“Sindrom Nefrotik”
Disusun oleh
Hermita Octoviagnes Buarlele
11 – 2018 – 072
Pembimbing:
dr. Eny Ambarwati, SpPD,FINASIM
• Sindrom Nefrotik (SN) merupakan tanda
patognomonik penyakit glomerular yang
ditandai dengan edema anasarka,proteinuria
masif lebih dari 3,5 g/hari , hipoalbuminemia
kurang dari 3,5 g/hari, hiperkolesterolemia,
dan lipidura.
• Glomerulonefritis merupakan penyebab
terpenting sindrom nefrotik (proteinuria
massif, hipoalbuminemia dan edema).
• Penyakit ini ditemukan 90% pada kasus anak.
• Apabila ini timbul sebagai bagian daripada
penyakit sistemik atau berhubungan dengan
obat atau toksin maka disebut sindroma
nefrotik sekunder.ditemukan 90% pada kasus
anak.
Epidemiologi
• Sindrom nefrotik lebih sering terjadi pada pria
dibandingkan wanita (2:1)
• Di Indonesia dilaporkan 6 kasus per 100.000 anak per
tahun. Pada penelitian di Jakarta (Wila Wirya) menemukan
hanya 44,2% tipe kelainan minimal dari 364 anak dengan
sindrom nefrotik primer yang dibiopsi, sedangkan ISKDC
melaporkan penelitiannya diantara 521 pasien, 76,4%
merupakan tipe kelainan minimal
• Angka kejadian sindrom nefrotik pada anak dibawah usia
18 tahun diperkirakan berkisar 2-7 kasus per 100.000 anak
per tahun, dengan onset tertinggi terjadi pada usia 2-3
tahun.
• Umumnya para ahli membagi etiologinya menjadi :
• Sindrom nefrotik bawaan
• Diturunkan sebagai resesif autosomal. Resisten terhadap
semua pengobatan. Gejalanya adalah edema pada masa
neonatus. Prognosis buruk dan biasanya penderita
meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.
•
• Sindrom nefrotik sekunder
• Disebabkan oleh :
– Malaria kuartana atau parasit lain
– Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus deseminata, purpura
anafilaktoid.
– Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronis , trombosis vena renalis.
– Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, raksa.
Sindrom nefrotik idiopatik (tidak diketahui sebabnya)