Anda di halaman 1dari 48

Ny.

L
31 Tahun
G2P1A0
HAP ec suspek Solusio
Plasenta
PEB
IDENTITAS PASIEN
– Nama : Ny. L
– Usia : 31 tahun
– Jenis Kelamin : Perempuan
– Pekerjaan : Karyawan Swata
– Pendidikan : S1
– Agama : Islam
– Alamat : Perum. Merlion square Blok I no. 12A Batu aji
– Status : Menikah
– Nomor RM :
Keluhan Utama

– Pasien diantar oleh ambulance, rujukan dari RS Mutiara Aini, saat tiba di IGD
pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah
Riwayat Penyakit sekarang

Agustus 2019 : 11 September 2019


Pasien mengeluh adanya Kontrol kehamilan
HPHT : 5 Januari 2019
perdarahan pervaginam  TD: 140/90, Os tidak ada
USG : Plasenta previa keluhan

18 September 2019 18 September 2019


19 September 2019 22.00 : RS Mutiara Aini 21.30 : Pasien datang ke RS
rencana untuk merujuk ke Mutiara Aini dengan keluhan
01.10 : Pasien tiba di IGD RSBP
RSBP Batam, dengan alas an nyeri kepala hebat
Batam
rujuk : ruangan rawat inap
penuh TD : 200/ 100 mmhg
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
Pasien tiba di IGD RSBP Batam dengan keluhan nyeri kepala. Pasien juga mengeluh
nyeri pada perut kanan bawah, nyeri dirasa hebat, disertai dengan perdarahan dari
jalan lahir sejak pasien di perjalanan menuju ke RSBP Batam dari RS Mutiara Aini.
Keluhan mual dan muntah tidak ada, pandangan mata kabur tidak ada. Riwayat
trauma tidak ada.
RIWAYAT PENGGUNAAN
OBAT
– Terapi di RS Mutiara Aini
– 22.00 :
– Dopamet 500 mg p.o
– Nifedipine 10 mg p.o
– 22.10:
– MgSO4 4 gr IV bolus
– 23.00 :
– D5% + MgSO4 1 fls  drip 17 tpm makro
– 23.30 :
– Nifedipine 10 mg p.o
RIWAYAT PENYAKIT
DAHULU
– Hipertensi : Pasien mengetahui hipertensi saat usia kandungan 35 minggu, tidak
ada riwayat hipertensi sebelum kehamilan
– Diabetes Melitus : Tidak ada
– Alergi : Tidak ada
Riwayat Penyakit keluarga

– Hipertensi : Tidak ada


– Diabetes melitus : tidak ada
Riwayat Haid

– Menarche : 14 Tahun
– Siklus Haid : 28 Hari
– Lamanya : 7 Hari
– Riwayat KB : Tidak menggunakan KB
– HPHT : 5 Januari 2019
Riwayat Perkawinan:

– Pernikahan ke 1
Hamil Tahun Umur Jenis Penolong Tempat Penyulit Keterangan
ke- persalinan Kehamilan Persalinan Persalinan

1 2012 aterm normal Bidan Rumah Tidak Hidup


Sakit ada
2 HAMIL INI
PEMERIKSAAN FISIK
TANDA VITAL

– Kesadaran : Compos Mentis


– Tanda Vital :
– Tensi : 70/50 mmHg
– Nadi : 117 x/menit, regular
– Respirasi : 24 X/menit
– Suhu : 36 C
– Saturasi : 98 %
MATA Palpebra : Tidak oedem
Konjungtiva : Tidak pucat
Sklera : Tidak Ikterik

MULUT Simetris, Tidak sionosis, Tidak kering

LEHER Thyroid : Tidak Teraba membesar


KGB : Tidak Teraba membesar

THORAX I: Simetris statis, Gerak nafas simetris, retraksi (-)


A: SP: vesiculer ka=ki
ST: ronki (-/-), Wheezing -/-
BJ: S1 S2 (+) Reguler, Gallop (-), Murmur (-)
P: Sonor pada kedua lapangan paru
P: Nyeri tekan (-), Krepitasi (-)

ABDOMEN Status Obstetri

EKSTREMITAS Udem +/+, Akral hangat, CRT <2’’


STATUS OBSTETRI
Inspeksi :Tampak membuncit sesuai usia kehamilan, striae gravidarum +
Palpasi :
Tegang pada seluruh lapang perut
Leopold 1 : Teraba bagian lunak kesan bokong pada fundus uteri, TFU : 33 cm
Leopold 2 : Punggung janin di sebelah kanan ibu
Leopold 3 : Presentasi kepala
Leopold 4 : Belum masuk PAP
DJJ : 22. 15 : 80 x/mnt
22.23 : 64 x/mnt
STATUS GENITALIA :
INSPEKSI : tampak perdarahan dari jalan lahir warna merah gelap
Nama Test Hasil Nilai rujukan
Waktu pembekuan (CT) 8 menit 5-12
Waktu perdarahan (BT) 3 menit 30 detik 1-7
DIAGNOSIS

– HAP ec suspek Solusio Plasenta


– PEB
– Fetal distress
TATALAKSANA

TERAPI DI IGD
– Loading RL 500 CC  TD : 80/60 mmHg

– Konsul dr. Adri Yanti, SpOG via telfon, pukul 01.20 wib
- Antihipertensi dan MgSO4 di STOP
- CTG di VK
- Rencana SC CITO
FOLLOW UP
19-09-2019
02.00 :
S/ Pasien tiba di VK
O/ TD : 80/60
N : 110 X/mnt
rr : 20 x/ mnt
DJJ : Tidak terdengar
A/ G2P1A0 hamil 36-37 minggu dengan HAP suspek Solusio placenta ec PEB
Janin IUFD
P/ Konsul dr. Adri Yanti, SpOG, advis :
Persiapkan SC cito
Persiapan PRF 2 kolf
03.35 Dilakukan operasi SC cito
LAPORAN PEMBEDAHAN

– Ahli Bedah : dr. Adri yanti, SpOG


– Dokter Anestesi : dr. Marshel, SpAn
– Nama prosedur pembedahan : SCTTP
– Diagnosis pra bedah : HAP ec Solusio Plasenta ec PEB pada G2P1A0 hamil 37
minggu, IUFD
– Diagnosis pasca bedah : Sesuai
– Jam mulai pembedahan : 03.35
– Jam selesai pembedahan : 05.10
– Lama pembedahan : 95 menit
– Jumlah perdarahan : 1500 cc
LAPORAN PEMBEDAHAN

– Pasien terlentang di meja operasi dengan anesthesia umum

– Dilakukan a dan antisepsis lapangan operasi dan sekitarnya

– Dilakukan insisi pfanenstiel sepanjang 10 cm, setelah peritoneum dibuka, tampak uterus aterm, tampak uterus couveleire, plika
vesicouterina disayat smeiluner, kandung kemih disisihkan ke bawah

– SBU disayat semilunar, air ketuban, hemoragis, jumlah cukup

– Dengan meluksir kepala, dilahirkan bayi laki-laki usia 03.45 wib, BB 2420 gram, PB 46 cm, A/S 0/0, tidak terdapat lilitan tali pusat ,
tidak ada maserasi

– Plasentatelah lepas seluruhnya, didapatkan bekuan darah retroplasenter, jumlah >300 cc, dilahirkan lengkap

– Dinding uterus dijahit 2 lapis secara jelujur, diyakini hemostasis tercapai dengan baik, kontraksi uterus kurang baik, walaupun sudah
diberikan uterotonika (Synto drip, metal ergometrin inj iv, misoprostol) diputuskan untuk meligasi arteri uterine kanan dan kiri

– Pada eksplorasi kedua tuba dan ovaria normal, terdapat perdarahan difus dari luka operasi, diputuskan untuk memasang drain intra
abdomen, dipasang drain dari depan vesika urinaria

– Setelah diyakini tidak ada perdarahan aktif, dinidng abdomen ditutup lapis demi lapis, dengan meninggalkan dexamethasone 10 cc
intracavum abdomen

– Perdarahan operasi sekitar 150 cc, urin 300 cc warna kuning pekat, alat dan kassa lengkap

– Os dapat transfuse PRC 2 kolf di OK


Follow up

– Instruksi post operasi


– Observasi di ruang ICU
– Observasi jumlah perdarahan
– Terus kan transfuse
– Infus 20 iu oxytocin dalam RL 500cc/ 8 jam selama 24 jam post operasi
– Inj. Cefotaxim 3x1 gr (2 hari)
– Inj. Metronidazol 3x500 mg (2 hari)
– Ketorolac drip 30 mg dalam 100 ml NaCl 0,9% (2 hari)
– Asam tranexamat 3x500 mg (1 hari)
– Lansoprazol 40 mg 1x1 iv
– Dexamethasone 2x10 mg iv
– Bila TD diatas atau sama dengan 160/100 pasang mgSo4 1 gr/Jam drip, dan perdipine drip
Follow up

19-09-2019, pukul 18.50


S/ pasien kejang general tonik klonik
O/ TD : 155/100 mmhg, N : 150x/ mnt rr : 30 x/mnt SpO2 : 99%
A/ Post SC a/I solusioplasenta + Eklamsi
P/ konsul dr. Adri Yanti, SpOG :
MgSO4 drip 1 gram / jam (15 cc mgso4 + 35 cc RL) drip selama 6 jam dengan syringue
pump
Drip diazepam 3 amp. + 500 cc RL  drip selama 6 jam
Pantau KU dan TTV
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

Terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan


maternal plasenta dari tempat implantasinya yang
normal pada sebelum waktunya yakni antara minggu
20 dan lahirnya bayi. Plasenta secara normal terlepas
setelah bayi lahir 1,2,3,5.
KLASIFIKASI

Klasifikasi berdasarkn tempat terlepasnya plasenta :


– Terlepas hanya pada pinggirnya saja (ruptura sinus
marginalis)
– Terlepas lebih luas (solusio plasenta parsialis)
– Seluruh permukaan maternal plasenta terlepas (solusio
plasenta totalis)
Perdarahan merembes antara
plasenta menyelinap di bawah
c
dan miometrium selaput ketuban

akhirnya memperoleh jalan


keluar melalui vagina
ke kanalis servikalis

perdarahan eksternal
(revealed hemorrhage)
jika plasenta masih
melekat pada dinding
rahim,

darah tidak keluar dari tetapi tertahan di antara perdarahan tersembunyi


uterus plasenta yang terlepas (concealed hemorrhage)

parsial atau total


Prevalensi
Insidensi solusio plasenta bervariasi di seluruh dunia. Kejadiannya bervariasi
dari 1 di antara 75 sampai 830 persalinan.

Solusio plasenta merupakan salah satu penyebab perdarahan antepartum yang


memberikan kontribusi terhadap kematian maternal dan perinatal di Indonesia.
ETIOLOGI
Sebab primer dari solusio plasenta tidak diketahui

Tetapi terdapat beberapa keadaan patologik yang terlihat lebih sering bersama
dengan atau menyertai solusio plasenta dan dianggap sebagai faktor risiko

Hipertensi Riwayat Trauma Paritas yang tinggi Merokok Usia ibu


PATOFISIOLOGI
Solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula dari
suatu keadaan yang mampu memisahkan vili-vili korialis plasenta dari
tempat implantasinya pada desidua basalis

PERDARAHAN

Oleh karena itu patofisiologinya bergantung pada etiologi.

Pada trauma abdomen etiologinya jelas karena robeknya


pembuluh darah desidua2
GEJALA KLINIK

Gejala dan tanda pada solusio plasenta


seperti :
Oliguria
Kadar fibrinogen
•Nyeri pada perut yang tiba-tiba dan
berkurang antara 150-250
terus-menerus
mg/100 ml,
Kelainan pembekuan
•Denyut jantung janin biasanya telah
darah Gangguan fungsi
menunjukkan gawat janin
ginjal
•Perdarahan yang keluar tampak HITAM
• Takikardia dan Hipotensi,
DIAGNOSIS KLINIK

Dalam banyak hal diagnosis bisa ditegakkan


berdasarkan gejala dan tanda klinik yaitu :
solusio plasenta yang – perdarahan pervaginam
berat terdapat kelainan – nyeri pada uterus
denyut jantung janin

Namun kadang pasien datang dengan gejala


perdarahan tidak banyak dengan perut
tegangan tetapi janin telah meninggal
Diagnosis Pasti
Diagnosis pasti hanya bisa ditegakkan dengan melihat adanya perdarahan retroplasenta setelah
partus
DIAGNOSIS BANDING
GEJALA DAN SOLUUIO PLACENTA ABORTUS KET
TANDA PLACENTA PREVIA

PERDARAHAN Darah Segar Darah segar Darah segar Darah segar


PERVAGINAM Kehitaman
NYERI (+++) (+/-) (++) (+++)

FETUS Hidup/meningal Tergantung letak Tergantung tipe Meninggal

SYOK/ANEMIA (+++) (+/-) (-/+) (+++)

UTERUS Tegang Tidak tegang Tergantung Tegang


klasifikasi
KOMPLIKASI
solusio plasenta berasal dari perdarahan retroplasenta yang
terus berlangsung akibat pada ibu

Insufisiensi Fungsi Gangguan


Plasenta Gagal Ginjal Anemia
Pembekuan Darah
Penatalaksanaan
Terapi solusio plasenta akan berbeda-beda
tergantung pada usia kehamilan serta status ibu
dan janin.

Pada janin yang hidup dan matur, dan apabila


persalinan pervaginam tidak terjadi dalam waktu
dekat, sebagian besar akan memilih seksio
sesaria
PROGNOSIS
Solusio plasenta mempunyai prognosis yang buruk baik bagi
ibu hamil dan lebih buruk lagi bagi janin jikajika tidak segera
dilakukan penanganan yang tepat dan cepat
PEMBAHASAN
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria. Preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥
160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria
lebih 5 g/24 jam disebut sebagai preeklampsia berat. PEB dan hipertensi
kronik dapat meningkatkan risiko terjadinya solusio plasenta, hal ini
berkaitan dengan ischaemic placental disease yang mengakibatkan
terlepasnya sebagian atau seluruh bagian palacenta dari dinding uterus.
Untuk menghindari komplikasi dari solusio placenta akibat hipertensi dalam
kehamilan, dapat dilakukan operasi section caesaria.12
– Berdasarkan gejala klinik pada pasien berupa perdarahan hebat
disertai dengan nyeri dan tegang pada perut, dan kemungkinan
terjadinya IUFD maka pasien masuk dalam klasifikasi kelas III atau
solusio plasenta berat. Pada kelas III gejala yang ditemukan berat
dan terdapat pada hampir 24% kasus, perdarahan pervaginam dari
tidak ada sampai berat; uterus tetanik dan sangat nyeri; syok
maternal; hipofibrinogenemi, koagulopati serta kematian janin.
KESIMPULAN
– Pada kasus ini, Ny. L, 36 tahun, G2P1A0 hamil 38-39 minggu,
datang dengan keluhan utama perdarahan pervaginam berupa
darah segar disertai nyeri hebat pada perut. Berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang
dilakukan diketahui pasien mengalami solusio plasenta, anemia,
syok, dan IUFD. Tatalaksana pada kasus ini adalah operasi Sectio
Caesarea Klasik (SCK).

Anda mungkin juga menyukai