PENGERTIAN
 Iklim Kerja adalah hasil perpaduan antara suhu
ruang kerja, kelembaban udara, kecepatan gerakan
udara dan suhu radiasi
 Keseimbangan panas adalah keseimbangan antara
panas yang dihasilkan di dalam tubuh akibat
metabolisme tubuh dan pertukaran panas diantara
tubuh dan lingkungan sekitar.
 ISBB (Indeks Suhu Bola Basah) adalah parameter
untuk menilai tingkat iklim kerja
 ISBB = 0,7 tb + 0,2 tr + 0,1 tk (di luar ruang)

 ISBB = 0,7 tb + 0,3 tr

 NAB Iklim kerja ditetapkan berdasrkan


Kepmenaker No. 51/Men/1999
 Heat Cramps
- Dialami pekerja pada lingkungan yang suhunya tinggi
- Ditandai dengan kejang otot-otot tubuh dan perut yang sangat
sakit
 Heat Stress
- Ditandai dengan pingsan, lemas, rasa enek dan muntah-muntah
 Heat Exhaustion
- Terjadi cuaca yang sangat panas, dan pekerja belum
beraklimatisasi terhadap udara panas
- Penderita berkeringan sangat banyak sedang suhu tubuh
normal, tekanan darah menurun dan denyut nadi lebih cepat.
Penderita merasa lemah bahkan pingsan
 Miliaria
- Kelainan kulit akibat keluarnya keringat yang berlebihan
 Aklimatisasi yang cukup
 Sediakan air minum yang cukup dan tablet-tablet
garam dapur pada tempat-tempat kerja yang bersuhu
tinggi
 Ventilasi ruang kerja yang memadai sesuai dengan
NAB iklim kerja yang ditetapkan
 Pekerja-pekerja yang mempunyai penyakit ginjal dan
jantung tidak boleh bekerja pada tempa-tempat yang
bersuhu tinggi
 Lakukan pemeriksaan kesehatan berkala minimal 6
bulan sekali
 Tingkatkan dan pelihara kesegaran jasmani TK.
 Lakukan selalu koordinasi antara bag teknik dan medis
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi
penglihatan adalah :
- Ukuran obyek
- Derajat kontras antara obyek dan
sekelilingnya
- Brightness dari lapangan penglihatan yang
tergantung pada :
- Sumber cahaya
- Daya pantul permukaan
- Lamanya melihat
2. Penerangan Ruangan
Penarangan yang baik jika seorang pekerja
dapat melihat obyek dengan cepat, jelas dan
teliti, serta mampu menciptakan lingkungan
yang nyaman bagi penglihatan.
Penerangan yang buruk akan mengakibatkan :
- sakit kepala
- penurunan daya pikir dan konsentrasi
- Penglihatan menjadi kabur
- Meningkatnya angka kecelakaan
 Penerangan di tempat kerja dikatakan baik
bila :
1. Tidak menyilaukan
2. Tidak menimbulkan panas yang berlabihan
3. Tidak menghasilkan gas
4. Tidak menimbulkan bayangan
5. Tidak berkedip-kedip
6. Pencahayaanya merata
7. Intensitasnya cukup
 Getaran mekanis adalah gerakan yang teratur
dari suatu mesin atau alat dengan arah bolak
balik dari kedudukan atau titik kesetimbangan
 Getaran dibagi 2 macam, yaitu
1. Getaran seluruh badan (Whole Body Vibration )
2. Getaran terhadap lengan (Tool Hand
Vibration)
 Getaran Seluruh Badan
- Biasanya terjadi pada alat-alat angkut dan
alat-alat berat
- Getaran pada mesin produksi diteruskan
oleh lantai ke seluruh badan
- Frekuansi getaran antara 1 – 20 Hz, dengan
percepatan getaran antara 0,2 – 0,3 g dimana
2
1 g = 9,81 m/det
- Dampak getaran ini terhadap tubuh adalah
terutama pada mata
 Pencegahan
- Isolasi sumber getaran
- Isolasi operator/pekerja
- Mengurangi waktu pemaparan
- Mesin/peralatan mekanis harus diberi
peredam geteran
- Lakukan pemeriksaan kesehatan secara
berkala
 Getaran Pada Lengan
- Teradapat pada alat-alat mekanis yang yang
pengoperasiannya menggunakan tangan
- Frekuensi pada getaran ini biasanya di atas
20 Hz, dengan percepatan antara 0,4 – 1 g
- Dampak getaran pada lengan/tangan

adalah :
a. Kelainan pada peredaran darah dan syaraf
b. Kerusakan pada sendi dan tulang
c. Suhu badan turun/kedinginan
 UPAYA PENCEGAHAN
 lakukan pemeriksaan awal dan berkala
 Peralatan harus dirawat dengan sebaik-baiknya
 Pekerja harus memakai pakaian yang cukup tebal
untuk mempertahankan suhu badan
 Pekerja harus memakai sarung tangan
 Jangan memegang peralatan yang bergetar terlalu
erat
 Sedapat mungkin alat jangan dioperasikan dengan
kecepatan penuh
 Bila timbul tanda-tanda kesemutan, kaku, dan jari
tangan putih atau membiru segera dibawa ke dokter
 RADIASI GELOMBANG MIKRO
 Panjang gel. Mikro adalah 1 mm – 300cm
 Termasuk gel. Mikro adalah : gel. Radio, televisi, telepon dan
radar
 Dampak radiasi gel. Mikro pada manusia :
- Gel.mikro dengan panjang gelombang < 1 cm akan diserap
oleh kulit dan membuat kulit terbakar
- Gel. mikro dengan panjang gelombang > 1 cm dapat
menembus jaringan dan merusak/mengganggu faal tubuh
 Pencegahan dilakukan dengan :
 menutup/mengisolir sumber radiasi

 menggunakan pakaian pelindung

 Memperkecil waktu pemaparan


 Radiasi Sinar Ultra Violet
 Panjang gel. Sinar ultra violet 1 nm – 40 nm
 Sumber : sianar matahari; las listrik,
spectrophotometer, AAS
 Dampak pada manusia adalah bercak-bercak merah
pada kulit dan kerato conjungtivitis pada mata
 Pencegahan dilakukan dengan :
 Menggunakan pakaian pelindung
 Memakai alat pelindung muka yang tepat
 Mengurangi waktu pemaparan
 Radiasi Sinar Infra Merah
 Panjang gel. Sinar infra merah adalah 700 nm – 1 цm
 Sumber : benda-benda yang berpijar
 Dampak terhadap kesehatan : menyebabkan
katarak pada mata
 Pencegahan : gunakan kacamata yang terbuat dari
cobalt blue; lakukan pemeriksaan awal dan berkala
I. BAHAN KIMIA
1. BAHAN KIMIA ANORGANIK
a. Logam-logam berat : Cu, Pb, Cr, Zn, Hg , dll
b. Logam alkali dan alkali tanah : Na, K, Mg, Ca,
dll
c. Oksida Logam : CaO, MgO, Al2O3, CrO3, dll
d. Basa : KOH, NaOH, NH4OH, dll
e. Asam : HCN, HCl, H2SO4, HNO3, dll
f. Unsur non logam : S, P, F, Cl, Cl2, N2, O2, dll
g. Oksida non logam : NO, NO2, CO, SO2, dll
h. Garam : KCN, NaCN, KNO3, dll
a. HK. Jenis Alkana : metana, butana, dll.
b. HK. Aromatik : benzene, toluene, propene,
asetilene, dll.
c. Eter : etil asetat, butil asetat, dll.
d. Keton atau Alkanon : Aseton, metil isobutil keton
(MIBK), metil etil keton (MEK), dll.
e. HK terhalogenasi : kloroform, karbon tetraklorida,
diklorometana, dll.
f. Alkohol atau alkanol
g. Aldehid : formaldehida (formalin), asetaldehide, dll.
h. Asam Karboksilat : asam asetat, asam oksalat, dll.
i. Amina : dietil amina, etil aminclorida, dll.
1. REAKSI ASAM – BASA
2 NaOH + H2SO4 Na2SO4 + 2 H2O + panas
CaO + 2 HCl CaCl2 + H2O + panas
2 NaOH + SO2 Na2SO3 + H2O + panas

2. REAKSI REDOKS
H2O2 + Na2SO3 Na2SO4 + panas

3. REAKSI KEBAKARAN/PEMBAKARAN
- Pada hakekatnya adalah reaksi redoks
- Panas yang timbul menyebabkan kebakaran atau
peledakan
- Reaksi pembakaran yang tidak sempurna akan
menghasilkan gas CO yang sangat beracun
C + O2 CO2 + panas
2 C + O2 2 CO + panas
- Reaksi senyawa kimia dengan air
- Bersifat eksotermis
- Kadang mengeluarkan gas yang bersifat eksplosif
- Senyawa-senyawa yang reaktif dengan air dan bersifat
higroskopis : asam-asam kuat pekat , basa-basa kuat
- Senyawa-senyawa yang reaktif dengan air dan
menghasilkan panas yang sangat tinggi dan gas yang
mudah meledak : CaO, CaC2, logam alkali (Na. K, Li)
- Reaksi dehidrolisa juga bersifat eksotermis
Contoh :
C6H12O6 (gula) + H2SO4 6 C + H2SO4 (6 H2O) +
panas
> Penggabungan molekul-molekul dari senyawa yang
sama menjadi molekul yang lebih besar
> Merupakan reaksi yang eksotermis
> Terjadi karena adanya katalisator
Contoh :
n C2H2 (C2H2)n + panas
n C3H6 (C3H5)n + panas
1. BAHAN BERACUN
a. Bahan Beracun
- Melalui mulut : LD 50 (> 25 atau < 200) mg/kg brt badan
- Melalui Kulit : LD 50 (> 25 atau < 400) mg/kg brt badan
b. Bahan Sangat Beracun
- Melalui mulut : LD 50 ≤ 25 mg/kg brt badan
- Melalui Kulit : LD 50 ≤ 25 mg/kg brt badan

2. BAHAN MUDAH TERBAKAR


a. Bahan mudah terbakar (flammable)
- Mudah terbakar pada suhu kamar
- Mempunyai titik nyala di bawah suhu kamar
b. Bahan dapat terbakar (combustible)
- Dapat terbakar bila dipanaskan
- Mempunyai titik nyala di atas suhu kamar
> Menghasilkan gas dalam jml yang besar dan tekanan
yang tinggi dalam reaksinya
> Sensitif terhadap panas, dan goncangan
> Sifatnya tidak stabil
> Contoh : amonium nitrat, nitro gliserin, TNT, campuran
antara oksidator dan reduktor

4. BAHAN REAKTIF
Apabila :
a. Bereaksi dengan air, mengeluarkan panas dan gas yang
mudah terbakar, atau
b. Bereaksi dengan asam, mengeluarkan panas dan gas
yang mudah terbakar, beracun, atau korosif
contoh : Logam alkali dan alkali tanah, CaO, CaC2,
oksida-oksida logam dan lain-lain
1. Bahan kimia berbentuk partikel (asap, kabut,
fume, awan dan debu )
 Perangsang pada hidung ( sabun, bubuk beras ,
dll)
 Toksik ( Pb, As, Mn, dll )
 Fibrosis/pneumokoniosis ( debu asbes, quartz,
silika, kapas, arang batu, dll )
 Penyebab demam ( uap logam, ZnO, dll )
 Dermatosis dan alergi ( debu kayu )
 Inert (Al, kapur, debu )
2. Bahan-bahan non partikel
 Aspiksian ( N2, CO2 )
 Korosif ( uap-uap dari H2SO4, HCl, HNO )

 Racun (metanol, alkohol, ester, eter, aldehid,


keton, HCN, dll )
3. Bahan-bahan yang mudah menguap :
 Bersifat aspiksian mis, CHCl3

 Merusak alat-alat dalam tubuh, mis, CCl4

 Merusak susunan darah mis, Benzen

 Merusak susunan saraf mis, parathion


1. Pengendalian administrasi
- Dokumen pengendalian bahaya besar
- LDKB/MSDS
- AK3/AK3 Kimia dan petugas K3 Kimia
- Diklat dan pembinaan K3
- Good House Keeping
2. Pengendalian secara teknis
- Sub stitusi
- Eliminasi
- Perubahan proses
- Lokalisasi
- Local Exhauster
- APD
 Faktor-faktor biologi penyebab PAK adalah :
 Virus
 Bakteri
 Jamur
 Cacing
 Tumbuhan
 Jenis industri yang banyak terjadi PAK akibat faktor
biologi adalah :
 Industri pertanian
 Industri perikanan
 Industri peternakan
 Pencegahan dan Pengendalian
 Lakukan penyemprotan dengan pestisida
pada tempat-tempat yang diduga banyak
terdapat mikroba dan cacing dan jamur yang
merugikan kesehatan
 Usahakan sanitasi lingkungan yang baik

 Lakukan imunisasi dan vaksinasi baik pada


manusia maupun hewan ternak
 Lakukan pemeriksaan kesehatan awal
maupun berkala
 Gunakan APD dengan baik dan benar
 Fisiologi adalah ilmu tentang faal manusia pada saat
melakukan pekerjaan atau disbut juga sebagai faal
kerja
 Pada saat melakukan pekerjaan terjadi koordinasi
antara indera, otak, syaraf dan otot
 Ketrampilan seseorang sangat dipengaruhi oleh
kecepatan koordinasi dari, indera, otak, syaraf dan otot
 Kelelahan pada otot akan menyebabkan terhambatnya
koordinasi yang berakibat pada turunya kemapuan
seseorang dalam melaksanakan pekerjaan
 Otot dan tulang sebagai faktor penting dalam bekerja
perlu dijaga fleksibilitas dan posisinya agar tidak cepat
lelah dan terhindar dari rasa pegal dan nyeri
 Antropometri adalah ilmu yang mempelajari
tentang ukuran tubuh, baik dalam keadaan
statis maupun dinamis yang dihubungkan
dengan alat-alat kerja agar diperoleh efisiensi
kerja yang setinggi-tingginya
 Di dalam antropometri, yang sangat penting
dalam pekerjaan adalah sikap tubuh dalam
bekerja dimana alat-alat kerja harus
disesuaikan dengan ukuran-ukuran tubuh
pada saat melakukan kerja
 Sikap tubuh dalam bekerja sangat dipengaruhi oleh bentuk,
ukuran dan penempatan mesin, alat-alat petunjuk, dan
cara-cara pengoperasian mesin
 Mesin/alat-alat kerja ukurannya harus dapat diubah-ubah
disesuaikan dengan ukuran tenaga kerja
 Ukuran-ukuran antropometri terpenting sebagai dasar
penempatan/desain alat-alat kerja :
Berdiri : a. Tinggi badan berdiri Duduk : a. Tinggi duduk
b. Tinggi bahu b. Panj lengan atas
c. Tinggi siku c. Panj lengan bawah
d. Tinggi pinggul d. Jarak lekuk lutut -
e. Panjang jangkauan garis punggung
f. Panjang lengan e. Jarak lekuk lutut –
telapak kaki
 Ukuran-ukuran kerja
a. Pada pekerjaan tangan yang dilakukan berdiri, tinggi
kerja sebaiknya (5 – 10) cm di bawah tinggi siku
b. Apabila bekerja berdiri dg pekerjaan di atas meja dan
tinggi siku disebut O, maka dataran kerja hendaknya :
- Untuk pekerjaan memerlukan ketelitian O + (5 – 10) cm
- Untuk pekerjaan ringan O - (5 – 10) cm
- Untuk pekerjaan berat atau mengangkat barang berat
yang memerlukan otot punggung O – (10 – 20) cm
 Untuk sikap kerja duduk dianjurkan memilih sikap tegak
dengan diselingi istirihat sedikit membungkuk
 Tempat duduk yang baik ……..
 Sikap duduk yang baik harus memenuhi syarat-syarat :
1. Tinggi dataran duduk dapat diatur dengan papan kaki
sesuai dengan tinggi lutut sedangkan paha dalam
keadaan datar
2. Sandaran punggung tingginya dapat diatur dan harus
menekan punggung
3. Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm
 Pekerjaan berdiri sebaiknya dirubah menjadi pekerjaan
duduk, bila tidak mungkin kepada pekerja diberi
kesempatan duduk
o
 Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri 23 – 27 ke bawah
o
sedang untuk pekerjaan duduk 32 – 44 ke bawah
 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental
TK di tempat kerja :
1. Beban kerja
2. Jenis pekerjaan
3. Hubungan sosial
4. Lingkungan kerja
 Pengendalian
a) Pemeriksaan kesehatan awal dan berkala
b) Peningkatan ketrampialan
c) Perbaikan lingkungan kerja
d) Peningkatan motivasi kerja
 Hygiene Perusahaan adalah seni pengenalan, penilaian
dan pengendalian faktor-faktor bahaya lingkungan
kerja sehingga TK dan masyarakat sekitar terhindar
dari efek sampingan kemajuan teknologi

 Konsep Hygiene perusahaan


a. Pengenalan lingkungan
b. Penilaian lingkungan
c. Pengendalian lingkungan
A. Pengenalan Lingkungan
 Diagram alir, proses, mesin-mesin, bahan-
bahan,produk
 Potensi bahaya
 Sumber-sumber bahaya
 Keluhan-keluhan
 Informasi dan peraturan pemerintah
B. Penilaian Lingkungan
 Monitoring/pengukuran
 Membandingkan dengan standar yang ada
 Hasil penilaian
C. Pengendalian lingkungan
1. Pengendalian administrasi
- Dokumen pengendalian bahaya besar
- LDKB/MSDS
- AK3/AK3 Kimia dan petugas K3 Kimia
- Diklat dan pembinaan K3
- Good House Keeping
2. Pengendalian secara teknis
- Sub stitusi
- Eliminasi
- Perubahan proses
- Lokalisasi
- Local Exhauster
- APD
 Tujuan : mencegah dan meminimalisir akibat
dari kecelakaan besar
 Kecelakaan Besar
 Kecelakaan akibat kekuatan alam
 Kecelakaan karena ulah manusia
 Kecelakaan industri
 Akibat kecelakaan
 Meninggal dunia, cedera, trauma
 Kerusakan hebat instalasi dan bangunan
 Reaksi masyarakat
 Konsekuensi serius terhadap perusahaan dan
karyawan/pekerja
 Kerusakan lingkungan
 Faktor-faktor spesifik penyebab kec. besar
1. Poor management
2. Tekanan target produksi
3. SMK3 yang tidak jalan
4. Komonikasi yang tidak jalan
5. Laporan yang tidak lengkap
6. Pengabaian ensiden
7. Inadequate Training
8. Lack of competency
9. Jam kerja yang terlalu panjang
10. Kesealahan prosedur
11. Kurang perawatan
 Sistem Pengendalian Bahaya Besar
 Komitmen dan tanggung jawab manajemen

 Penetapan potensi bahaya

 Pelaporan potensi bahaya kepada pihak


yang berwenang
 Unit sentral pengawasan bahaya besar

 Pengawas pabrik yang terlatih

 Syarat-syarat perundangan

- Kepmenaker No. 187/Men/1999


- Permenaker No. 05/Men/1996
 Nilai Ambang Kuantitas
 Penentu : Tingkat bahaya & Jumlah Bahan
 Keputusan Menteri : No.Kep.187/Men/1999-Pasal14

No. Jenis Bahan NAK

1 Bahan Kimia Beracun 10 ton


2 Bahan Kimia Sangat Beracun 5 ton
3 Bahan Kimia Reaktif 50 ton
4 Bahan Kimia Mudah Meledak 10 ton
5 Bahan Kimia Oksidator 10 ton
6 Bahan Kimia Cairan Mudah Terbakar 200 ton
7 Bahan Kimia Sangat Mudah Terbakar 100 ton
8 Bahan Gas Mudah Terbakar 50 ton

 Contoh : Peledakan LPG (Mexico City)


 Kecelakaan besar dapat dicegah dan
diminimalisir dengan :
- Desain proses yang benar
- Desain tata letak perusahaan yang tepat
- Desain instalasi yang benar
- Desain konstruksi bangunan yang benar
- Perawatan yang kontinu
- Manajemen yang baik
 Tujuan : mengatasi resiko yang masih ada
setelah semua tindakan pencegahan
dilakukan
 Rencana Darurat Didalam Perusahaan
1. Peringatan kepada yang bersangkutan
2. Tindakan yang harus dilakukan
- Mengatasi kebocoran gas beracun,
pemadaman api, tumpahan bahan kimia
beracun
- Mencegah bagian lain terlibat keadaan
darurat
- Melakukan evakuasi
 Rencana Darurat Diluar Perusahaan
1. Menghubungi instansi terkait

2. Menghubungi RS terdekat

3. Memberitahu perusahaan lain dan


masyarakat sekitar perusahaan
4. Memberikan informasi kepada regu
penolong dari luar
 TUJUAN
 Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan
pekerja yg bekerja dalam ruang terbatas dari
bahaya yg ada/timbul
 Untuk meyakinkan bahwa semua peralatan
perlindungan keselamatan dan keadaan
darurat disediakan secara baik dan benar
 Untuk melakukan pengendalian yang benar
terhadap kemungkinan terjadinya
kecelakaan
 RUANG LINGKUP
 Semua kegiatan pada ruang terbatas untuk kegiatan
membersihkan, memelihara, memperbaiki, menguji
dll.
 Ruang terbatas adalah suatu ruang atau area kerja
yang memiliki jalan masuk dan keluar yang terbatas,
ventilasi dan ruangan yang terbatas, dan tidak
dirancang untuk tempat kerja yang kontinyu dan rutin
 Termasuk ruang terbatas adalah :

Tangki, saluran pipa, menara destilasi, boiler, bak


penampung, silo, gua pertambangan, dll.
 PROSEDUR KERJA
1. Dilakukan oleh pemelik area kerja (pemberi
ijin kerja)
 Melakukan identifikasi sumber bahaya

 Mengisolasi ruang terbatas dengan


memasang Lock dan Tag
 Melakukan pengetesan konsentrasi gas
dan uap bahan kimia yang toksik, bahan
mudah meledak, dan kadar oksigen
 Melakukan pembersihan bahan kimia cair,
uap dan gas
2. Dilakukan oleh Ahli K3
 Mempersiapkan/menyediakan APD, peralatan untuk
keadaan darurat, petugas dan peralatan P3K
 Mempersiapkan peralatan komunikasi
3. Dilakukan oleh pekerja
 Bersama-sama dengan pemilik area kerja memasang
Lock dan Tag untuk mengisolasi ruang terbatas
 Mempersiapkan dan memakai APD yang dibutuhkan
 Mempersiapkan peralatan kerja
 Mempersiapkan alat komunikasi
 Melakukan pengetesan aliran yang telah diputus dan
dipasang Lock dan Tag
4. Mengisi Formulir Kerja
 Pengisian formulir ijin kerja dilakukan bersama-
sama oleh pemilik area kerja dan pekerja
 Pengisian formulir pada hari yang sama sebelum
pekerjaan dimulai
 Jika kondisi ruang terbatas berubah, maka formulir
ijian kerja harus dibatalkan
5. Tanda Tangan Formulir Ijin Kerja
 Formulir ijin kerja harus ditanda tangani oleh
pemilik area kerja dan pekerja
 Ahli K3 harus melakukan klarifikasi isi formulir ijin
kerja sebelum menandatangani formulir jin kerja
6. Pekerjaan dalam Ruang Terbatas
 Sebaiknya dilakukan oleh minimal oleh 2 orang
pekerja bersama-sama
 Ahli K3 harus selalu berada di area kerja ruang
terbatas dan harus selalu dapat melihat dan
memonitor pekerja yang berada dalam ruang
terbatas
 Ahli K3 harus selalu memonitor kondisi ruang
terbatas
 Jika kondisi ruang terbatas tidak sesuai dengan
formulir ijin kerja maka Ahli K3 harus segera
menghentikan pekerjaan
 Jika terjadi keadaan darurat maka Ahli K3 harus
mencari bantuan sebelum pertolongan diberikan
 Peringatan : Pekerjaan dalam ruang terbatas tidak
bisa dimulai jika Ahli K3 tidak ada
7. Pekerjaan Ruang Terbatas Selesai, maka :
 Pekerja melapor kepada pemelik area kerja

 Pekerja dan pemilik area kerja secara


bersama-sama memeriksa dan mengetes
pekerjaan tersebut
 Pekerja dan pemilik area kerja secara
bersama-sama melepas Lock dan Tag yang
terpasang
 Pekerja dan pemilik area kerja secara
bersama-sama menutup formulir ijin kerja
dengan membubuhkan tanda tangan
 PELATIHAN
 Pekerja dan Ahli K3 harus mempunyai
sertifikat pelatihan pekerjaan pada ruang
terbatas
 Ahli K3 harus mendapatkan pelatihan P3K
pada kecelakaan ruang terbatas dan
mendapatkan peletihan ulangan (refreshing)
secara berkala
 Pekerja, pemilik area kerja dan Ahli K3 harus
menguasai dan paham tentang ijin kerja dan
pengisian formulir ijin kerja ruang terbatas
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai