Anda di halaman 1dari 14

Assalamualaikum

A. Latar Belakang
Berbagai macam aliran keagamaan
dalam Islam pertama kali muncul sejak
terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan dan
naiknya Ali bin Abi Thalib. Banyak pihak
yang meminta supaya segera dilakukan
pengusutan wafatnya Utsman dan datang
yang ada di belakangnya sebagian lainnya
meminta supaya ditegakkan khalifah Islam
yang dipimpin oleh Ali bin Abi Thalib.
Selain benih pertikaian dalam masalah
politik, perbedaan pemahaman dalam soal akidah Islam
juga mulai berkembang. Persoalan yang menjadi
perdebatan soal penciptaan manusia, dan pula Allah yang
menciptakan kebaikan dan keburukan, Semuanya
dianggap adalah perbuatan Allah akibatnya ketika ada
orang yang berbuat jahat, sebagian kalangan memandang
bahwa perbuatan tersebut merupakan perbuatan Allah,
karena itu timbul pemahaman yang berbeda dalam
memaknai af’al Allah tersebut. Dari sini juga kemudian
timbul perbedaan pamahaman keagamaan dalam bidang
teknologi (akidah, atau ilmu kalam). Seperti Qodariyah,
Maturidiyah, Ahlussunnah wal Jamaah dan lain
sebagainya.
Maturidiyah merupakan salah satu sekte
Ahl Al-Sunnah Wal Jama’ah yang timbul hampir
bersamaan dengan Asy’ariyah. Sebagaimana
Asy’ariyah, Maturidiyah ini juga timbul sebagai
reaksi atas aliran Mu’tazilah. Hanya saja, Al-
Maturidi adalah pengikut Abu Hanifah yang
banyak menggunakan rasio dalam pandangan
keaggamaannya, sehingga dalam bidang
teologipun, Al-Maturidi banyak menggunakan
akal. Hal ini membuat Maturidiyah mempunyai
beberapa perbedaan pandangan dengan
Asy’ariyah
Salah satu pengikut Al-Maturidi adalah Abu
Al-Yus Muhammad al-Banzawi. Ia mengetahui
ajaran-ajaran Al-Maturidi dari orang tuanya.
Seperti Al-Baqillani dan Al-Juwaini, Al-Banzawi
tidak pula selamanya sepaham dengan Al-
Maturidi. Antara kedua pemuka aliran Maturidiyah
ini terdapat perbedaan paham tentang boleh
dikatakan bahwa
dalam aliran Maturidiyah terdapat dua golongan:
golongan Samarkand, yaitu pengikut-pengikut al-
maturidi sendiri, dan golongan Bukhara yaitu
pengikut-pengikut al-Banzawi.
A. Maturidiyah Samarkand
1. Pendiri Maturidiyah Samarkand

Maturidiyah samarkand didirikan oleh Abu Mansur


Muhammad bin Muhammad bin Mahmud al-Hanafi
al-Mutakallim al-Maturidi al-Samarkandi. Ia lahir
sekitar tahun 859 M di Maturid dekat Samarkand
wilayah Tranxosiana Asia Tengah (sekarang masuk
wilayah Uzbekistan, Uni Soviet) dan meninggal pada
tahun 944 M. Oleh sebagian penulis, al-Maturidi
dinyatakan sebagai keturunan dari Abu Ayyub al-
Anshari, seorang sahabat rosul di Madinah. Pendapat
ini diperkuat oleh fakta bahwa sebagian kaum kerabat
al-Maturidi yang tinggal di Samarkand adalah orang-
orang yang berasal dari Arab Madinah.
2. Pandangan Teologi
Maturidiyah Samarkand

a) Fungsi Akal dan Wahyu


Menurut al-Maturidi, akal dapat mengetahui tiga permasalahan
pokok, Yaitu:
1) Mengetahui Tuhan
2) Mengetahui kewajiban berterimakasih kepada Tuhan
3) Mengetahui baik dan buruk.
b) Sifat-sifat Tuhan
c) Melihat Tuhan
d) Keqadiman Al-Qur’an
e) Perbuatan dan kehendak manusia
f) Janji dan Ancaman Allah
g) Kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan
h) Keadilan Tuhan
i) Perbuatan Tuhan

B. Maturidiyah Bukhara
1. Pendiri Maturidiyah Bukhara
Tokoh utam Maturidiyah Bukhara adalah Abu al-
Yusr Muhammad al-Bazdawi. Ia dilahirkan pada tahun 241
H dan meninggal pada tahun 493 H/ 1099 M di Bukhara.
Nenek al-Bazdawi adalah murid dari al-Maturidi. Al-
Bazdawi sendiri mengetahui ajaran-ajaran al-Maturidi dan
orang tuanya.
sebagaimana al-Baqillani dan al-Juwaini yang tidak
selamanya sepaham dengan al-Asy'ari, al-Bazdawi juga tak
selamanya sepaham dengan al-Maturidi. Antara kedua
tokoh Maturidiyah ini terdapat perbedaan paham sehingga
menjadi paham tersendiri yang kemudian disebut dengan
paham Maturidiyah Bukhara karena berkembang di
Bukhara.
2. Pandangan Maturidiyah Bukhara

a) Fungsi akal dan wahyu


Al-bazdawi sepaham dengan Al-Maturidi dalam hal
kemampuan akal manusia untuk mengetahui adanya Tuhan dan
mengetahui baik dan buruk. Akan tetapi dia berpendapat bahwa
sebelum datangnya wahyu tidak ada kewajiban untuk
mengetahui Tuhan dan berterimakasih kepadaNya, manusia juga
tidak wajib untuk mengerjakan perbuatan baik dan menjauhi
perbutan jahat. Kewajiban-kewajiban hanya ditentukan oleh
Tuhan dan ketentuan-ketentuan Tuhan itu hanya dapat diketahui
melalui Wahyu.
Al-Bazdawi mendasarkan perndapatnya
berdasarkan surat Thaha ayat 134:

َ ‫َولَ ْو أَنَّا أ َ ْهلَ ْكنَ ُه ْم ِبعَذَا ب ِ ِّمن قَ ْب ِل ِه لَقَا لُ ْوا َربَّنا‬


‫س ْولا فَنَت َّ ِب َع َءايَتِ َك ِم ْن قَ ْب ِل‬ َ ‫س ْل‬
ُ ‫ت ِإلَ ْينَا َر‬ َ ‫لَ ْوآلَ أ َ ْر‬
‫أ َ ْن نَّ ِذ َّل َون َْخزَ ى‬
Artinya:”Dan sekiranya kami binasakan mereka
dengan suatu azab sebelum al-Qur’an itu (diturunkan), tentulah
mereka berkata:”Ya Tuhan kami mengapa tidak engkau utus
seorang rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau
sebelum kami menjadi hina dan rendah”.
b) Sifat Tuhan
Menurut al-Bazdawi, Tuhan memiliki sifat-sifat dan sifat-
sifat Allah itu kekal tetapi dalam kekekalan dalam esensi Tuhan,
bukan dengan kekekalan sifat itu sendiri.
c) Perbuatan Manusia
Al-Bazdawi berpendapat bahwa perbuatan manusia adalah
ciptaan Allah. Allah mewujudkannya dan manusia adalah
pelakunya
d) Kehendak dan Kekuasaan mutlak Tuhan
Pandangan Maturidiyah Bukhara menekankan berlakunya
kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan. Tuhan berbuat
sekehendakNya dan tidak ada satu laranganpun bagi Tuhan
e) Janji dan Ancaman Allah
Kaum Maturidiyah Bukhara dalam hal janji dan ancaman
Tuhan tidak sepenuhnya sepaham dengan al-Asy’ari, namun juga
tidak sepenuhnya sepaham dengan Maturidiyah Samarkand.
Dalam pandangan Maturidiyah Bukhara ini, tidak mungkin Tuhan
mendengar janjiNya untuk memberi upah kepada orang yang
berbuat baik, tetapi sebaliknya, bukan tidak mungkin Tuhan
membatalkan ancamanNya untuk memberi hukuman kepada
orang yang berbuat jahat.
Uraian diatas mengandung arti bahwa Tuhan wajib
memberi upah kepada orang yang berbuat baik. Dengan
demikian, Tuhan dalam pandangan Maturidiyah Bukhara
mempunyai kewajiban terhadap manusia
• A. Kesimpulan
• Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sebagai
halnya dalam lapangan hukum Islam, dalam teologi Islam
terdapat pula beberapa mazhab atau aliran. Aliran-aliran yang
ada dan yang mulai timbul kembali ialah Asy’ariyah,
Maturidiyah dan Mu’tazilah. Ketiga aliran ini, sama halnya
dengan mazhab-mazhab hukum Islam, tidak keluar dari
ajaran-ajaran Islam. Semuanya masih ada dalam lingkup Islam
dan oleh karena itu tiap orang Islam mempunyai kebebasan
untuk memilih aliran Teologi.

• B. Saran
• Dengan terselesainya makalah ini, penyusun berharap
para pembaca dapat memberikan tanggapan ataupun
sanggahan yang bersifat membangun.dan juga penyusun tidak
luput dari kesalahan dalam menyusun makalah ini penyusun
juga berharap disusunya makalah ini kita semua dapat
mengetahui lebih dalam tentang “Aliran Maturidiyah

Anda mungkin juga menyukai