CEDERA KEPALA
Oleh:
Mohamad Nur
3. Respon Verbal
Orientasi terhadap orang, tempat, waktu : 5
Bahasa kacau : 4
Kata-kata tidak adekuat : 3
Suara tidak dapat dimengerti : 2
Tidak ada respon : 1
American Congress of Rehabilitation Medicine
mendefinisikan Cedera kepala ringan adalah
“Gangguan fungsi fisiologis otak akibat trauma “
yang dimanifestasikan satu diantara berikut :
Hemoragi subarakhnoid
Akibat sekunder rupturnya aneurisma karena
laserasi pembuluh darah mikrosuperfisial pada
ruang subarakhnoid.
Hemoragi subarakhnoid dapat menyebabkan
hidrosefalus communikata jika darah menyumbat
villi arakhnoid atau menyebabkan hidrosefalus non
komunikata bila clot/gumpalan darah menyumbat
ventrikel ketiga atau keempat
Coup & Countrecoup
Coup terjadi pada area yang mengalami benturan
langsung pada kepala
Countrecoup terjadi pada sisi berlawanan dari area
yang mengalami benturan
CEDERA KEPALA SEKUNDER
► Cedera kepala sekunder merupakan akibat lanjut
kerusakan seluler efek dari injuri primer
► Terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah
terjadi trauma
► Cedera kepala sekunder menyebabkan keluarnya
mediator neurochemical al:
Pengeluaran asam amino :
Asam amino termasuk glutamat dan asparat meningkat
setelah trauma otak
As amino ,menyebabkan sel edema, vakuolisasi dan
kematian neuron.
As amino jg menyebabkan peningkatan chlorida dan
sodium yang menyebabkan neuron mengalami edema
akut
Proses biokimia lain yang menyebabkan meningkatnya
keparahan trauma termasuk peningkatan pottasium
ekstraseluler yang menyebabkan edema, peningkatan
cytokinin yang menyebabkan inflamasi, dan penurunan
magnesium intraseluler yang menyebabkan influks
kalsium.
► Peningkatan Tekanan Intra Kranial :
Trauma berat menyebabkan peningkatan TIK
► Edema Otak
Edema disebabkan oleh peningkatan transmiter
neurochemical dan peningkatan TIK
Kerusakan barier otak dan kelemahan autoregulasi
vasomotor menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.
► Hidrosefalus
Hidrosefalus komunikata lebih sering terjadi pada
cedera otak.
► Herniasi Otak
Herniasi supratentorial dapat mengiringi terjadinya
kompresi mekanik secara langsung dengan adanya
akumulasi massa atau peningkatan TIK
► Herniasi Cerebellar
Injuri ini ditandai dengan herniasi infratentorial
dimana tonsil cerebellum terdorong melalui foramen
magnum dan menekan medula yang menyebabkan
bradikardia dan gagal pernapasan
D. MANAJEMEN CEDERA KEPALA
MANAJEMEN CEDERA KEPALA PADA PASIEN
TIDAK SADAR
1. Lakukan pengkajian lengkap airway, breathing dan
sirkulasi (A,B,C)
Lakukan resusitasi jika perlu. Perlu diingat
resusitasi yang tidak adekuat menyebabkan injuri
otak sekunder yang lenih berat.
- Panggil bantuan
- Pasang cervical collar
- Bersihkan jalan napas (keluarkan debris, dan
pasang orofaringeal)
- Berikan oksigen aliran tinggi
- Lakukan intubasi jika gag refleks
menurun/hilang
- Pastikan pernapasan adekuat
- Pasang monitor jantung, catat HR, TD, RR dan
temperatur
Apakah sirkulasi adekuat atau pasien dalam
keadaan syok?
- Atasi hipotensi dengan pemberian cairan kristaloid.
Tapi perlu diinget terlalu banyak cairan
menyebabkan edema otak berat. Hentikan
pemberian jika ps normotensive
- Berikan darah bila perlu, periksa gula darah dg
glukostik dan berikan glukosa jika kadar GDA
menurun
- Periksa BGA
Tujuan :
Pasien dapat mempertahankan kepatenan
jalan napas dengan kriteria :
- Tidak ada tanda dan gejala obstruksi jalan
napas al stridor, dyspnoea, suara serak
- Pernapasan; irama, kedalaman, pola napas
reguler
- Ekaspansi dada bilateral
- pasien mampu mengeluarkan sekret
Intervensi
- Buka jalan napas
- Pasang cervical colar
- Pasang oropharingeal tube atau nasopharingeal
tube
- Pasang Endotracheal Tube
- Suction
2. Resiko terjadinya aspirasi berhubungan dengan :
- Penurunan tingkat kesadaran
- Gang refleks menurun
- Adanya sekret dan debris pada jalan napas
Tujuan :
Tidak terjadi aspirasi pada pasien :
- Jalan napas paten
- Suara napas normal, bilateral
- Nilai Analisa Gas Darah
PaO2 80-100 mmHg
SaO2 >95%
PaCo2 35-45 mmHg
Ph darah 7,35-7,45
- Ro Foto bersih tanpa infiltrat
- Pasien mampu mengeluarkan skret
Intervensi ;
- Buka jalan napas
- Stabilisasi dengan cervical colar
- Pasang oropharingeal
tube/nasopharingeal tube
- Pasang Nasogastric tube
- Suction
- ambil darah untuk analisa gas darah
arteri
3. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan
dengan :
- Edema cerebral, hematom
- hipoksia cerebral, hipotensi
- Hipovolemia
Tujuan :
Perfusi jaringan cerebral optimal dengan kriteria:
- GCS 14-15
- VS normal sesuai umur
- Ukuran pupil normal, refleks cahaya positif
- Tidak ada tanda dan gejala kenaikan tekanan
intrakranial al ; pusing, muntah, letargi,perubahan
orientasi atau kesadaran
- Analisa Gas darah Arteri dalam batas normal
- Urine ortput 1 ml/kgBB/hr
Intervensi :
- Tentukan faktor-faktor penyebab penurunan perfusi
jaringan otak dan potensial kenaikan TIK
- Monitor dan catan status neurologi
- Evaluasi respon pupil
- Kaji respon verbal
- Pantau tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu
- Pantau Frekuensi jantung
- Pertahankan posisi kepala
4. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan
- Kerusakan neurovaskuler
- Obstruksi trakheobronkial