Anda di halaman 1dari 14

PRESENTASI MINIPRO

“ Menerapkan PHBS pada pasien


stunting”

Oleh :
Dr. Dhania Issanti Putri
PUSKESMAS MLATI 2
10 OKTOBER 2019
Latar belakang

 Stunting adalah kondisi dimana balita memiliki panjang


atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan
umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi
badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median
standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita stunting
termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh
banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu
saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan
gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang
akan mengalami kesulitan dalam mencapai
perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.
 Kejadian balita stunting (pendek) merupakan masalah gizi
utama yang dihadapi Indonesia. Berdasarkan data Pemantauan
Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir, pendek memiliki
prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya
seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk. Prevalensi balita pendek
mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi
29,6% pada tahun 2017. Prevalensi balita pendek di Indonesia
cenderung statis. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2007 menunjukkan prevalensi balita pendek di Indonesia
sebesar 36,8%. Pada tahun 2010, terjadi sedikit penurunan
menjadi 35,6%. Namun prevalensi balita pendek kembali
meningkat pada tahun 2013 yaitu menjadi 37,2%. Prevalensi
balita pendek selanjutnya akan diperoleh dari hasil Riskesdas
tahun 2018 yang juga menjadi ukuran keberhasilan program
yang sudah diupayakan oleh pemerintah. Survei PSG
diselenggarakan sebagai monitoring dan evaluasi kegiatan dan
capaian program. Berdasarkan hasil PSG tahun 2015,
prevalensi balita pendek di Indonesia adalah 29%. Angka ini
mengalami penurunan pada tahun 2016 menjadi 27,5%.
Namun prevalensi balita pendek kembali meningkat menjadi
29,6% pada tahun 2017.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
pada Balita

Perilaku hidup bersih dan sehat pada balita dilihat


berdasarkan sepuluh kriteria PHBS, yaitu persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI
eksklusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air
bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
menggunakan jamban sehat, memberantas jentik dirumah
sekali seminggu, makan buah dan sayur setiap hari,
melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok
didalam rumah (Kemenkes RI 2011).
Penyakit infeksi pada balita

 Keluarga dengan perilaku hidup bersih dan sehat akan terhindar dari
penyakit infeksi. Menurut WHO (2007) indikator penyakit infeksi
antara lain kebersihan tangan, pembersihan peralatan dan
permukaan, pengendalian sumber infeksi dan ventilasi ruangan.
Penyebaran dan dampak penyakit infeksi berkaitan dengan kondisi
lingkungan (misalnya, polutan udara, kepadatan anggota keluarga,
kelembaban, kebersihan, musim dan temperatur), ketersediaan dan
efektivitas pelayanan kesehatan dan langkah pencegahan infeksi
untuk mencegah penyebaran (misalnya, vaksin dan akses terhadap
fasilitas pelayanan kesehatan), faktor lain, seperti umur, kebiasaan
merokok keluarga, kemampuan keluarga menularkan infeksi, status
kekebalan, status gizi, infeksi sebelumnya atau infeksi serentak yang
disebabkan oleh patogen lain, kondisi kesehatan umum dan
karakteristik patogen, seperti cara penularan dan daya tular.
 Penelitian ini didukung oleh penelitian Brown (2003) menunjukkan
adanya hubungan antara malnutrisi dan penyakit diare. Menurut
Supariasa dalam Hariadi dan Ekayanti (2011), penyakit infeksi dan
makanan anak merupakan penyebab langsung status gizi. Penyakit
infeksi yang diderita anak dapat menyebabkan gizi kurang.
Sedangkan makanan yang kurang baik menyebabkan daya tahan
tubuh lemah sehingga anak mudah terserang penyakit.
• Desain Kegiatan
• Metode kegiatan yang dipilih dalam mini project ini adalah
penyuluhan dan homevisit serta monitoring langsung ke
rumah anak yang menderita stunting.

• 1. Penyuluhan
• Hari dan tanggal : Jumat, 9 Agustus 2019
• Waktu : Pukul 11.00- 13.00
• Tempat : Rumah Pasien di dusun konteng

• 2. Home visit dan monitoring


• a. monitoring 1 : Jumat, 16 Agustus 2019 Pukul 10.00
• b. monitoring 2 : Jumat, 23 Agustus 2019 Pukul 09.30
• c. Monitoring 3 : Jumat, 30 Agustus 2019 Pukul 10.00
• d. Monitoring 4: Jumat, 6 September 2019 Pukul 10.30
1. Mencari daerah yang
terdapat anak stunting dan
PHBS yang masih kurang
baik.

4.Dilakukan home visit


untuk monitoring hasil
2.Dusun Konteng sebagai
intervensi terhadap 4 anak
tempat untuk dilakukan
yang stunting dan
intervensi
mengevaluasi pola PHBS
anak.

3.Dilakukan penyuluhan
dan mengajarkan cuci
tangan 6 langkah
terhadap anak stunting &
juga edukasi terhadap
orang tua
 Penyuluhan merupakan salah satu metoda yang digunakan untuk
meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya stunting dan
pentingnya menjaga PHBS dalam kehidupan sehari hari. Kegiatan
penyuluhan di Dusun Konteng yang dilakukan saat melakukan
kegiatan home visit terhadap anak yang mengalami stunting.
Kendala yang ditemui adalah saat minggu pertama monitoring
PHBS dan berat badan anak belum mengalami perubahan dan
diperlukan pemahaman yang lebih mendalam serta edukasi
terhadap keluarga tentang pentingnya menjalankan PHBS dengan
baik terutama mengajarkan anak untuk cuci tangan 6 langkah
agar terhindar dari infeksi dan tidak memperburuk keadaan
stunting yang di alami anak anak tersebut. Namun di minggu ke 2
hingga ke 4 terdapat perubahan yang cukup signifikkan dimulai
anak anak bisa menerapkan cuci tangan 6 langkah yang di
terapkan sebelum dan sesudah bermain, sebelum dan sesudah
makan, dan sesudah pulang dari sekolah. Didapatkan kenaikan
berat badan sedikit demi sedikit pada anak anak yang
sebelumnya mengalami permasalahan berat badan dan nafsu
makan yang kurang baik.
 Didapatkan perubahan perilaku setelah diberikan
intervensi PHBS yaitu salah satu nya mencuci tangan 6
langkah dengan baik dan benar.
 Perlunya evaluasi yang lebih dalam dan lebih lama untuk
mencapai hasil yang lebih optimal terutama perubahan
pola makan dan juga kenaikan berat badan.
 Perlunya peran orang tua atau pengasuh anak dalam
keterlibatan menjaga pola PHBS anak secara baik dan
juga perhatian terhadap anak terutama tentang pola
pertumbuhan dan perkembangan.
 PHBS memiliki kaitan erat dengan pola perkembangan
dan pertumbuhan anak karena apabila PHBS tidak terjaga
dengan baik, anak mudah terkena infeksi yang dapat
menghambat pertumbuhan.
 Perlunya penerapan perilaku hidup bersih dan sehat dan
konsumsi pangan yang beraneka ragam pada
masyarakat agar balita mempunyai status gizi yang lebih
baik.
 Diharapkan setiap bulan balita dipantau perkembangan
dan pertumbuhannya melalui posyandu.
 Perlunya intervensi untuk peningkatan fungsi
pekarangan rumah dan konsumsi pangan terutama
sumber energi agar balita yang normal tidak menjadi
stunting pada saat dewasa.

Anda mungkin juga menyukai