Anda di halaman 1dari 47

KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR DALAM

PENGAWASAN PENERAPAN HYGIENE SANITASI DAN


PENYEMBELIHAN HALAL TERNAK QURBAN
 Munculnya Tempat Pemotongan Hewan di
berbagai tempat
 Munculnya juru sembelih baru
 Pemotongan dilakukan secara tradisional dan
serba darurat
 Hygiene-sanitasi , kesejahteraan hewan dan
kesehatan lingkungan belum diperhatikan
DASAR HUKUM
1. Undang-undang No.7/1996 tentang Pangan
2. UU No. 8 th 1999 tentang Perlindungan Konsumen
3. UU No. 18/2009 tentang Peternakan dan Kesehatan
Hewan
4. PP No. 22/1983 tentang Kesehatan Masyarakat
Veteriner
5. Kepmentan No.413/1992 tentang Pemotongan
Hewan Potong dan Penanganan Daging serta Hasil
Ikutannya
6. Permentan No. 381/2005 tentang Pedoman
Sertifikasi Kontrol Veteriner Pada Unit Usaha Pangan
Asal Hewan
7. Permentan No. 13/2010 tentang Syarat-Syarat
Rumah Potong Hewan Ruminansia (RPH-R) dan
Unit Penanganan Daging (Meat Cutting Plant)
3
UU No. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan  Pemerintah, Pemerintah
daerah Provinsi/Kabupaten/ Kota bertanggung
jawab menjamin daging yang beredar memenuhi
persyaratan aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH) untuk
melindungi kesehatan dan ketentraman batin
masyarakat konsumen
Daging yang akan diedarkan bagi konsumsi
masyarakat diwajibkan berasal dari pemotongan
hewan di Rumah Potong Hewan (RPH) yang
memenuhi persyaratan teknis higiene-sanitasi
kecuali bagi pemotongan untuk kepentingan hari
besar keagamaan, upacara adat dan pemotongan
darurat
Wajib dilakukan pemeriksaan antemortem dan
postmortem
Pemotongan hewan harus memenuhi persyaratan
kesmavet, kesrawan, dan syariah agama Islam
Pasal 61
Ayat 1
Pemotongan hewan yang dagingnya
diedarkan harus :
a. dilakukan di rumah potong; dan
b. mengikuti cara penyembelihan yang
memenuhi kaidah kesehatan
masyarakat veteriner dan
kesejahteraan hewan
DEFINISI:

KESEHATAN MASYARAKAT 
VETERINER (KESMAVET)
“ Segala urusan yang berhubungan dengan

6
hewan dan produk hewan yang secara
langsung atau tidak langsung mempengaruhi
kesehatan manusia”
(UU.18/2009)
KONSEP KEAMANAN PANGAN :
 SAFE FROM FARM TO TABLE
Konsep keamanan pangan asal hewan di
Indonesia :

Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) atau Halalan


Thoyiban
Aman Tidak mengandung bahaya biologis, kimiawi dan fisik
atau bahan-bahan yang dapat mengganggu kesehatan
manusia
Sehat Mengandung bahan-bahan yang dapat menyehatkan
manusia (baik untuk kesehatan)

Utuh Tidak dikurangi atau dicampur dengan bahan


lain

Halal Disembelih dan ditangani sesuai syariat agama Islam


PERSYARATAN MINIMAL
TEMPAT PEMOTONGAN HEWAN
QURBAN
 Tata Letak
 Fasilitas
 SDM kompeten
TATA LETAK
• Area Penampungan Hewan 
Sementara 
• Area Penyembelihan Hewan
• Area Pembersihan Jeroan 
• Ruang Daging 
• Ruang Jeroan 
• Penampungan limbah padat dan 
cair 
FASILITAS TEMPAT PEMOTONGAN
HEWAN QURBAN
 Lantai pemotongan hewan Qurban, Tenda dan Penutup
tempat penyembelihan
 Cradle (alas tempat hewan yang baru disembelih untuk
memindahkan atau bisa digunakan untuk tempat
pengulitan)
 Katrol manual
 Tiang dan penggantung karkas
 Wadah penampung jeroan merah
 Wadah penampung jeroan hijau
 Pisau dan asahan
 Meja untuk melakukan pemotongan/pembagian daging
 Septic tank atau sarana pengelolaan limbah
SDM KOMPETEN
 Penanganan hewan mengikuti kaidah 
kesejahteraan hewan
 Juru Sembelih yang kompeten 
 Penanganan daging mengikuti aspek 
hygiene sanitasi.

PELATIHAN DAN
SOSIALISASI
KESEJAHTERAAN
HEWAN DALAM
RANGKA
IDUL ADHA
(QURBAN)
UU PETERNAKAN & KESEHATAN HEWAN
(UU NO. 18 TAHUN 2009)
Definisi :

Kesejahteraan hewan adalah segala urusan


yang berhubungan dengan keadaan fisik dan
mental hewan menurut ukuran perilaku alami
hewan, yang perlu diterapkan dan ditegakkan
untuk melindungi hewan dari perlakuan
orang atau badan hukum yang tidak layak
terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia.
Pasal 66
Untuk kepentingan kesejahteraan hewan dilakukan tindakan
yang berkaitan dengan penangkapan dan penanganan;
pengangkutan; pemotongan dan pembunuhan; serta
perlakuan dan pengayoman yang wajar terhadap hewan

Harus bebas dari rasa lapar dan haus, rasa sakit,


penganiayaan dan penyalahgunaan, serta rasa takut
dan tertekan
Pasal 67
Penyelenggaraan kesejahteraan hewan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan
oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah bersama
masyarakat

Pelaksanaan kesejahteraan hewan diutamakan


pada upaya peningkatan kesadaran dan partisipasi
masyarakat melalui pendidikan, pelatihan dan
penyuluhan
Prinsip Kesejahteraan Hewan

Perlakuan hewan secara wajar, alami


dan terkendali  perlindungan hewan
dari tindakan semena-mena manusia

17
1. Bebas dari rasa lapar dan haus
2. Bebas dari ketidak nyamanan
3. Bebas untuk mengekspresikan perilaku
normalnya
4. Bebas dari rasa sakit, kecederaan dan
penyakit
5. Bebas dari rasa takut dan tertekan
MANFAAT KESEJAHTERAAN HEWAN
 Melindungi Manusia
 Meningkatkan kesejahteraan manusia
 Keamanan Pangan
 Mengurangi penyebaran penyakit
TITIK KRITIS PENERAPAN KESRAWAN
Transportasi: 
 Proses bongkar­muat, kapasitas kendaraan

Tempat penampungan: 
 kotor, hewan tidak bisa bergerak bebas, asap kendaraan

20
 Pakan dan air minum: tersedia dalam jumlah yang tidak 
terbatas;
 Penanganan hewan sakit; pisahkan, laporkan, penggunaan 
obat

Perobohan hewan saat akan disembelih : 
Metode perobohan, ketrampilan, peralatan

Penyembelihan:
 penanganan yang kasar
 penggunaan pisau (ukuran, ketajaman)
 Juru sembelih tidak terampil2
TRANSPORTASI / PENGANGKUTAN
TAHAP PENERIMAAN HEWAN
 Fasilitas Tangga Penurunan

300

 Disain fasilitas tangga penurunan


 Kondisi tangga penurungan
 Cara menurunkan ternak
 Ternak cedera
PENURUNAN 
Tidak boleh ada celah Jangan paksa sapi untuk
antara kendaraan dengan meloncat turun (tanpa
rampa rampa)
PENGISTIRAHATAN HEWAN
 Ternak diistirahatkan minimal
8 - 12 jam
 Kandang penampungan
bersih,kering, teduh
melindungi hewan dari matahari
dan hujan
 Air minum dan pakan yang
cukup selama di kandang
penampungan sementara
 Dilakukan pemeriksaan
antemortem (sebelum
disembelih) maksimal 24 jam
sebelum disembelih
 
 
28
PENGGIRINGAN SAPI
Yang perlu diketahui :
­Monocular vision

­Binocular vision

­Blind spot (titik buta)

­Flight zone 

­Point of Balance (titik keseimbangan)

­Perilaku sapi antara lain hidup 
berkelompok, bergerak dari tempat gelap 
ke terang, sensitif terhadap gerakan yang 
tiba­tiba, tidak suka warna yang kontras, 
tidak suka sinar yg menyilaukan, untuk 
melihat objek yg jauh lebih baik drpd yg 
dekat 
STOP....!!!!!


SLIDE: 32
 PEROBOHAN HEWAN
1. Dibutuhkan tehnik perobohan yang benar

2. Hindari perlakuan yang kasar dan menyakitkan ternak


 PEROBOHAN HEWAN


 
PROSES PENYEMBELIHAN
- Prinsip penyembelihan mempersingkat penderitaan
hewan, mempercepat proses kematian.
Penyembelihan dilakukan dengan pisau yang tajam pada
bagian ventral leher sehingga trachea, vena jugularis -
arteria communis dan oesophagus terpotong sekaligus.
Perlakuan lebih lanjut pasca penyembelihan dilakukan
apabila hewan mati sempurna  reflek kelopak mata
PENAMPANG MELINTANG LEHER HEWAN YANG HARUS
TERPOTONG

os cervicalis
a. vertebralis

a. carotis communis a. carotis communis


dextra sinistra

v. jugularis dextra v. jugularis sinistra

oesophagus trachea
Proses selanjutnya....
 Sebelum pengulitan, esofagus dan usus bagian
belakang/rektum/anus diikat dengan tali
 Pengulitan dan pengeluaran jeroan dilakukan
secara hati-hati
 Pemeriksaan kesehatan daging (karkas),
jeroan dan kepala setelah penyembelihan
dilakukan oleh dokter hewan atau paramedis
kesehatan hewan dibawah pengawasan dokter
hewan
Stres akut Stres
kronis
(Perlakuan kasar (Stres di
peternakan
Seb. penyembelihan) dan atau di
perjalanan)

Pale,Sof, Exudative PSE Dark, Firm, Dry  DFD


( Pucat, lembek, berair ) ( Gelap, liat, kering )
PEMERIKSAAN POST MORTEM (SETELAH 
DISEMBELIH)

Meliputi :
Pemeriksaan Daging
Pemeriksaan Organ-Organ (Hati, Paru-paru, Ginjal,
Limpa, dll)
Pengafkiran organ yang mengalami perubahan patologis
PEMBUANGAN LIMBAH
 Untuk kelancaran dan
kebersihan pemotongan, perlu
dibuatkan lubang penampung
dengan ukuran 0,5 x 0,5 x 0,5
m untuk setiap ekor kambing
dan ukuran 0,5 x 0,5 x 1,0 m
untuk tiap 10 ekor sapi.
 Setelah proses penyembelihan
selesai, lubang penampung
harus ditaburi kapur, kemudian
segera ditutup dengan tanah.
Petugas penyembelih harus
segera membersihkan diri
setelah penyembelihan selesai
dengan menggunakan sabun.
PENANGANAN DAN PENYIMPANAN DAGING 
QURBAN
 Orang yang menangani daging harus sehat, berpakaian yang
bersih
 Petugas yang menangani daging dan jerohan harus berbeda
 alas plastik transparan, telenan atau memakai meja ditutup
plastik
 Daging/jerohan dimasukkan ke dalam plastik warna putih
 Pisau harus bersih dan tajam, telanan harus bersih
 Penanganan dan penyimpanan daging harus dipisahkan
dengan jeroan (daging dan jeroan tidak boleh
dicampur).
 Daging harus dikemas terpisah dengan jeroan
 Pengantongan daging dalam kantong plastik dan terpisah
dari jeroan, sesegara mungkin disampaikan kepada yang
berhak
KEBIJAKAN DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR
DALAM PENGAWASAN PENERAPAN HYGIENE SANITASI DAN
PENYEMBELIHAN HALAL PADA TERNAK QURBAN
1. Peningkatan peran pemerintah kab/kota dalam
penyediaan daging ternak qurban ASUH
2. Peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat
terhadap daging yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal
(ASUH)
3. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (pelatihan
juru sembelih halal, petugas pengawas kesmavet, ta’mir
masjid)
4. Peningkatan dan Perbaikan fasilitas sarana dan
prasarana sesuai dengan persyaratan teknis (hygine
sanitasi dan kesejahteraan hewan)

Anda mungkin juga menyukai