Anda di halaman 1dari 10

COMPOUNDING AND DISPENSING

PELAYANAN KEFARMASIAN
(SUMBER DAYA MANUSIA/PERSONALIA)

Disusun oleh :
Retno Nur Utami (1908020003)
Dede Mohammad Hazuro (1908020015)
Maya Sri Rahayu (1908020028)
Retno Fitri Widiastuti (1908020042)
Rahayu Nusa Endah (1908020057)
Hana Farida (1908020074)
Aulia Caesar Pinando (1908020094)
Menurut Permenkes 74 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Puskesmas

Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Puskemas minimal 1 tenaga


Apoteker sebagai penanggung jawab yang dapat dibantu oleh Tenaga Teknis
Kefarmasian sesuai kebutuhan. Jumlah kebutuhan Apoteker di Puskesmas
dihitung berdasarkan rasio kunjungan pasien 1 (satu) Apoteker menanggung
50 (lima puluh) pasien per hari.

Standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas, meliputi:


1. Penglolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai, meliputi:
- Perencanaan
- Permintaan
- Penerimaan
- Penyimpanan
- pendistribusian
- Pengendalian
- Pencatatan, pelaporan, pengarsipan
- Pemantauan dan evaluasi
2. Pelayanan Farmasi Klinik
- Pengkajian resep, penyerahan obat, pemberin informasi obat
- Pelayanan Informasi Obat
- Konseling
- Ronde atau visit pasien (khusus Puskesmas Rawat inap)
- Pemantauan terapi obat
- Evaluasi penggunaan obat
Menurut Permenkes 73 tahun
2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek

Pelayanan kefarmasian di Apotek diselenggarakan oleh Apoteker pendamping


dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang memiliki Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin
Praktik.

Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian Apoteker harus memenuhi kriteria :


1. Pelayanan administrasi
- Meimiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang terakreditasi
- Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)
- Memiliki sertifikat kompetensi yang masih berlaku
- Memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)
2. Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda pengenal.
3. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan/Continuing Professional Development (CPD)
dan mampu memberikan pelatihan yang berkesinambungan.
4. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan pengembangan diri, baik
melalui pelatihan, seminar, workshop, pendidikan berkelanjutan atau mandiri.
5. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan perundang
undangan, sumpah Apoteker, standar profesi (standar pendidikan, standar pelayanan,
standar kompetensi dan kode etik) yang berlaku.
Menurut Permenkes 72 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Rumah Sakit

Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM)


Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, kualifikasi SDM Instalasi Farmasi
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Untuk pekerjaan kefarmasian terdiri dari:
- Apoteker
- Tenaga Teknis Kefarmasian
2. Untuk pekerjaan penunjang terdiri dari:
- Operator Komputer/Teknisi yang memahami kefarmasian
- Tenaga Administrasi
- Pekarya/Pembantu pelaksana
Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik dan aman, maka dalam
penentuan kebutuhan tenaga harus mempertimbangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan jenis pelayanan, tugas, fungsi, wewenang dan tanggung
jawabnya
Instalasi Farmasi harus dikepalai oleh seorang Apoteker yang merupakan
Apoteker penanggung jawab seluruh Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Kepala
Instalasi Farmasi diutamakan telah memiliki pengalaman bekerja di Instalasi
Farmasi minimal 3 (tiga) tahun.
Penghitungan kebutuhan Apoteker berdasarkan beban
kerja pada Pelayanan Kefarmasian di rawat inap yang meliputi
pelayanan farmasi manajerial dan pelayanan farmasi klinik
dengan aktivitas pengkajian resep, penelusuran riwayat
penggunaan obat, rekonsiliasi obat, pemantauan terapi obat,
pemberian informasi Obat, konseling, edukasi dan visit, idealnya
dibutuhkan tenaga Apoteker dengan rasio 1 Apoteker untuk 30
pasien.
Penghitungan kebutuhan Apoteker berdasarkan beban
kerja pada Pelayanan Kefarmasian di rawat jalan yang meliputi
pelayanan farmasi menajerial dan pelayanan farmasi klinik
dengan aktivitas pengkajian resep, penyerahan obat, Pencatatan
Penggunaan Obat (PPP) dan konseling, idealnya dibutuhkan
tenaga Apoteker dengan rasio 1 (satu) Apoteker untuk 50 (lima
puluh) pasien.
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi standar :
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
- Pemilihan;
- Perencanaan kebutuhan;
- Pengadaan;
- Penerimaan;
- Penyimpanan;
- Pendistribusian;
- Pemusnahan dan penarikan;
- Pengendalian; dan
- Administrasi.
2. Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
- Pengkajian dan pelayanan Resep;
- Penelusuran riwayat penggunaan Obat;
- Rekonsiliasi Obat;
- Pelayanan Informasi Obat (PIO);
- Konseling;
- Visite;
- Pemantauan Terapi Obat (PTO);
- Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
- Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
- Dispensing sediaan steril; dan
- Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).
Menurut NAPRA

Jika Apotek kecil, 1 (satu) Apoteker bertanggung jawab untuk


memenuhi semua peran dan tugas terkait peracikan, verifikasi perhitungan dosis.
Manajer farmasi dan departemen farmasi bertanggung jawab atas pengawasan
semua kegiatan yang berkaitan dengan peracikan dan persiapan peracikan
sediaan yang tidak steril di Apotek.
Memastikan personil terlatih sepenuhnya dan mengetahui kebijakan
dan prosedur.
Memastikan penilaian risiko dilakukan untuk setiap persiapan.
Memastikan fasilitas, peralatan, dan referensi yang sesuai tersedia untuk
digunakan.
Memastikan Formula Master dan Tanggal Penggunaan Berlebih (BUD)
dikembangkan menggunakan referensi ilmiah dan ditinjau dengan tepat.
Pastikan ada program jaminan kualitas.
Memastikan semua catatan keputusan, kegiatan atau spesifikasi
lengkap dan didokumentasikan dengan tepat.

Tenaga farmasi yang diatur (Apoteker/ Teknisi Farmasi), ketika lebih dari 1 (satu)
Apoteker atau Teknisi Farmasi terlibat dalam perackan dan persiapan tidak steril, yang bekerja di
fasilitas kesehatan/ Apotek, tanggung jawab terhadap pasien dibagi secara merata.
Mahasiswa dan magang farmasi tidak ikut dalam peracikan dan persiapan yang tidak
steril.
Semua yang terlibat dalam peracikan harus memiliki keahlian yang sepadan dengan
tanggung jawabnya. Sehingga sebelum peracikan, harus telah menerima pelatihan dan
keterampilan yang mempertimbangkan jenis dan kompleksitas operasi yang dilakukan.
Menurut USP (2014)

Semua personil yang terlibat dalam persiapan dan penanganan Compounded Non Sterile
Preparations (CNSP) harus terlatih, harus menunjukkan kompetensi, dan harus menjalani penyegaran
tahunan latihan. Pelatihan dan kompetensi personel harus didokumentasikan sebagai Dokumentasi.

Orang yang ditunjuk harus mengembangkan program pelatihan tertulis itu menggambarkan
pelatihan yang diperlukan, frekuensi pelatihan, dan prosesnya untuk mengevaluasi kompetensi personil
yang terlibat dalam peracikan sediaan non steril dan penanganan CNSP. Program ini harus membekali
personel dengan pengetahuan dan pelatihan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan tugasnya
sebagai seorang farmasis.

Sebelum mulai menyiapkan CNSP secara mandiri, personil harus menyelesaikan pelatihan
dan mampu menunjukkan kemahiran dalam teori prinsip dan ketrampilan peracikan. Kemahiran harus
ditunjukkan dalam setidaknya kompetensi inti berikut:
1.Kebersihan tangan
2. Pakaian
3. Pembersihan dan sanitasi
4. Pemilihan komponen, penanganan, dan transportasi
5. Melakukan perhitungan\Mengukur dan mencampur
6. Penggunaan peralatan
7. Dokumentasi proses peracikan (mis., Formulasi Induk Catatan dan Catatan Gabungan)
KESIMPULAN

Seorang apoteker harus memiliki keahlian atau


kompetensi dibidangnya dan harus terlatih sesuai
dengan bidangnya untuk melakukan pelayanan
kefarnasian agar memperoleh pelayanan
kefarmasian yang baik dan benar, semuanya itu
didapatkan dengan adanya ujian kompetensi
apoteker.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2018. Companion To The Model Standards For Pharmacy Compounding Of Non-
Sterile Preparations. Nation Association of Pharmacy regulatory authorities (NAPRA). Canada

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
72 Tentang Standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
73 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
74 Tentang Standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

United States Pharmacopeia. 2014. The United States Pharmacopeia: the National
Formulary. USP 37 NF 32 Supplement 1. Rockville,Md: United States Pharmacopeial
Convention.

Anda mungkin juga menyukai