Anda di halaman 1dari 64

KONTROL INFEKSI

(INFECTION CONTROL)
LATAR BELAKANG
Mengapa kontrol infeksi penting
dalam bidang kedokteran gigi?
 Baik pasien maupun dental health care personnel
(DHCP) dapat terpapar kondisi patogen
 Kontak dengan darah, sekret oral dan pernafasan,
serta alat-alat yang terkontaminasi
 Prosedur yang tepat dapat mencegah transmisi infeksi
di antara pasien dan DHCP
Latar Belakang …

 Tindakan perawatan gigi yang berisiko seperti


pencabutan gigi, pengeboran gigi, skeling
 CDC melaporkan hasil penelitian terhadap 360 orang
petugas kesehatan gigi di praktek:
36,11% dokter gigi
33,88% Ahli Bedah Mulut (ABM)
22,22% perawat, 4,16% mahasiswa
3,61% dental higienist
 4,4% kasus infeksi HIV, 39% kasus infeksi HBV/HCV
akibat luka tusukan jarum yang terkontaminasi
Latar Belakang …

Penelitian yang dilakukan di University of Western Ontario (Mc Carthy


& Britton, 2000):
 82% mahasiswa kedokteran gigi terluka akibat alat yang
terkontaminasi selama setahun menjalankan kepaniteraan klinik
 57% mahasiswa kedokteran

 27% mahasiswa keperawatan

Occupational Exposure of Shiraz Dental Students to Patients' Blood


and Body Fluid (Shaghaghian S, dkk 2015) --> 80% of the
participants were exposed to the patients' blood or body fluids during
their clinical course
Mode of Transmisi/Cara Penularan

 Kontak kulit langsung dengan darah atau


cairan tubuh lain
 Kontak kulit tidak langsung dengan alat atau
permukaan yang terkontaminasi
 Kontak membran mukosa mata, hidung atau
rongga mulut melalui percikan
 Menghirup mikroorganisme yang ada di udara
(Inhalation of airborne microorganisms)
Chain of Infection
=Rantai Infeksi=
Bakteri
MO yang patogen
Host yang rentan Sumber: darah

Entri Mode
BLOODBORNE PATHOGENS
Transmisi Virus bloodborne

Virus bloodborne seperti virus hepatitis


B (HBV), virus hepatitis C (HCV), and
virus human immunodeficiency virus
(HIV)
 dapat menular di praktek
 Dapat menyebabkan infeksi kronis
 Biasanya dibawa oleh orang yang tidak
perduli adanya infeksi di tubuhnya
Rute Penularan

Pasien DHCP

DHCP Pasien

Pasien Pasien
Faktor2 yang mempengaruhi risiko
pekerjaan terhadap infeksi virus
 Prevalensi/frekuensi infeksi di antara
populasi/pasien
 Risiko penularan setelah terekspose darah
(risiko dipengaruhi oleh jenis virus)
 Tipe dan frekuensi kontak darah (DHCP
yang sering berkontak dengan darah,
terutama bagi yang bekerja dengan
menggunakan jarum akan berisiko lebih
tinggi terinfeksi virus
Rata-rata Risiko Penularan Virus
Bloodborne setelah terkena jarum suntik
Sumber Risiko
HBV
HBsAg+ and HBeAg+ 22.0%-31.0% clinical hepatitis;
37%-62% serological evidence of
HBV infection
HBsAg+ and HBeAg- 1.0%-6.0% clinical hepatitis; 23%-
37% serological evidence of HBV
infection

HCV 1.8% (0-7%)

HIV 0.3% (0.2-0.5%)


Konsentrasi HBV dalam cairan tubuh

High Moderate Low/Not Detectable

Darah Semen Urine


Serum Cairan vagina Kotoran
Cairan luka Saliva Keringat

Airmata

ASI
Persentase Infeksi HBV pada
dokter gigi di Amerika
16
14
12
Percent

10
8
6
4
2
0
1983 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003
Tahun
Penularan infeksi HCV di praktek drg ?

 Prevalensi/frekuensiinfeksi HCV di antara


drg dan ABM (~ 1%-2%), sama dengan
masyarakat umum
 Belum ada yang melaporkan penularan
HCV dari DHCP terinfeksi ke pasien atau
dari pasien-pasien
 Risiko penularan HCV terlihat sangat rendah
Penularan infeksi HIV

 Hanyasatu kasus yang tercatat terjadi


penularan dari dokter gigi yang terinfeksi
kepada pasiennya
No. Provinsi Prevalensi
1 Papua 275.11
2 Bali 85.95
3 DKI Jakarta 65.56
4 Kalimantan Barat 38.65
5 Sulawesi Utara 31.49
6 Papua Barat 24.59
7 Maluku 23.15
8
9
10
Kepulauan Riau
DI Yogyakarta
Bangka Belitung
22.75
22.62
22.07
Persentase kasus
11
12
Sulawesi Selatan
Jawa Timur
19.25
18.41 HIV per 100.000
13 Sumatera Barat 16.55
14
15
Riau
Jambi
15.51
12.42
penduduk
16
17
18
Maluku Utara
Nusatenggara Timur
Jawa Barat
11.85
10.59
9.59
berdasarkan
19
20
Kalimantan Timur
Bengkulu
9.34
9.33
provinsi di
Indonesia
21 Jawa Tengah 9.23
22 Banten 8.62
23 Nusatenggara Barat 8.42
24
25
26
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Tengah
8.33
5.77
4.82
(Data Riskedas,
27
28
Sumatera Selatan
Kalimantan Tengah
4.32
4.20
2007)
29 Sumatera Utara 3.97
30 Kalimantan Selatan 3.69
31 Lampung 3.18
32 NAD 3.05
33 Sulawesi Barat 0.35
Nasional 18.38
ELEMEN UNTUK
OPERATOR
Unsur yang dibutuhkan operator dalam
program kontrol infeksi
 Program edukasi dan training untuk stafnya
 Rencana Imunisasi untuk penyakit yang dapat
dicegah dengan pemberian vaksin
 Penatalaksanaan pencegahan pada waktu atau
setelah melakukan tindakan radiologis
 Penatalaksanaan untuk kondisi umum
 Menjaga status medis sesuai dengan hukum yang
berlaku
UNIVERSAL/STANDARD
PRECAUTIONS
Universal/Standard Precautions
 Perlu diberlakukan kepada SEMUA pasien
 Universal Precautions  Standard Precautions
(1996)
 U/SP didasarkan pada konsep bahwa
1. Cairan tubuh, sekresi, dan ekskresi kecuali keringat,
ada atau tidak mengandung darah harus
diperlakukan sebagai sesuatu yang ‘infectious’
2. Kulit yang mengalami luka (non-intact skin)
3. Membrana mukosa
4. Saliva
5 (lima) Elemen Standar

 Perlindungan diri
 Pemrosesan instrumen
 Asepsis dan desinfeksi permukaan
 Penggunaan alat sekali pakai
 Pembuangan sampah medis
Perlindungan Diri
 Mencuci tangan
 Menggunakan perlengkapan proteksi diri:
sarung tangan
masker
kacamata pelindung
baju pelindung
 Imunisasi
KEBERSIHAN TANGAN
Bila tangan harus dibersihkan ?
 Terlihatkotor
 Setelah menyentuh alat yang
mungkin terkontaminasi
 Sebelum dan sesudah perawatan
(sebelum memakai sarung tangan
dan setelah sarung tangan
dilepaskan)
Kebersihan Tangan/Hand hygienes
 Mencuci tangan
Cuci tangan dengan sabun dan air
 Handwash antiseptik
Cuci tangan dengan air dan sabun biasa atau sabun yang
mengandung antiseptik
 Handrub yang mengandung alkohol
Gosok/olesi tangan dengan bahan yang mengandung
alkohol
 Antisepsis bedah
Sebelum melakukan tindakan bedah, cuci tangan dengan
sabun antiseptik atau olesi tangan dengan bahan yang
mengandung alkohol
Pertimbangan khusus untuk kebersihan
tangan

 Gunakan lotion khusus untuk mencegah kulit kering


akibat sabun yang digunakan
 Pertimbangkan lotion atau bahan antiseptik dan
efeknya terhadap sarung tangan yang digunakan
 Menjaga kuku tetap pendek sehingga meminimaliser
kemungkinan sarung tangan terkoyak
 Hindarkan menggunakan kuku buatan
 Tidak menggunakan pernak pernik tangan/jari yang
dapat merusak sarung tangan
Manfaat kebersihan tangan dalam
menyingkirkan bakteri
Baik Lebih Paling
baik baik

Sabun Sabun yang Sabun yang


biasa mengandung mengandung
antimikroba alkohol

Source: http://www.cdc.gov/handhygiene/materials.htm
Prosedur mencuci tangan

 Tangan dibersihkan di bawah air mengalir


 Sabun cair yang mengandung antiseptik dituang ke
tangan dan digosok sampai berbusa
 Kedua telapak tangan digosok sampai ke ujung jari,
demikian juga punggung tangan, jari dan kuku
 Dilakukan selama 10-15 detik
 Tangan dibilas dengan air mengalir
 Tangan dikeringkan dengan tisu/mesin pengering
PERSONAL PROTECTIVE
EQUIPMENT
Personal Protective
Equipment
(Peralatan Perlindungan Diri)

 Komponen utama Standard Precautions


 Melindungikulit dan membrana mukosa dari
kemungkinan terpapar alat/bahan yang
terinfeksi
 Harus
ditanggalkan sebelum meninggalkan
tempat
Masker, Kacamata Pelindung, Pelindung Wajah

 Gunakan masker dan kacamata pelindung


standar yang menutup hidung dan mata
dengan bahan yang dapat memproteksi
membran mukosa mata, hidung dan mulut dari
percikan
 Masker diganti setiap kali untuk setiap pasien
 Bersihkan lapisan pelindung wajah setiap
berganti pasien
Masker yang baik
 Mempunyai filtrasi minimal 95% dari partikel
berukuran 3.5 mm
 Mampu menghalangi percikan darah, saliva dan
debris
 Menutupi tepi wajah, tidak mengiritasi kulit
 Tidak mengganggu pernafasan
 Tidak berbau
Baju Pelindung/Protective Clothing
 Baju pelindung, jas lab sekali
pakai/re-usable cenderung kotor
karena darah, saliva atau bahan
infeksius
 Ganti baju pelindung kalau sudah
terkena
 Tanggalkan baju pelindung bila
hendak meninggalkan tempat kerja
Sarung tangan
 Dapat mengurangi risiko dokter gigi terhadap
transmisi dari pasien
 Mencegah flora mikroba yang mungkin
ditransmisikan dokter gigi ke pasien
 Mengurangi kontaminasi tangan dokter gigi yang
mengandung flora mikroba yang mungkin
ditransmisikan oleh satu pasien ke pasien lain
Sarung tangan tidak dapat menggantikan
kebutuhan untuk cuci tangan. Harus diingat tidak
berarti ‘bebas dari mencuci tangan’
Rekomendasi untuk sarung tangan

 Gunakan sarung tangan


terutama bila berkontak dengan
darah, saliva atau membrana
mukosa
 Sarung
tangan dibuka setelah
merawat pasien
 Gunakan sarung tangan baru
untuk setiap pasien
Rekomendasi untuk sarung tangan

Buang sarung tangan yang


sobek, menipis

Jangan pernah mencuci


sarung tangan atau
melakukan sterilisasi pada
sarung tangan untuk
digunakan kembali
3 jenis sarung tangan

 Sarung tangan steril


 Sarung tangan lateks

 Sarung tangan heavy duty


IMUNISASI
Imunisasi yang dianjurkan untuk DRG

 Hepatitis B
 TBC (di Inggris, di Amerika tdk dianjurkan)

 Rubella (khusus u drg wanita)

 Sebagai tambahan imunisasi rutin (tetanus, polio,


dan difteri)
PEMROSESAN INSTRUMEN
Jenis instrumen

 Kritis : instrumen bedah, skalpel,


skeler, bur
 Semi kritis : kaca mulut, kondenser
 Non kritis : X-ray heads, blood pressure
cuff
Pemrosesan Instrumen

 Perendaman dan pembersihan


 Pengemasan
 Sterilisasi
 Pengeringan, pendinginan dan
penyimpanan
Pembersihan otomatis

 Ultrasonic cleaner
 Instrument washer
 Washer-disinfector
Pembersihan manual

 Gunakan masker,
kacamata pelindung, dan
sarung tangan heavy duty
Sterilisasi

 Pemanasan basah dengan tekanan tinggi


(autoclave sterilization)

 Pemanasan kering (dry heat sterilization)

 Sterilisasi uap bahan kimia (chemiclave


sterilization)
Sterilisasi bahan kimia/Desinfektan

 Hanya untuk peralatan kritis dan


semi kritis yang sensitif
terhadap panas
 Dapat membahayakan operator
dan pasien bila berkontak
dengan bahan kimia yang
sangat toksik akibat tidak
mengikuti instruksi pabrik
 CDC lebih menganjurkan
penggunaan sterilisasi panas
Penyimpanan
 Instrumenkritis dan semi kritis yang akan
disimpan harus dibungkus atau dimasukkan
dalam kontainer sebelum dilakukan sterilisasi
panas
 Pada waktu melakukan penyimpanan tetap
gunakan sarung tangan heavy duty
ASEPSIS DAN DESINFEKSI
PERMUKAAN
Tindakan asepsis dan desinfeksi
permukaan
 Permukaan kontak klinis (clinical contact surfaces)
 Permukaan kontak nonklinis/housekeeping
Clinical Contact Surfaces
Housekeeping Surfaces
Permukaan Kontak klinis
 Mempunyai risiko lebih besar dalam
transmisi infeksi

 Bersihkan dan lakukan desinfeksi


dengan menggunakan bahan
desinfektan untuk rumah sakit (hospital
disinfectant)
 Desinfektan yang biasa digunakan
dalam bidang KG: alkohol, aldehid,
biguanid, fenol, klorsilenol (Dettol)
Permukaan kontak non-klinis

 Secara rutin dibersihkan dengan sabun dan air


atau dapat juga menggunakan detergen EPA/EPA-
registered detergent
 Alat sebaiknya digunakan setelah permukaan
kering
 Sediakan larutan desinfeksi
PENGGUNAAN ALAT SEKALI PAKAI
Penggunaan alat sekali pakai
 Alat sekali pakai digunakan hanya untuk satu pasien.
Jangan pernah mencuci, melakukan desinfeksi atau
sterilisasi pada alat tersebut apalagi digunakan
untuk pasien lain
 Biasanya alat sekali pakai yag digunakan di
kedokteran gigi tidak tahan panas
 Contoh: jarum suntik, gelas profilaksis, dan breket
ortodonti/plastic orthodontic brackets
PEMBUANGAN SAMPAH MEDIS
Pembuangan Sampah

 Sampah umum/Traditional medical


waste: Tidak dianggap
berbahaya/infectious, oleh karena itu dapat
dibuang di tempat sampah biasa.
Contoh: sarung tangan, masker

 Sampah medis reguler/Regulated


Medical Waste: sangat berisiko terhadap
terjadinya infeksi
Contoh: jarum suntik, gigi yang tercabut
Kualitas Dental Water

For routine dental treatment,


meet regulatory standards for
drinking water.*

* <500 CFU/mL of heterotrophic water


bacteria
Persyaratan untuk Prosedur Bedah
Sterile Surgeon’s
Gloves
Surgical
Scrub

Sterile Irrigating
Solutions
Extracted teeth-Gigi yang dicabut

 Sampah medis
Jangan lakukan insenerasi pada gigi
dicabut yang ada tambalan amalgamnya
Bersihkan dan lakukan desinfeksi
sebelum mengirimkannya ke laboratorium
untuk melihat perubahan warna
 Dapat diberikan kepada pasien
Tujuan Kontrol Infeksi

 Memberikan lingkungan kerja


yang aman dan nyaman (safe
working environment)
Mengurangi kemunginan
terjadinya infeksi pada pasien
Mengurangi bahaya terpapar
bahan/alat terkontaminasi di
antara DHCP
Program Evaluation
 Strategi
Pengukuran berkala
Membuat check list untuk
prosedur yang dilakukan
Melakukan tinjau ulang rutin
pada penderita yang berisiko
terhadap kemungkinan terpapar
bloodborne pathogens
“Program evaluation provides an
opportunity to identify and change
inappropriate practices, thereby improving
the effectiveness of your infection control
program.”

Anda mungkin juga menyukai