Anda di halaman 1dari 13

MK.

PERENCANAAN DAN DESAIN LANSKAP (ARL 510)

PERTANIAN TRADISIONAL
MASYARAKAT SUKU BADUY,
(DESA KANEKES)
ISRAMIRAWATY AGUS M / A451180021
QORIYATI / A44150010
OUTLINE
• PERTANIAN TRADISIONAL SUKU BADUY
• LARANGAN
• KALENDER PERTANIAN
• TAHAPAN BERLADANG/ BERTANI
• PENGENDALIAN HAMA
PERTANIAN TRADISIONAL
SUKU BADUY
• Lahan usaha pertanian merupakan bagian
terbesar dalam penggunaan lahan di wilayah
Baduy, yakni seluas 2.585,29 ha atau 50,67%.
Lahan ini terdiri atas lahan yang
ditanami/diusahakan seluas 709,04 ha dan lahan
yang tidak ditanami (bera) seluas 1.876,25 ha.
• Zona kedua merupakan lahan yang digunakan
sebagai lahan pertanian intensif, seperti ladang
kebun dan kebun campuran.
PERTANIAN TRADISIONAL
SUKU BADUY
• Masyarakat Baduy masih mengikuti pertanian tradisional pada zaman kerajaan sunda pajajaran, yaitu
sistem perladangan berpindah / huma
• Sitem pertanian dilakukan adalah tanaman pangan dalam waktu dekat 2-3 tahun, dan diikuti dengan
fase regenerasi/ masa bera selama 10-20 tahun.
• Huma/ ladang berupa kebun campuran. Berhuma sendiri merupakan salah satu wujud ibadah dan
ritual suci berupa penghormatan kepada Nyi Pohaci Sanghyang Asri dalam agama mereka yaitu
Sunda Wiwitan. Oleh karenanya, semua aktivitas bertanam padi ini ditentukan oleh pikukuh.
• Isi terpenting dari pikukuh adalah “Tanpa merubah apapun”
PERTANIAN TRADISIONAL
SUKU BADUY
• Dalam pertanian, pikukuh ini diterapkan dengan tidak mengubah kontur lahan bagi ladang, tidak
mengolah lahan dengan bajak, tidak membuat terasering, hanya menanam dengan tugal.
• Hal ini menunjukan sistem berladanganya sesuai dengan ideology, yaitu tidak merubah alam agar
tercapai keseimbangan.
• Selain itu, sitem pengairan ladangnya tidak dengan irigasi. Hanya mengandalkan hujan
• Sedangakan, Pertanian baduy luar lebih berinteraksi erat dengan masyarakat luar, yaitu dengan sewa
menyewa tanah, dan tenaga buruh.
5 macam tradisi huma:
• a. Huma serang, yaitu huma adat milik bersama. Biasanya
hasil padi diperuntukan bagi upacara kapuunan.
• b. Huma puun, yaitu huma milik puun (ketua adat), Lokasi
huma puun berada tidak jauh dari rumah puun dan
biasanya tidak berupa lahan berpindah.
• c. Huma tangtu berlokasi di kawasan Baduy Dalam,
diperuntukkan bagi keperluan warga kampung Tangtu
(Baduy Dalam).
• d. Huma tuladan adalah huma yang berada di kawasan
kampung Panamping untuk keperluan upacara warga
Baduy Luar dan berlokasi di kawasan Panamping.
• e. Huma panamping untuk keperluan penduduk Baduy
Luar. Huma ini berada di wilayah Baduy Luar.
• f. Huma urang Baduy, yaitu ladang di luar wilayah desa
Kanekes yang dikerjakan orang Baduy luar dan hasilnya
diambil untuk kepentingan keluarga masing-masing.
LARANGAN
• Larangan-larangan yang harus dipatuhi dalam pertaniannya adalah sebagai berikut:
1. Dilarang menggunakan cangkul saat mengolah tanah,
2. Dilarang menanam singkong
3. Dilarang menggunakan bahan kimia untuk memberantas hama.
4. Dilarang pergi ke ladang pada hari Senin, Kamis, dan Sabtu
5. Dilarang membuka ladang di Leuweng atau hutan tutupan dan dilarang membuka lahan di hutan kampung.
6. Dilarang menanam tanaman budi daya perkebunan, seperti kopi, kakao, cengkeh, kelapa sawit.
7. Dilarang memelihara binatang ternak berkaki empat, seperti sapi, kambing, kerbau.
8. Dilarang berladang sembarangan. Berladang harus sesuai dengan ketentuan adat
KALENDER PERTANIAN
• Baduy dalam berladang menggunakan kalender tradisional.
Penanggalan kalender pertanian tradisional tersebut disusun
berdasarkan pedoman pada perputaran rasi bintang,
matahari, masa berbunga atau berbuah jenis-jenis tumbuhan
tertentu, dan kehadiran suatu jenis serangga khusus.
• Selain itu, faktor penentu lainnya, dan bahkan paling
menentukan di dalam penanggalan kalender tersebut, adalah
variasi waktu panen huma serang.
• Pada kondisi iklim normal, awal tahun kalender pertanian
Baduy, yaitu bulan Sapar, biasanya bertepatan dengan Rajab-
Ruwah bulan Islam dan April-Mei bulan masehi.
TAHAPAN BERLADANG/ BERTANI
Waktu pelaksanaan tanam padi ditentukan oleh Puun ditandai dengan berbagai ritual. Tahapan ritual :
• Narawas, yaitu mulai membuka lahan yang akan ditanami dengan ritual untuk menolak bala
• Nyacar, yaitu membersihkan lahan dengan membabad semak belukar dilakukan pada bulan kalima
• Ngahuru , yaitu membakar rumput dan sisa tumbuhan lainnya dilakukan pada bulan kaanem. kemudian
lahan
• Disasap, yaitu dibersihkan dengan parang terhadap rumput-rumput yang kecil dan dibiarkan satu
minggu sampai sisa rumput tersebut membusuk dan bisa digunakan sebagai pupuk.
• menanam pungpuhunan, yaitu berbagai macam tumbuhan sebagai penolak bala dan diantaranya dapat
berfungsi sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama dan penyakit.
TAHAPAN BERLADANG/ BERTANI
• Ngaseuk, yaitu menanam padi dilakukan pada bulan katujuh.
• ngubaran pare, yaitu mengobati padi
• Ngored, yaitu membersihkan gulma dilakukan saat tanaman padi berumur 3 bulan
• Ngetem, yaitu yaitu panen dengan menuai padi menggunakan ani-ani. Gabah yang masih melekat pada
tangkai malai kemudian diikat masing-masing sebesar lingkaran ibu jari dan telunjuk disebut pocongan
atau ranggeong.
• Kawalu, yaitu membawa beberapa ranggeong hasil padi yang ditanam sebagai syarat untuk didoakan
oleh Puun.
PENGENDALIAN HAMA
• Baduy melakukan ngubaran pare dengan menggunakan berbagai macam racikan yang disebut samara
pungpuhan. Selain itu, pengendalian dilakukan dengan pengaturan waktu tanam dan penanaman
polikultur berupa tumpang sari.
• Pengaturan jenis padi yang ditanam : Aturan bertanam padi di masyarakat Baduy adalah setiap kepala
rumah tangga berkewajiban menanam 5 jenis padi dalam satu areal pertanaman yang digarapnya. Dari
5 jenis padi yang ditanam terdapat 3 jenis padi yang wajib ditanam yaitu Pare Koneng, Pare Siang
Beureum dan Ketan Langgarsari. Adapun 2 jenis padi lainnya dibebaskan menanam jenis padi yang
mereka sukai.
• Samara pungpuhunan sebelum diaplikasikan pada tanaman padi dengan cara diciprat atau ditaburkan,
terlebih dahulu dibacakan doa atau mantra melalui upacara adat mantun.
PENGENDALIAN HAMA
Aplikasi samara pungpuhunan dilakukan pada berbagai fase yaitu :
1) awal pertumbuhan sekitar 40 hari setelah tanam (HST),
2) fase anakan maksimum dan menjelang padi bunting sekitar 60 HST,
3) saat berbunga hingga
4) fase pemasakan.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai