Anda di halaman 1dari 15

ETIKA BISNIS

(Profesi Bisnis dan Tanggung


Jawab Moral dan Sosial Bisnis)
Kelompok 2
1. Ai Ratmini
2. Amia Pramayasti
3. Anisa Nurmuslimah
4. Dewi Kurnia
5. Devi Genesis
6. Eka Indrianti
7. Fitri Riyani
Hakikat Bisnis

Hakikat bisnis adalah usaha untuk memenuhi


kebutuhan manusia ( produk atau jasa ) yang
bermanfaat bagi masyarakat. Businessman (Seorang
pebisnis) akan selalu melihat adanya kebutuhan
masyarakat dan kemudian mencoba untuk melayani
secara baik sehingga masyarakat menjadi puas dan
senang. Dari kepuasan masyarakat itulah si pebisnis
akan mendapatkan keuntungan dan pengembangan
usahanya.
Karakteristik Profesi Bisnis

Profesi dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan


untuk nafkah hidup dengan menggunakan keahlian dan
ketrampilan. Di bisnis modern ini mensyaratkan dan
mengharuskan para pelaku bisnis menjadi orang
profesional. Semakin tajam persaingan, semakin
dituntut sikap profesianal untuk menjaga citra bisnis
yang baik. Orang-orang yang profesional selalu berarti
orang-orang yang berkomitmen tinggi, serius
menggeluti pekerjaanya, bertanggung jawab atas
pekerjaanya agar tidak merugikan orang lain.
Karakteristik Profesi Bisnis

Menurut Keraf suatu profesi yang diperlukan dan dihargai mempunyai karakteristik
sebagai berikut :
1. Memiliki pengetahuan, keahlian, dan ketrampilan khusus yang ia peroleh
melalui pendidikan dan pengalaman yang membentuk profesinya, yang
membedakanya dengan orang lainnya.
2. Terdapat kaidah dan standar moral. Pada setiap profesi selalu ada peraturan
yang menentukan bagaimana profesi itu dijalankan. Peraturan yang biasa
disebut kode etik ini sekaligus menunjukan tanggung jawab profesional dalam
melakukan pekerjaan.
3. Seseorang perlu memiliki ijin khusus atau lisensi untuk bisa menjalankan suatu
profesi. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi profesi tersebut dari orang-
orang yang tidak profesional.
4. Memberikan pelayanan pada masyarakat. Keuntungan harus dibayar sebagai
akibat logis dari pelayanan kepada masyarakat, bahkan keikutsertaan dalam
menyejahterakan masyarakat, adalah citra perusahaan yang baik.
Pergeseran Pradigmaa Dari
Shareholders/Stockholders ke Stakeholders

Shareholder atau Stockholders paradigm merupakan sebuah


paradigma dimana Chief Excutive Officer (CEO) berorientasi pada
kepentingan pemegang saham. Pihak manajemen sebagai
pemegang mandate berusaha memperoleh keuntungan sebesar-
besarnya untuk menyenangkan dan meningkatkan kemakmuran
pemegang saham. Seakan-akan pihak pemegang saham
merupakan pihak yang paling berpengaruh bagi kelangsungan
hidup perusahaan. Orientasi seperti ini mengakibatkan evaluasi
yang dilakukan atas pengelolaan bisnisnya dilihat dari aspek
finansial. Prestasi manajemen hanya dilihat dari kemampuannya
menghasilkan laba. Hal ini mendorong manajemen untuk
menghalalkan segala cara untuk mengejar keuntungan. Tindakan
demikian mengakibatkan adanya pihak-pihak lain yang dirugikan.
Pergeseran Pradigmaa Dari
Shareholders/Stockholders ke Stakeholders

Pradigma Shareholders kemudian mengalami pergeseran, karena pada


kenyataanya manajemen dihadapkan pada banyak kepentingan yang
pengaruhnya perlu diperhitungkan secara seksama. Bagaimanapun
juga dalam bisnis muncul kesadaran bahwa dalam usaha meraih laba,
selain shareholders, wajib juga diperhatikan kepentingan pihak-pihak
lain yang terkena dampak bisnis. Pihak berkepentingan (Stakeholders)
adalah individu atau kelompok yang dapat dipengaruhi atau
mempengaruhi tindakan, keputusan, praktek, dan tujuan organisasi
bisnis. Perusahaan berdiri di tengah-tengah lingkungan. Lingkungan
merupakan satu- satunya alasan mengapa bisnis itu ada. Pendekatan
Stakeholders berusaha memberikan kesadaran bahwa bisnis harus
dijalankan sedemikian rupa agar hak dan kepentingan semua pihak
terkait yang berkepentingan dengan suatu kegiatan bisnis dijamin,
diperhatikan, dan dihargai.
Pergeseran Pradigmaa Dari
Shareholders/Stockholders ke Stakeholders

Pada umumnya Stakeholders dapat dibagi ke dalam dua


kelompok, yaitu :
 Kelompok Primer, terdiri dari pemilik modal atau
saham (shareholders), kreditur, pegawai, pemasok,
konsumen, penyalur, dan pesaing atau rekanan.
 Kelompok Sekunder, terdiri dari pemerintah
setempat, pemerintah asing, kelompok sosial, media
masa, kelompok pendukung, masyarakat pada
umumnya, dan masyarakat setempat.
Tanggung Jawab Moral dan Sosial Bisnis

Ada beberapa pandangan tentang tanggung jawab moral bisnis.


 John Kenneth Galbraith berpendapat bahwa bisnis adalah
korporasi impersonal yang bertujuan untuk memperoleh laba.
 John Metthews yang mengatakan bahwa bisnis adalah analog
dengan individu, yang mempunyai kehendak, nurani, tujuan dan
strategi.
 Milton Friedman, tanggung jawab sosial bisnis adalah
memanfaatkan sumber daya yang ada untk mencapai laba
dengan cara-cara yang sesuai dengan aturan permainan dalam
persaingan bebas tanpa penipuan dan kecurangan.
Tanggung Jawab Moral dan Sosial Bisnis

Keith Davis sebagaiman dikutip oleh weiss menyatakan lima kewajiban yang harus
dilakukan oleh bisnis profesional agar dapat bertanggung jawab secara sosial,
yaitu :
 Bisnis mempunyai peranan sosial sebagai pemelihara sumber daya masyarakat.
 Bisnis harus bekerja sebagai sistem terbuka dua arah dengan penerimaan
masuk secara terbuka dari masyarakat dan pemajanan yang terbuka tentang
operasinya kepada publik.
 Biaya sosial maupun manfaat dari suatu aktivitas, produk atau jasa harus
dikalkulasi dan dipertimbangkan secara cermat agar dapat mengambil
keputusan apakah kegiatan itu perlu dilanjutkan atau tidak.
 Biaya sosial dari setiap aktivitas, produk, atau jasa harus diperhitungkan ke
dalam harga, sehingga konsumen atau pengguna membayar atas dampak
kosumsinya terhadap masyarakat.
 Lembaga bisnis ibarat warganegara yang mempunya tanggung jawab atas
keterlibatan sosial sesuai dengan kompetensinya dimana terdapat kebutuhan
sosial yang penting. Setiap korporasi yang mengikat diri terhadap manajemen
mutu sesungguhnya menyetujui adanya tanggung jawab moral.
Kode Etik Perusahaan

Kode etik menyangkut apa yang boleh dan tidak boleh


dilakukan dalam pelaksanaan suatu profesi. Kode etik
berbagai profesi sudah dikenal ada sejak lama. Dalam jaman
moderen saat ini terdapat banyak profesi yang sudah
memiliki kode etik. Salah satu fenomena terbaru adalah
mencuatnya kode etik khusus untuk perusahaan pada tahun
1970-an akibat terjadinya skandal korupsi dikalangan
pebisnis. Perkembangannya dimulai di Amerika kemudian
Inggris dan berkembang ke negara-negara Eropa lainnya. Di
Indonesia hanya perusahaan-perusahaan internasioanl yang
beroprasi di Indonesia yang diketahui telah memiliki kode
etik perusahaan.
Kode Etik Perusahaan

Kode etik perusahaan menurut Patrict Murphy dibedakan dalam tiga macam,
yaitu:
 Value Statement (Pernyataan Nilai) Pernyataan nilai dibuat singkat saja
dan melukiskan apa yang dilihat oleh perusahaan sebagai misinya dan
mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi perusahaan. Banyak
pernyataan nilai yang menegaskan bahwa perusahaan ingin beroprasi
secara etis dan menggaris bawahi pentingnya integritas, kerja tim,
kredibilitas, dan keterbukaan dalam komunikasi.
 Corporate Credo (Kredo Perusahaan) Kredo perusahaan biasanya
merumuskan tanggung jawab terhadap para stakeholder. Dibandingkan
pernyataan nilai, kredo perusahaan biasanya lebih panjang dan meliputi
beberapa alenia.
 Code Of Conduct/Code Of Ethical Conduct (kode etik) Kode etik
menyangkut kebiasaan etis perusahaan berhungan dengan kesulitan yang
bisa timbul seperti konflik kepentingan, hubungan dengan pesaing dan
pemasok, sumbangan kepada pihak lain, dan sebagainya.
Kode Etik Perusahaan

Manfaat kode etik bagi perusahaan yaitu :


 Kode etik dapat meningkatkan kredibilitas suatu
perusahaan, karena etika telah dijadikan sebagai corporate
culture.
 Kode etik dapat membantu menghilangkan kawasan abu-
abu di bidang etika.
 Kode etik dapat menjelaskan bagaimana perusahaan
menilai tanggung jawab sosialnya.
 Kode etik menyediakan regulasi sendiri dan dalam batasan
tertentu tidak perlu campur tangan pihak pemerintah
dalam mengatasi berbagai persoalan bisnis.
Kode Etik Perusahaan

Kode etik seringkali menunjukan sikap optimis yang


berlebihan sehingga diragukan kemampuannya untuk
memecahkan persoalan etis dalam perusahaan. Kritik yang
disampaikan terkait kode etik perusahaan adalah :
 Kode etik sering hanya menjadi slogan belaka.
 Kode etik dirumuskan terlalu umum dan tetap memerlukan
keputusan pimpinan dalam berbagai persoalan etis.
 Jarang ada penegakan kode etik dengan memberi sangsi
untuk pelanggaran.
Study Kasus
Peristiwa yang terjadi baru-baru ini di Jakarta, dr. Dewa Ayu Sasyari Prawani, SpOG (38),
Salah satu dari 3 orang dokter yang sempat menjaddi buron atas dugaan keterlibatan di
kasus malpraktik yang mengakibatkan meninggalnya Juia Pransiska Makatey (26)
ditangkap di balik papan. Penangkapan terhadap dr. Ayu kini dirasakan oleh
perkumpulan obstetri dan ginekologi Indonesia (POGI), tidak tepat. Sebelumnya,
Pengadilan Negeri (PN) Manado menyatakan ke 3 terdakwa tidak bersalah dan bebas
murni. Majelis Kehormatan dan Etika Profesi Kedokteran (MKEK) pun menyatakan tidak
ditemukan adanya kesalahan atau kelalaian para terdakwa dalam melakukan operasi-
operasi pada pasien. Oleh sebab itu, POGI merasa dr. Ayu tidak seharusnya ditangkap,
dan sebaiknya diberikan penangguhan penahanan. “kami mengerti Jaksa Penuntut
Umum (JPU) ingin mengeksekusi sejawat-sejawat kami, kami minta dibuat
penangguhan penahan saja, “ ujar dr. Nurdadi Saleh, SpOG, Ketua Umum Perkumpulan
Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) dalam konferensi pers yang diselenggarakan
di Sekretariat POGI, Jl. Taman Kimia, Jakarta, Senin (11/11/2013). JPU menyatakan ada
beberapa hal yang perlu dikaji kembali terkait keputusan bebas murni yang dikeluarkan
oleh PN Manado. Diantaranya keberatan mengenai kelalaian yang dilakukan terdakwa;
tidak adanya informed consent; dan tidak dilakukannya prosedur pemeriksaan jantung
sebelum tindakan operasi. Menanggapi hal ini, dr. Nurdadi menegaskan bahwa tim
dokter sudah melakukan sebaik mungkin.
“ ini emergency, keadaan yang mau tidak mau harus dilakukan.
Memang tidak ada imformed consent, tapi pernyataan akan
dilakukan operasi sudah disampaikan pada keluarga. Andai semua
dilakukan, apakah bisa dicegah kematiannya? Tidak, “ ungkap dr.
Nurdadi.
Sementara itu, dr. Freddy, Kepala Departemen Kebidanan dan
Kandungan RS Kandau Manado, menyatakan bahwa sebelum
operasi kondisi pasien baik dan sudah dilakukan prosedur operasi
yang sesuai. “ Pemeriksaan jantung dilakukan jika ada tanda-
tandanya, namun tanda tersebut tidak muncul pada pasien ini.
Selain itu ia berusia 26 tahun, peraturannya unutuk pasien berusia
dibawah 35 tahun memang kita tidak harus melakukan
pemeriksaan jantung. Dan untuk persetujuan, keluarga sudah
setuju, kita disana sudah jelaskan ke keluarga, “ tegas dr. Freddy.
Namun dalam komferensi pers tersebut, POGI tidak turut
menghadirkan pihak keluarga Julian Fransiska untuk menegaskan
bahwa keluarga sudah membeli persetujuan dilakukannya operasi.

Anda mungkin juga menyukai