Anda di halaman 1dari 21

HUBUNGAN ANTARA PEER

RELATIONS DENGAN
STUDENT ENGAGEMENT
PADA REMAJA

Nama : Yayang Tri


Cahyadiningrat
BAB 1
Latar Belakang
Masa remaja sendiri dimulai Lingkungan sekolah Salah satu upaya yang
dapat dilakukan dalam
sekitar usia 10 sampai 13 tahun merupakan salah satu pendidikan yaitu dengan
dan berakhir pada usia 18 tempat dimana seorang meningkatkan mutu,
sampai 22 tahun (Santrock, remaja mendapatkan efektifitas, dan efisiensi
dalam pembelajaran (Farid,
2007). tambahan pendidikan. 2016).

Remaja yang terlibat secara dimensi yang ada di Student engagement sendiri
aktif dalam pembelajaran akan merupakan partisipasi siswa
dalam student secara aktif yang ditandai oleh
meningkatkan kemampuan, engagement yaitu: adanya ketertarikan, investasi
kompetensi dan nilai-nilai yang behavioral engagament, serta usaha siswa pada tugas-
membantu mereka dalam tugas maupun kegiatan sekolah
melewati masa transisinya ke emotional engagement, baik di dalam dan di luar kelas
masa dewasa muda dengan dan cognitive (Wang & Holcombe,2010).
baik engangement.
Salah satu indikasi rendahnya Menurut Erikson (dalam
keterlibatan siswa dalam Goguen, Hiester & Nordstrom,
pembelajaran adalah karena 2010) menyatakan dalam teori
siswa merasa dirinya kurang perkembangan sosial bahwa
didukung oleh lingkungan, peer relation merupakan aspek
dimana salah satunya berasal penting dalam perkembangan
dari teman sebaya remaja dan dewasa awal

Peer relation sendiri merupakan


Berndt (2002) menjelaskan tiga interaksi remaja secara aktif
dengan teman sebaya yang
dimensi dari peer relations ditandai oleh adanya komunikasi,
diantaranya sebagai berikut: timbal balik, pemecahan
kepuasan (satisfaction), masalah, saling membantu serta
keakraban (intimacy), dan membentuk tujuan bersama
persahabatan (companionship), yang mengarahkan perilaku
kepada kegiatan-kegiatan
akademis (Parr, dalam Wentzel,
2009).
Hasil Penelitian sebelumnya
Penelitian yang dilakukan oleh Lam, Wong, Yang, & Liu
(2012) terhadap 882 siswa di china tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi keterlibatan siswa dalam belajar menunjukkan
bahwa keterlibatan siswa dalam belajar yang dipengaruhi baik
dari guru, teman sebaya, maupun orang tua.

Ketika siswa memiliki hubungan yang positif dengan


lingkungannya seperti teman sebaya, guru atau keluarga serta
mendapatkan dukungan maka siswa akan lebih termotivasi untuk
ikut terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga
pembelajaran dapat berlangsung efektif.
Masalah Penelitian
Apakah ada hubungan yang signifikan antara Peer relations dengan Student
engagement pada remaja?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah ingin melihat apakah ada hubungan yang
signifikan antara Peer relations dengan Student engagement pada remaja.

Manfaat Penelitian
Manfaat Praktis
Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini ditujukan untuk
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan membangun kesadaran kepada keluarga maupun
rujukan dan bahan untuk perbandingan bagi guru mengenai pengaruh dari adanya student
teori – teori psikologi dan penelitian, khususnya engagement di masa remaja dan membantu remaja
dalam penelitian yang berkaitan dengan Student untuk meningkatkan student engagement di
engagement. lingkungan sekolah terutama ketika remaja
memabngun hubungan dengan teman sebayanya.
BAB 2
DEFINISI STUDENT ENGAGEMENT
student engagement Wang dan Holcombe menurut Krause dan Coates
didefinisikan sebagai (2010) mendefinisikan (2008) mendefinisikan
perilaku yang dapat student engagement
sebagai partisipasi siswa student engagement sebagai
diamati seperti partisipasi kontribusi siswa terhadap
siswa dalam belajar dan secara aktif yang ditandai
waktu yang digunakan oleh adanya ketertarikan, proses pembelajaran yang
dalam mengerjakan tugas investasi, serta usaha siswa melibatkan komitmen,
(Brophy, dalam Fredricks pada tugas-tugas maupun waktu yang dimiliki serta
dkk., 2011) kegiatan sekolah baik di hal-hal relevan lainnya
dalam dan diluar kelas.

disimpulkan bahwa student engagement adalah kesediaan siswa untuk


berpartisipasi dan berkontribusi secara maksimal dalam aktivitas
pembelajaran yang didasarkan pada minat, usaha dan komitmen siswa.
DIMENSI STUDENT ENGAGEMENT
behavioral engagement Emotional engagement Cognitive engagement
didefinisikan sebagai perilaku merupakan sikap, berfokus pada investasi
yang positif, seperti ketertarikan, penilaian psikologi pada
mematuhi aturan sekolah, (value) dan reaksi afektif pembelajaran, yaitu siswa
mengikuti norma di kelas siswa terhadap kelas, guru, memberikan semua usaha
serta tidak adanya tingkah teman sekelas ataupun yang dibutuhkan atau lebih
laku yang mengganggu dan sekolah (Fredricks, dari yang dibutuhkan untuk
terlibat dalam pelanggaran memahami suatu materi
Blumenfeld dan Paris, 2004). atau penguasaan terhadap
disekolah.
suatu kemampuan.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa student engagement meliputi


tiga dimensi yaitu perilaku (behavioral engagement), emosi (emotional
engagement), dan kognitif (cognitive engagement) yang mana ketiga dimensi
tersebut saling berkaitan satu sama lain. Apabila siswa ingin berhasil dalam
akademik maka siswa harus melibatkan tiga dimensi tersebut dalam kegiatan
belajar di kelas ataupun disekolah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
student engagement
Wang, Chow, Hofkens, dan Aro, 2014 menyebutkan beberapa faktor yang
mempengaruhi student engagement, diantaranya sebagai berikut:

• Jenis Kelamin
Siswa perempuan memiliki student engagement yang lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa laki-laki

• Sosio ekonomi
siswa yang berasal dari keluarga yang memiliki sosio ekonomi yang tinggi
memiliki kecenderungan student engagement yang rendah.

• Prestasi akademik
siswa yang memiliki prestasi akademik yang tinggi memiliki kecenderungan
penurunan student engagement dari waktu ke waktu.
DEFINISI PEER RELATIONS
Peer relation merupakan interaksi peer relations sebagai proses interaksi
remaja secara aktif dengan teman dimana individu saling memberi dan
sebaya yang ditandai oleh adanya menerima dengan teman sebayanya yang
komunikasi, timbal balik, ditunjukkan dalam bentuk dukungan dan
pemecahan masalah, saling kasih sayang (Reitz, Zimmermann,
membantu serta membentuk tujuan Hutteman, Specht, & Neyer , 2014).
bersama yang mengarahkan perilaku
kepada kegiatan-kegiatan akademis
(Parr, dalam Wentzel, 2009).

disimpulkan bahwa siswa secara aktif berinteraksi dengan teman


sebayanya yang ditandai dengan adanya komunikasi yang baik, saling
bertukar pendapat, mampu mengembangkan solusi dari permasalahan,
serta bersama-sama membangun tujuan yang difokuskan pada kegiatan
akademis.
DIMENSI PEER RELATIONS
-Satisfaction didefinisikan sebagai perasaan positif, dimana
remaja merasakan kebahagiaan dari adanya peer relations
tersebut. Raboteg-Saric dan Sakic (2004) menyatakan bahwa
hubungan pertemanan yang baik dapat memberikan
kontribusi terhadap peningkatan kepuasan hidup,
kebahagiaan, serta penyesuaian diri yang baik pada remaja.

- Intimacy dan Companionship merupakan bentuk


penyesuaian diri remaja terhadap peer relations. Rubin dkk
(2004) menjelaskan bahwa hubungan pertemanan yang baik
(seperti peningkatan persahabatan dan keakraban) dapat
meningkatkan harga diri, kemampuan sosial dan kemandirian
pada remaja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi peer relations
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Schraf & Hertz-Lazarowitz, 2003, faktor-
faktor yang mempengaruhi peer relations, yaitu :
Jenis Kelamin
Penelitian telah menunjukkan ada perbedaan antara gender dalam peer relations
menunjukkan bahwa perempuan lebih sedikit memiliki teman daripada laki-laki,
namun hubungan tersebut sangat kuat sehingga memunculkan rasa persahabatan, saling
menolong dan menjaga satu sama lain serta terjalin hubungan yang sangat dekat
(Schraf & Hertz-Lazarowitz, 2003). Menurut Galambos, remaja perempuan memiliki
minat kuat dengan menjaga dan memelihara hubungan yang bermakna, sehingga
mereka memiliki hubungan yang lebih tinggi daripada teman – teman pria (dalam
Thompson, 2007).
Remaja

Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara


masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan
perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional.
Masa remaja sendiri dimulai sekitar usia 10 sampai 13 tahun dan
berakhir pada usia 18 sampai 22 tahun (Santrock, 2007).
Perubahan yang dialami oleh remaja

Proses Biologis, Proses sosial-emosional,


dimana mencangkup meliputi perubahan dalam
perubaha-perubahan Proses kognitif, meliputi hubungan individu dengan
yang berkaitan pola pikir, inteligensi dan individu lain, yang
dengan fisik atau berbahasa melibatkan emosi,
tubuh individu. kepribadian, dan peran dari
konteks sosial dalam
perkembangan remaja.
DINAMIKA VARIABEL PENELITIAN
Menurut Wang dan Holcombe (2010) mendefinisikan student engagement sebagai
partisipasi siswa secara aktif yang ditandai oleh adanya ketertarikan, investasi, serta
usaha siswa pada tugas-tugas maupun kegiatan sekolah baik di dalam dan diluar kelas.

Menurut Fredricks, Blumenfeld, dan Paris (2004) mengungkapkan bahwa student


engagement terdiri atas tiga dimensi, yaitu behavioral engagement, emotional
engagement dan cognitive engagement.

Berdasarkan penjelasan dari Wentzel (20030 menunjukkan bahwa peer relations


memiliki hubugan dengan salah satu dimensi student engagement yaitu behavioral
engagement yang ditunjukkan dalam bentuk perilaku membolos, perilaku yang diterima
secara sosial, dan usaha dalam kegiatan akademis.

Menurut Erikson (dalam Goguen, Hiester & Nordstrom, 2010) menyatakan dalam teori
perkembangan sosial bahwa peer relation merupakan aspek penting dalam
perkembangan remaja dan dewasa awal.

Peer relation merupakan interaksi remaja secara aktif dengan teman sebaya yang
ditandai oleh adanya komunikasi, timbal balik, pemecahan masalah, saling membantu
serta membentuk tujuan bersama yang mengarahkan perilaku kepada kegiatan-kegiatan
akademis (Parr, dalam Wentzel, 2009).

Berndt (2002) menjelaskan tiga dimensi dari peer relations diantaranya sebagai berikut:
kepuasan (satisfaction), keakraban (intimacy), dan persahabatan (companionship).
Hipotesis Penelitian
Ho : Terdapat hubungan yang
signifikan antara peer relations
dengan student engagement pada
remaja
Ha : Tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara peer relations
dengan student engagement pada
remaja
BAB 3
• Desain Penelitian Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Desain penelitian ini menggunakan Variabel 1 : Peer Relations


penelitian non-experiemental dalam
bentuk cross-sectional study. Variabel 2 : Student Engagement

DEFINISI OPERASIONAL

Student engagement : Peer Relations


Student engagement merupakan Peer Relations merupakan penjumlahan
penjumlahan skor total antar dimensi skor total antar dimensi yaitu dimensi
dari student engagement yaitu dimensi satisfaction, intimacy dan
behavioral engagement, emotional companionship.
engagement, dan cognitive engagement. Peer relations diukur dengan
Student engagement diukur dengan menggunakan yaitu Networks of
menggunakan School Engagement Scale
Relationship Inventory (NRI) (dalam
(SES) (Fredricks, Blumenfeld dan Paris,
2004) yang terdiri dari 15 item. Moses & Villodas, 2017), yang terdiri
dari 16 item.
• Populasi dan Sampel Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini siswa/i SMA di Jakarta Selatan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA di
Jakarta.
Sampel yang akan kami ambil adalah adalah siswa/i di Jakarta
Selatan yang masih tercatat sebagai siswa/i di sekolah tersebut.

• Data Demografis
Data demografis yang akan digunakan dalam penelitian
ini yaitu Jenis kelamin, Usia dan Sosio-ekonomi

Jenis kelamin Usia Sosio-ekonomi


Teknik Pengambilan Sampel

- Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan metode non-


probability sampling.
- Metode non-probability sampling yang digunakan adalah accidental
sampling,
Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan uji korelasi untuk mengetahi hasil, karena tujuan
dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara peer relationship
dengan student engagement pada remaja.

Anda mungkin juga menyukai