Anda di halaman 1dari 69

PARASITOLOGI

Ilmu yg mempelajari jasad-jasad yang hidup untuk sementara/tetap


didalam/pada permukaan jasad lain dengan maksud untuk mengambil makanan
seluruhnya atau sebagian dari jasad itu

HELMINTHES

KLASIFIKASI
PROTOZOA FUNGI
PARASIT

ARTHROPODA
ilmu yang mempelajari parasit
HELMINTOLOGI berupa cacing. Berdasarkan
taksonomi, helmin dibagi menjadi 2,
yaitu :

NEMATHELMINTHES PLATYHELMINTHES
(Kelas Nematoda) (cacing pipih)

NEMATODA USUS CESTODA (cacing pita


(hidup di rongga usus)
TREMATODA (cacing
daun)
NEMATODA JARINGAN
(hidup di berbagai
jaringan tubuh)
1. Termasuk jenis hewan Ciri ciri NEMATODA
triploblastik pseudoselomata,
simetri bilateral, tubuh gilig,
panjang tidak beruas-ruas, dan 4. Bersifat parasit pada manusia, hewan
kulit dilapisi kutikula. dan tumbuhan.
5. Habitat di tanah dan air, dasar perairan
2. Mempunyai sistem pencernaan
tawar atau laut, ataupun hidup sebagai
lengkap (mulut, faring, usus, dan parasit pada manusia, hewan maupun
anus), pada mulutnya terdapat tumbuhan
kait. Peredaran makanan melalui 6. Reproduksi cacing gilig secara seksual,
cairan pada pseudoselon. ovipar, dan jenis kelamin terpisah
3. Tidak mempunyai pembuluh (gonochoris). Cacing jantan berukuran
darah dan sistem respirasi lebih kecil daripada cacing betina.
(respirasi dengan proses difusi
melalui permukaan tubuh).
Nematoda Usus
• Ascaris lumbricoides (cacing gelang)
• Enterobius vermicularis (cacing kremi)
• Taxocara canis dan Taxocara cati
• Cacing tambang (hookworm):
- Necator americanus  manusia
- Ancylostoma duodenale manusia
- Ancylostoma braziliense  kucing, anjing
- Ancylostoma ceylanicum  anjing, kuncing
• Trichuris trichiura (cacing cambuk)
• Strongyloides stercoralis
Ascaris lumbricoides
• Hospes: manusia
• Penyakit: askariasis
• Morfologi dan siklus hidup
Cacing jantan: 10-30 cm
Betina 22-35 cm 100.000-200.00 (dibuahi
dan tidak dibuahi)
Dlm lingkungan yang sesuai telur dibuahi
menjadi bentuk infektif 3 minggu
Masuk ke tubuh manusia tertelan
Siklus hidup: tertelan usus larva
pembuluh darah/sal. Limfa  jantung aliran
darah paru dinding pembuluh darah
alviolus  rongga alviolus trakhea
faring rangsangan batuk tertelan ke dlm
esofagus, usus halus cacing dewasa. Dari
telur matang sampai cacing dewasa bertelur
2 bulan.
Siklus Hidup Ascaris lumbricoides
Enterobius vermicularis
(Cacing Kremi)

• Hospes : Manusia
• Nama penyakit: enterobiosis, oksiuriasis
• Distribusi geografik
Kospololit tetapi lebih banyak ditemukan
di daerah dingin dengan daerah panas
 Morfologi dan Daur Hidup
-Cacing betina 8-13 mm; janan 2-5 mm
-Habitan daerah sekum
-Makanannya isi usus
-Telur 11.000-15.000 butir matang setelah 6 jam
dikeluarkan
-Telur resisten terhadap desinfektan dan udara
dingin hidup 13 hari
Tertelan telur  menetas di daerah perineal 
bermigrasi ke usus besar
-Waktu untuk siklus hidup 2 minggu s/d 2 bulan
- Dapat sembuh sendiri bila tidak reinfeksi
Siklus Hidup Enterobius vermiculoris
Life Cycle Enterobius vermicularis
 Gejala Klinis
- Enterobiosis relatif tidak berbahaya
- Iritasi pada daerah anus, perinium dan
vagina bermigrasi menggaruk anus
pada malam hari
- Kurang nafsu makan, berat badan
menurun, aktivitas meninggi, cepat
marah, insomania
 Diagnosis :
Anal swab
Epidemiologi
- Penyebaran lebih luas
- Penularannya dapat dipengaruhi oleh:
1.Penularan dari tangan ke mulut sesudah
menggaruk daerah perianal
2.Debu  Yang mengandung telur cacing
3.Retroinfeksi melalui anus: larva dari anus yg
menetas kembali ke masuk ke usus
Pencegahan dan Pemberantasan
• Memutuskan rantai daur hidup dengan :
- Defekasi di kakus
- Menjaga kebersihan
- Pengobatan masal
• Pemberian penyuluhan kepada masyarakat
mengenai sanitasi lingkungan
Cacing Tambang
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale

 Sejarah
Cacing tambang di Eropa dulu ditemukan pd
pekerja tambang
 Hospes dan Nama penyakit
 Hospes: manusia
 Penyebab nekatoriasis/ankilostomiosis
 Distribusi Geografik
 Di daerah khatulistiwa: pertambangan dan perkebunan
 Prevalensi di Indonesia (pedesaan) sekitar 40%
Morfologi dan Daur Hidup
• Cacing dewas di rongga usus mulut melekat pada
mukosa dinding usus
• N. americanus 9000 telur/hari
• A. duodenale 10000 telur/hari
• Cacing betina 1 cm, jantan 0,8 cm
• N. americanus seperti huruf S
• A. duodenale seperti huruf C
• Telur dikeluarkan melalui tinja, menetas 1-1,5 hari
larva rabditiform, tiga hari larva filariform
tembus kulit (hidup 7-8 minggu)
Life Cycle Necator americanus and Ancylostoma duodenale
Daur Hidup
Telurlarva rabditiform larva filariform
menembus kulitkapiler darah jantung
parubronkustrakhealaringusus
halus
Infeksi terjadi bila larva menembus kulit
Infeksi A. duodenale juga mungkin dengan
menelan larva filariform
• Gejala
1. Stadium larva
Terjadi perubahan pada kulit griund itch
2. Stadium dewasa
Tergantung spesies dan keadaan gizi
penderita
 N.americanus darah 0,005-0,1cc/hari/ekor
 A. duodenale darah 0,08-0,34 cc/hari/ekor
• Diagnosis: telur dalam tinja
• Epidemiologi
Di Indonesia (pedesaan) perkebunan
pekerjaberubungan dng tanah70%
Kebiasaan defekasi di tanah dan pemakaian
tinja sebagai pupuk penting dalam
penyebaran infeksi
Tanah gembur/berpasir/humus suhu 28-
32oC N.americanus; A. duodenale suhu 23-
25oC
Menghindari infeksi sandal/sepatu
Trichuris trichura (cacing cambuk)
• Hospes; manusia trikuriasis
• Distribusi geografik: kospmopolit
• Morfologi
Betina kira-kira 5 cm, jantan 4 cm
Bagian anterior spt cambuk 3/5 dr panjang
seluruhnya; posterior lebih gemuk
Cacing dewasa hidup di kolon
Betina3000-10000 butir/hari
Cacing dewasa dan Telur
Cacing Cambuk (Trichuris trichiura)
anterior

Posterior

Betina Jantan
• Daur hidup
TinjaTelurmenjadi infektif 3 minggu
tertelanmukosa usus
• Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam
usus timbul iritasi
• Epidemiologi/Penyebaran
Penyebaran penyakit karena tanah
terkontaminasi dengan tinja.
• Frekuensi di pedesaan antara 30-90%
Life Cycle Trichuris trichura
Spesies Nematoda jaringan dan darah yang
hidup pada manusia

Wuchereria Bancrofti
Filariasis
Brugia timori
Brugia malayi
Loa loa
Mansonella ozzardi
Onchocerca volvulus
Dracunculus medinensis.
Wuchereria Bancrofti

1. Hospes dan nama penyakit

Hospes definitif: manusia

Hospes intermediet/perantara : nyamuk

Penyakit yang disebabkannya :


Filariasis bancrofti, wuchereriasis,
elephantiasis

Habitat :
cacing dewasa hidup dalam
saluran limfe sedangkan mikrofilaria
hidup dalam darah dan limfa.
SIKLUS HIDUP
Brugia Malayi dan
timori
1. Hospes dan nama penyakit

HOSPES:
1. Brugia malayi : Manusia dan
hewan (kucing, kera,dll)
2. Brugia timori : Manusia

PENYAKIT:
filariasis malayi dan filariasis
timori filariasis brugia
2. Distribusi geografis

• B.malayi hanya terdapat di Asia, dari india sampai ke jepang,


termasuk Indonesia.
• B.timori hanya terdapat di Indonesia timur di Pulau Timor,
Flores, Rote, Alor dan beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara
Timur.

3. Morfologi dan daur hidup

• Cacing dewasa jantan dan betina hidup di saluran dan pembuluh


limfe.
• Bentuknya halus seperti benang dan berwarna putih susu
• Ukuran Cacing dewasa :
B. malayi : ♀ 55 mm x 0,16 mm dan ♂ 22-23 x 0,09 mm
B. timori : ♀ 21-39 mm x 0,1 mm dan ♂ 13-23 mm x 0,08
• Cacing betina berekor lurus dan Cacing jantan berekor melingkar
dengan 2 spikula di ujungnya
• Mirip Wuchereria bancrofti hanya lebih pendek

• Cara penularan B.malayi


a. pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles
b. pada hewan ditularkan oleh nyamuk mansonia.

• Cara penularan B.timori


ditularkan oleh nyamuk Anopheles barbirotris. masa
pertumbuhannya di dalam nyamuk kurang lebih 10 hari
dan pada manusia kurang lebih 3 bulan.

• Didalam tubuh manusia perkembangan kedua parasit tersebut


juga sama dengan perkembangan W. bancfroti.
SIKLUS HIDUP
4. Patologi dan gejala klinis
• Gejala klinis filariasis malayi = gejala klinis filariasis timori.
• Stadium akut ditandai dengan serangan demam dan gejala
peradangan saluran dan kelenjar limfe. Limfadenitis biasanya
mengenai kelenjar limfe inguinal. Biasanya berlangsung 2 – 5 hari
dan dapat sembuh dengan sendirinya, tanpa pengobatan.
Peradangan tampak sebagai garis merah yang menjalar kebawah.
• Menahun : elefantiasis hanya mengenai tungkai bawah bawah lutut
atau lengan bawah bawah siku.
5. Diagnosis

Diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinis dan dibuktikan dengan


menemukan microfilaria di dalam darah tepi.
• Diagnosis parasitologi : sama dengan pada filariasis bankrofti,
kecuali sampel berasal dari darah saja.
• Radiodiagnosis umumnya tidak dilakukan pada filariasis malayi.
• Diagnosis imunologi belum dapat dilakukan pada filariasis malayi.

6. Pengobatan

Hingga sekarang DEC masih merupakan obat pilihan. Dosis yang


dianjurkan adalah 5 mg/kg berat badan/hari selama 10 hari
Loa loa

1. Hospes dan nama penyakit

Hospes : manusia.
Hospes perantara : lalat crysops
silaceae dan C dimidiata]

Penyakitnya :
Ioaiasis atau Calabar
swelling (fugutive swelling).

Loaiasis terutama
terdapat di Afrika Barat, Afrika
Tengah dan Sudan.
2. Distribusi geografis

Ditemukan di Afrika tropik bagiasn Barat dari Sierra Leone


sampai Angola, lembah sungai Kongo, republik kongo sendiri.
Kamerun dan nigeria bagian selatan

3. Morfologi dan daur hidup


• Cacing dewasa hidup dalam jaringan subkutan dan konjungtiva mata.
• Cacing betina berukuran 50-70 x 0,5 mm dan yang jantan berukuran
30-34 x 0,35-0,43 mm.
• Cacing betina mengeluarkan mikrofilari yang beredar dalam darah
pada siang hari (diurna). Sedangkan pada malam hari mikrofilaria
berada dalam pembuluh darah paru.
• Mikrofilaria mempunyai sarung berukuran 250-300 mikron x 6-8,5
mikron. Dapat ditemukan dalam urin, dahak, dan kadang-kadang
ditemukan dalam cairan sum-sum tulang belakang.
·
• Parasit ini ditularkan oleh lalat Chrysops.
• Mikrofilaria yang beredar dalam darah diisap oleh lalat dan setelah
kurang lebih 10 hari di dalam badan serangga, mikrofilaria tumbuh
menjadi larva inefektif dan siap ditularkan kepada hospes lainnya.
• Cacing dewasa tumbuh dalam badan manusia dalam waktu 1-4
tahun, berkopulasi dan cacing dewasa betina mengeluarkan
mikrofilaria.
4. Patologi dan gejala klinis
• Cacing dewasa yang mengembara dalam jaringan subkutan dan
mikrofilari yang beredar dalam darah seringkali tidak menimbulkan
gejala.
• Gangguan di konjungtiva mata dan pangkal hidung.
A. Menimbulkan iritasi pada mata,
B. Mata sembab, sakit,
C. Pelupuk mata menjadi bengkak
• Pembengkakan jaringan yang tidak sakit
• Masalah utama bila cacing masuk ke otak dan menyebabkan
ensefalitis.
• Cacing dewasa dapat ditemukan dalam cairan serebrospinal pada
orang yang menderita meningoensefalitis.
Ioaiasis atau Calabar swelling

Untuki pertama kali Mongin pada tahun 1770 mengeluarkan cacing dewasa Loa-loa
dari mata seorang perempuan Negro di Santo Domingo

5. Diagnosis

• Ditemukan mikrofilaria dalam darah pada siang hari.


• Ditemukan cacing dewasa pada daerah konjungtiva mata dan
daerah subkutan.
PENDAHULUAN

 Trematoda termasuk filum Platyhelminthes

 Morfologi umum :
 Bentuk tubuh mirip daun tetapi tidak
bersegmen
 Ukuran panjang tubuh berkisar antara 1
mm dan beberapa cm
 Memiliki 2 batil isap : mulut dan perut
 Hermafrodit kecuali Schistosoma
(unisexual)
DAUR HIDUP

 Hospes definitif : berbagai jenis mamalia


termasuk manusia

 Hosper perantara 1 : moluska yang hidup di air


tawar yaitu siput dan keong
 Hospes perantara 2 : ikan, ketam, tumbuhan air
atau semut.

 Menurut habitat, cacing trematoda dibagi dalam


1) Trematoda Usus
2) Trematoda Hati
3) Trematoda Paru
4) Trematoda Darah
TREMATODA
A. TREMATODA USUS

a. Fasciolopsis busci

Giant
Cacing trematoda yang
intestinal
terbesar ukurannya
fluke

Hospes definitif: manusia dan babi.


Hospes perantara 1 : Siput
Hospes perantara 2 : tanaman air
 Penyakit : Fisiolopsiasis
 Distribusi Geografik

Parasit ini endemis di Cina, juga banyak


dilaporkan dari Taiwan, Vietnam, Kamboja, Laos,
Thailand dan Indonesia.

 Morfologi : berbentuk daun.


panjang badan : 20-70 mm
lebar badan : 8-20 mm
Daur Hidup
 Patologi dan Gejala klinis :
parasit ini dapat menginfeksi manusia karena makan
tumbuhan air mentah dalam keadaan segar yang
mengandung metaserkaria (tidak tahan kekeringan).

Gejala klinisnya dapat menibulkan peradangan, ulserasi,


dan abses sehingga menimbulkan keluhan nyeri
epigastrium, mual, dan diare. Infeksi berat  anemia,
edema, asites, dan anasarka.

 Diagnosis : menemukan telur cacing atau cacing


dewasa dalam tinja atau pada muntahan

 Pengobatan : Niklosamid  Pencegahan :


dewasa dosis tunggal 2 gram,  Pemberantasan siput
anak-anak BB 10-35 kg 1 gram. sebagai hospes perantara
Prazikuantel, Tetrakloetilen dan  Tanaman air yg dimakan
heksilresorkinol. dimasak dengan baik
 Not use tinja sebagai
pupuk
d. Fasciola hepatica
 Hospes Definitif : Manusia, kambing dan sapi
 Hospes Perantara : I. Keong air (Lymnea) II. Tanaman air
 Nama penyakit : fasioliasis

Morfologi:
• Bersifat hermaprodit.
• Sistem reproduksinya ovivar.
• Bentuknya menyerupai daun berukuran 20 –
30 mm x 8 – 13 mm.
• Mempunyai tonjolan konus (cephalis cone)
pada bagian anteriornya.
• Memiliki batil isap mulut dan batil isap perut.
• Uterus pendek berkelok-kelok.
• Testis bercabang banyak, letaknya di
pertengahan badan berjumlah 2 buah
Distribusi Geografik : banyak
ditemukan di Amerika Latin,
Perancis dan negara-negara
sekitar Laut Tengah.

Patologi dan gejala klinis:


• Setiap ekor cacing dapat menimbulkan gangguan yang
hebat bila menyumbat saluran empedu. Jumlah cacing yang
banyak dapat menyebabkan obstruksi usus akut.
• Gejala peradangan perubahan adenoma dan fibrtik
disaluran empedu
• Parenkim hati lalu mengalami atrofi dansirosis periportal,
Siklus hidup
Diagnosis: Menemukan telur yang khas
dalam tinja, empedu, dan cairan duodenum
dan menemukan cacing dewasa yang
tumbuh dari tubuh penderita Fasciola
hepatica (Onggowaluyo,2001).

Pengobatan:
• Bitionol diberikan secara oral Pencegahan:
• Emetin hidroklorida diberikan • Tidak memakan
secara intramuscular tumbuhan air yang
• Prazikuantel banyak dijumpai hewan
• Heksakloretan ternak dan keong air
• Heksaklorofan • Memberikan
• Rafoxamide pengobatan terhadap
• Niklofolan hewan yang terinfeksi
• Bromsalan yang disuntikkan di • Tidak memakan hati
bawah kulit mentah
C. TREMATODA PARU
a. Paragonimus westermani

Anatomi
Nama penyakit: paragonimiasis
• Coklat kemerahan,
• Panjang badan sekitar
16 mm x 8 mm
Ciri khas morfologi
• ketebalan 5 mm
• Pada waktu hidup cacing
paru berbentuk seperti
sendok • Memiliki kutikula
• Jika telah mati berspina
bentuknya menjadi bulat • Sucker :
lonjong mirip biji kopi 1. oral sucker
2.ventral sucker
Diagnosis Gejala
• Dapat ditentukan dengan • Batuk kronis yang keras
operasi sehingga menemukan • Rasa sakit yang
cacing dewasa,
• Juga dapat ditentukan dengan
mencekam didaerah
menemukan telur cacing dalam dada
sputum,
• Menyedot cairan pleura,
• Dari feses
• Tes intradermal yang diikuti
dengan CFT.

Pengobatan Praziquentel, dan bitionol

Dapat dilakukan dengan memasak


Pencegahan kepiting yang akan dimakan sampai
benar-benar matang.
Trematoda pembuluh darah
(SCHISTOSOMA)

Ada 3 spesies schistosoma ini :


- Schistosoma haematobium,
- Schistosoma mansoni,
- Schistosoma japonicum
Trematoda pembuluh darah
Schistosoma Schistosoma mansoni Schistosoma japonicum
haematobium
dilaporkan menginfeksi orang di dilaporkan menginfeksi orang menginfeksi orang di daerah
Mesir, Eropa dan Timur Tengah di Mesir, Eropa dan Timur Jepang, China, Taiwan, Filippina,
Tengah Sulawesi, Laos, Kamboja dan
Thailand
hidup dalam venula yang mengalir hidup dalam venula porta hidup dalam venula yang
ke kantong kencing (vesica hepatis yang mengalir ke usus mengalir ke usus halus
urinaria) besar (dalam hati),

Hospes intermediernya spesies Hospes intermediernya hospes intermediernya pada


siput: Bulinus sp, Physopsis sp. bergantung pada lokasi siput Oncomelania
atau Planorbis sp. mereka hidup
AA
Cestoda terbagi atas 2
yaitu :

Cestoda Usus : Cestoda jaringan :


1. Taenia saginata 1. Taenia solium (larva)
2. Sistiserkosis ,
2. Taenia solium Neurosistiserkosis
3. Diphyllobathrium (keterlibatan SSP)
latum 3. Echinococcus granulosus
(larva)
4. Hymenolepis nana 4. Penyakit hidatid,kista hidatid
5. Dipylidium canimum unilokuler)
1.Taenia saginata (cacing pita sapi )

Identifikasi pada tahun 1782 oleh Goeze dan


Leuckart.
Nama penyakit :
Teniasis saginata

Hospes :
Definitif : manusia
Perantara : hewan memamah biak
seperti sapi dan kerbau
Penyebaran :
Jika seseorang memakan daging sapi yang mengandung
larva menyerupai kandung kemih yang disebut
sistiserkaria maka orang tersebut terkena infeksi
T.saginata.

Morfologi
Proglotid gravid
Bentuk : empat persegi panjang
Cabang uterus : 15-30 buah
Lubang uterus : tidak ada
Lubang genital : terletak dipinggir proglotid
Siklus hidup
Patologi dan gejala klinis :

Gejala ringan : cacing dewasa umumnya hanya


menimbulkan sedikit gangguan ,kebanyakan tidak
menimbulkan gejala, gejala usus bersifat ringan,yaitu
diare dan nyeri abdomen.

Diagnosis : Pemeriksaan feses

Pengobatan : Prazikuantel
2. Taenia solium (cacing pita babi)

Nama penyakit : Teniasis solium


Hospes
Hospes definitif : manusia
Hospes perantara : manusia dan babi; juga
anjing, domba, kucing, tikus.
Penyebaran : Jika seseorang memakan daging
babi yang mengandung larva menyerupai
kandung kemih yang disebut sistiserkaria
maka orang tersebut terkena infeksi T.solium.
Siklus hidup
• Diagnosis : Pemeriksaan feses untuk O&P (segmen cacing
pita),menemukan telur dan proglotid pada tinja.
• Pengobatan : Prazikuantel
• Prognosis :
 Teniasis solium: cukup baik
 Sistiserkosis: tergantung berat ringan infeksi dan organ
yang dikenai

• Epidemiologi : seluruh dunia,daerah tempat daging babi dikonsumsi


khususnya di meksiko,amerika tengah dan selatan,filipina dan asia
tenggara.
• Pencegahan :
 Kebersihan & higiene
 Pengobatan massal dan perorangan
 Pendidikan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai