Anda di halaman 1dari 40

SMF Bedah RSUD Prof. Dr. W. Z.

Johannes Kupang
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana
Appendix
Appendisitis
-itis
 Sekitar 7% penduduk
 Penyebab paling sering akut abdomen
 intervensi bedah.
 USA  250.000 kasus
 Insiden menurun sejak 1940  10 kasus
per 100.000 penduduk (1.1 per 1000
penduduk/tahun)
 7% dari populasi USA
 Asia dan Afrika  lower insiden
 Diet  tinggi serat  menurunkan viskositas
dari feses , meningkatkan transit time di usus
dan mengurangi fecalith yang merupakan
predisposisi obstruksi dari lumen appendix
 3:2  usia remaja dan dewasa
 Puncak insiden pada akhir masa remaja
dan menurun pada usia tua.
 Rata-rata 6-10 tahun
 Perforasi tinggi terjadi pada anak kecil
(50-85%)
 Appendisitis disebabkan oleh obstruksi
dari lumen appenidix
Parasit dan
paling
Faecalith - jarang
elderly adalah
neoplasma

Hiperplasia
lymphoid
pada IBD
atau infeksi
Peningkatan Hipoksia, alira
Peningkatan Kolonisasi
obstruksi bendungan tekanan limfe Edema Nyeri
sekresi mukus bakteri
intralumen terhambat
Ganggren dan perforasi dapat terjadi dalam 24-36 jam

Sekresi mukus berlanjut

Tekanan intralumen terus meningkat

Obstruksi vena, edema bertambah

Peradangan meningkat
Arteri terganggu

Infark

perforasi

Jika berlangsung lambat dan daya tahan kuat

Omentum dan usus akan memebungkus  periappendikular infiltrat


 Nama : An. Gladis Ch. Manoe
 Umur : 10 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Alamat : Merdeka – Kota Lama
 Pekerjaan : Pelajar
 Agama : Protestan
 No. MR : 377108
 Keluhan Utama
Nyeri Perut Kanan Bawah

 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien dirujuk dari Rumah Sakit Kota Kupang dengan
keluhan utama sakit perut kanan bawah. Sakit yang
dirasakan di perut kanan bawah terjadi sejak kurang
lebih 1 hari SMRS. Nyeri berlangsung terus menerus
dan tidak ada fase istirahat sejak 1 hari SMRS.
Awalnya, 3 hari SMRS, pasien mengeluhkan nyeri ulu
hati pada ibunya dan pasien sempat muntah berisi
makanan sebanyak 1 kali pada saat itu dan
berwarna kekuningan.
 Setelah muntah pasien bisa tidur. Keesokan
harinya, sakit yang dari uluhati berpindah ke
sekitar pusat dengan sakit yang terus menerus
dan tidak hilang sehingga keesokan harinya
ibunya membawa pasien ke RSUD Kota
Kupang dan diberi obat dulcolax karena
pasien sudah tidak BAB selama 1 minggu.
Setelah diberikan dulcolax, pasien bisa BAB
dan pasien merasa lega, namun setelah BAB,
pasien masih merasakan sakit pada perut
kanan bawah yang menetap terus menerus,
sehingga dari RSUD Kota Kupang merujuk
pasien ke RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes.
 Ibu pasien mengatakan bahwa keinginan
makan pasien semakin menurun dan tidak
seperti sebelumnya. Pasien juga demam sejak
dari RSUD Kota Kupang.

 Riwayat Penyakit Dahulu


Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami
keluhan seperti sekarang ini.

 Riwayat Pengobatan
Pasien sempat mendapatkan pengobatan di
RSUD Kota Kupang namun yang diingat pasien
hanya dulcolax saja untuk BAB.
 Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : TD : 100/80 mmHg
N : 124 x/menit
RR : 24 x/menit
T : 39.3 0C
 Kepala dan Leher
› Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik
(-/-), pupil isokor 3mm/3mm, refleks cahaya
langsung dan tidak langsung (+/+)
› Telinga : Dalam batas normal
› Hidung : Dalam batas normal
› Mulut : Dalam batas normal
› Leher : Pembesaran KGB(-)
 Thoraks
Bentuk : Normal, pelebaran vena (-), luka ataupun
scar (-)
› Paru-Paru
› Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, pelebaran sela
iga (-), jejas (-)
› Palpasi : Vocal Fremitus D=S normal, Nyeri tekan (-)
› Perkusi : Sonor (+/+)
› Auskultasi : Vesikular (+/+), Wheezing (-/-), Ronki (-/-)

 Jantung
› Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
› Palpasi : Iktus cordis teraba pada ICS 5 midklavikula
sinistra,
› Auskultasi : S1-S2 reguler, tunggal, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
› Inspeksi : Perut tampak datar, venektasi (-),
jejas/ massa (-) kontur usus pada dinding abdomen
(-), gerakan usus pada dinding abdomen(-)
› Auskultasi : Bising Usus (+) Normal, metallic sound (-)
› Palpasi : Abdomen supel, nyeri tekan Mc.Burney (+),
rebound pain (-), rovsing sign (+), defans muskuler
(+), psoas sign (+), obturator sign (+), Hepar: sulit
dievaluasi, lien: tidak teraba membesar
› Perkusi : Timpani pada seluruh lapangan abdomen,
nyeri ketuk (+) di kuadaran kanan bawah
Superior Inferior

Edema -/- -/-

Sianosis -/- -/-

Akral Hangat Hangat

Sensorik +/+ +/+


 Alvarado Skor :
› Migrating Pain 1
› Anorexia 1
› Nausea/Vomiting 1
› Tenderness 2
› Elevated Temp 1
› Rebound Pain 0
› Leukositosis 1
› Shift to the Left 1
Total skor 9  High Probable
 Tanggal 11 Maret 2014  Tanggal 11 Maret 2014
(DL)  SGOT : 13 U/L
 WBC : 18.29 103/uL  SGPT : 10 U/L
 Neut# : 85.4%  Ureum : 13.3 mg/dL
 RBC : 5.04x 10^6/uL  Creatinin : 0.3 mg/dL
 HGB : 12,0 g/dL  Glukosa : 149 mg/dL
 HCT : 36.3 %  Natrium : 141 mmol/L
 MCV : 72.0 fL  Kalium : 3.1 mmol/L
 MCH : 23.8 pg  Clorida : 103 mmol/L
 PLT : 370 x 103/ul
 Appendisitis Akut
 Appendectomy cito
 IVFD RL 12 tpm
 Cefotaxime inj. 2 gr / IV
 Ketorolac inj. 3x 10 mg / IV
 Paracetamol supp 1
 DC
 Appendix  sebuah organ imunologik
yang berkontribusi dalam sekresi
imunoglobulin khususnya IgA
 Walaupun merupakan konponen integral
yang merupakan satu kesatuan dengan
gut-associated lymphoid tissue (GALT)
system, fungsinya tidak essensial dan
appendectomy tidak berhubungan
dengan manifestasi immunocompromise
Nyeri Perut  Gejala Utama

Klasik  Nyeri awalnya berpusat pada


lower epigastrium or periumbilical

Setelah (1-12 jam)  lokalisasi nyeri ke


RLQ (variatif)

Anoreksia hampir ada pada setiap


kasus appendisitis

Mual (+)  75% kasus namun tidak


menonjol
Kebanyakan pasien memiliki
riwayat gangguan BAB
sebagai permulaan nyeri perut

Beberapa merasakan
bahwa Defekasi dapat
mengurangi nyeri perut
Vomitting

Nyeri
perut

Anoreksia
Berbaring
terlentang Nyeri pada RLQ
Tanda vital sedikit dengan paha terjadi saat Tenderness  Mc.
berubah terlipat karena inflamasi sampai Burney
pergerakan  anterior
sakit
Direct Rebound Obturator 
Rovsing  Sisi Psoas  fokus
Tenderness in Nyeri pada
dari iritasi iritasi pada otot
RLQ  lokalisasi hipogastrik 
peritoneal tsb
iritasi iritasi pelvis
> 18.000 Urinalisis
Leukositosis
Dominan kemungkinan digunakan untuk
ringan (10.000-
polimorfonuklear perforasi menyingkirkan
18.000)
appendix kemungkinan ISK
 X-rays Abdomen
 USG  sensitifitas 55-96%, Spesifitas 85-
98%
 Laparoskopi
 Open Appendectomy
 Laparoskopi
 Interval appendectomy
 Appendectomy elektif dapat
direncanakan 2-3 bulan setelah suhu
tubuh normal, massa periapendikular
menghilang dan leukosit normal setelah
pemberian antibiotik  agar
perdarahan akibat perlengketan
berkurang.

Anda mungkin juga menyukai