Anda di halaman 1dari 36

1.

Illegal
copying
Merupakan bentuk pembajakan berupa
pembuatan kompilasi lagu-lagu atau album-
album yang sedang hits dan populer dari
rekaman original/aslinya tanpa izin dan demi
kepentingan komersial. Bentuk pembajakan
inilah yang sangat mengancam industri lagu
atau musik dikarenakan dapat mematikan
kesempatan penjualan bagi beberapa album
sekaligus.
2. Counterfeiting
Merupakan bentuk pembajakan yang
dilakukan dengan memperdagangkan produk
bajakan berupa album yang sedang laris,
kemasannya di reproduksi mirip dengan aslinya
sampai dengan detail sampul album dan
susunan lagunya pun dibuat sama dengan album
aslinya. Ini bertujuan untuk mengelabui
konsumennya agar konsumennya menyangka
bahwa produk bajakan ini original/asli dan
harganya murah.
3. Bootlegging
Merupakan bentuk pembajakan yang
dilakukan dengan cara membuat rekaman dari
suatu pertunjukan langsung (live performance)
seorang penyanyi atau band di suatu tempat.
Pembajakan ini juga dapat di buat dari rekaman
siaran media penyiaran (broadcasting) . Praktek
bootlegging ini selain merugikan penyanyi atau
bandnya itu sendiri juga sangat merugikan
produser program yang bersangkutan.
Penger tian Hak
Cipta
Dalam Pasal 1 butir (1) Undang – Undang
Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, yang
dimaksud hak cipta adalah hak ekslusif bagi
pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya
atau memberikan izin untuk itu dengan tidak
mengurangi pembatasan – pembatasan
menurut peraturan perundang – undangan
yang berlaku (Adami Chazawi, 2007:14).
Kata – kata “mengumumkan” dan
“memperbanyak” memiliki rumusan – rumusan
sebagai berikut :
“Pengumuman adalah pembacaan,
penyuaraan, penyiaran, atau penyebaran,
sesuatu ciptaan dengan menggunakan alat apa
pun dan dengan cara sedemikian rupa
sehingga suatu ciptaan dapat dibaca,
didengar, atau dilihat oleh orang lain.”
Dalam UU No. 19 tahun 2002 tentang
Hak Cipta terdapat tiga belas macam
tindak pidana hak cipta sebagai
berikut.
a. Tindak pidana tanpa persetujuan pelaku membuat,
memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan/atau
gambar pertunjukan pelaku [Pasal 72 Ayat (1) jo Pasal 49
Ayat (1)].
b. Tindak pidana tanpa persetujuan prosedur rekaman
memperbanyak dan/atau menyewakan karya rekaman
suara atau rekaman bunyi [Pasal 72 Ayat (1) jo Pasal 49
Ayat (2)].
c. Tindak pidana sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan atau menjual ciptaan atau barang hasil
pelanggaran hak cipta atau hak terkait (Pasal 72 ayat 2).
d. Tindak pidana sengaja dan tanpa hak
memperbanyak penggunaan untuk kepentingan
komersial program komputer (Pasal 72 ayat 3).
e. Tindak pidana sengaja mengumumkan ciptaan
yang
bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah di
bidang agama, pertahanan dan keamanan negara ,
kesusilaan , serta ketertiban umum [Pasal 72 ayat
(4) jo Pasal 17].
e. Tindak pidana dengan sengaja memperbanyak
atau
mengumumkan potret tanpa izin pemiliknya atau
ahli warisnya [Pasal 72 ayat (5) jo Pasal 19].
g. Tindak pidana dengan sengaja mengumumkan
potret orang yang dibuat tanpa persetujuan orang
yang dipotret apabila bertentangan dengan
kepentingan yang wajar dari orang yang dipotret
[Pasal 72 ayat (5) jo Pasal 20].
h. Tindak pidana dengan sengaja membuat ,
memperbanyak , dan/atau meyiarkan ulang karya
siaran melalui transmisi [Pasal 72 ayat (5) jo
Pasal 49 ayat (3)].
i. Tindak pidana pemegang hak cipta sengaja dan
tanpa hak tidak mencantumkan nama pencipta dan
mengubah ciptaan [Pasal 72 ayat 6 jo Pasal 24].
j. Tindak pidana hak cipta sengaja dan tanpa hak
meniadakan nama pencipta, mencantumkan nama
pencipta, mengganti atau mengubah judul atau isi
ciptaan [Pasal 72 ayat (6) jo Pasal 55].
k. Tindak pidana sengaja dan tanpa hak meniadakan
atau mengubah informasi elektronik tentang informasi
manajemen hak pencipta [Pasal 72 ayat (7) jo Pasal 25].
l. Tindak pidana sengaja dan tanpa hak merusak,
meniadakan, atau dibuat tidak berfungsi sarana kontrol
teknologi sebagai pengaman hak pencipta [Pasal 72 ayat
(8) jo Pasal 27].
m. Tindak pidana sengaja tidak memenuhi kewajiban
perizinan dan persyaratan produksi yang ditetapkan
[Pasal 72 ayat (9)jo Pasal 28](Adami Chazawi, 2007:7-9).
Hubungan antara Hak Cipta
dengan Hak Cipta Karya Musik
Hak cipta berlaku pada berbagai jenis karya seni atau
karya cipta atau “ciptaan”. Ciptaan tersebut dapat
mencakup puisi, drama, serta karya tulis lainnya, film,
karya – karya, koreografis (tari, balet, dan sebagainya),
komposisi musik, rekaman suara, lukisan, gambar,
patung, foto, perangkat lunak komputer, siaran radio
dan televisi, dan (dalam yurisdiksi tertentu) desain
industri. Sehingga, dalam hal ini telah dijelaskan bahwa
didalam rekaman suara/kaset musik memiliki suatu hak
cipta yang keberadaannya harus dilindungi oleh
pemerintah dan masyarakat tidak boleh sewenang –
wenang untuk membajaknya.
a. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi merupakan faktor
pendorong utama terjadinya pembajakan
kaset. Tingkat pendapatan yang rendah dan
tingkat pengangguran yang tinggi membuat
masyarakat berupaya untuk menambah
pendapatannya, yaitu dengan menjual kaset
bajakan.
b. Faktor sosial budaya
Secara sosial dan buda y a , masyarak at Indonesia
belum terbiasa untuk membeli produk – produk
asli , teruta m a produk dari industri rekaman . Ini
juga didukung dengan kebudayaan masyarakat
Indonesia yang dalam membeli sebuah produk
hanya mengorien tasikan pada harga barang
tanpa melihat kualitas dari barang tersebut .
c. Perbandingan harga kaset

Perbedaan harga jual yang tinggi antara


kaset asli dengan bajakan memicu
masyarakat untuk cenderung lebih memilih
membeli kaset dengan harga yang lebih
murah.
d.Faktor pendidikan
Selama ini ma s y a ra k a t k ura ng mendapatkan
sosialisasi terhadap adanya U U Hak Cipta . Hal ini
mengakibatkan masyarakat melakukan berbagai
pelanggaran – pelanggaran Hak Cipta akibat tidak
mengetahuiny a k etentua n – k etentuan yang
tercantum dalam U U tersebut . D ampak atas
ketidaktahuan masyarakat a k a n Unda ng – Undang
tersebut yaitu ma s y a ra k a t tida k bis a membedakan
antara kaset asli dan palsu .
e. Pelayanan penjual kaset
Faktor pelayanan juga berpengaruh bagi
maraknya pembajakan kaset. Penjual kaset
bajakan memberikan pelayan lebih ke
konsumennya. Konsumen boleh menukarkan
kasetnya jika terjadi kerusakan dengan
kaset bajakan lainnya tanpa dimintai biaya.
Hal ini berbeda dengan pelayanan penjual
kaset resmi/asli.
f. R e n d a h n y a s a n k s i h u k u m
Sanksi hukum yang diterapkan terhadap pembajakan
kaset hanya diterapkan pada pembajak kaset saja,
belm diterapkan pada konsumen yang membeli kaset
bajakan. Selama ini penegakkan hukum dibidang Hak
Cipta, khususnya karya musik berupa kaset belum
berlaku secara menyeluruh. Apabila mengacu pada
Undang – Undang Hak Cipta, maka sanksi yang
ditekankan kepada pembajak hanya bersifat denda
semata dan belum mengarah pada sanksi yang
bersifat pemidanaan.
Bagi Pemerintah
Pembajakan kaset telah merugikan negara
sebesar Rp 11 triliun hingga Rp 15 triliun rupiah.
Karena uang pajak yang seharusnya masuk kas
negara atas ciptaan sebuah musik, malah
disalahgunakan oleh masyarakat untuk
kepentingannya sendiri.
Bagi Pemusik
Pengaruh buruk terhadap pemusik pun berawal dari orang-orang
yang membajak kaset rekaman mereka. Banyak pemusik yang
mengalami frustasi karena kaset rekaman mereka dibajak habis-
habisan. Hingga saat ini, kaset rekaman bajakan yang telah
beredar mencapai angka yang fantastis yaitu 87% dari kaset
rekaman yang asli. Kaset bajakan memberikan kerugian yang
cukup besar, namun kaset bajakan tersebut ternyata juga
memberikan dampak positif yang menguntungkan pemusik yang
mungkin tidak disadari oleh mereka. Diantaranya yaitu pemusik
menjadi terkenal karena lagunya telah menyebar di pasaran.
Bagi Penjual
Pihak yang paling menerima dampak yaitu
penjual kaset bajakan. Disamping mereka
mendapatkan keuntungan yang besar dari
penjualan kaset bajakan tersebut, mereka juga
harus menanggung akibatnya apabila substansi
pemerintahan menjalankan tugasnya sebagaimana
mestinya. Seorang penjual harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan
membayar denda.
Bagi Konsumen
Tidak selamanya dampak positif dirasakan bagi
konsumen atas kaset bajakan ini. Memang
seorang konsumen bisa memperoleh kaset yang
mereka inginkan dengan harga yang terjangkau.
Tapi kualitas akan kaset bajakan ini tidak tahan
lama dan mudah rusak.
Sanksi pidana yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak
Cipta sedikit berbeda dengan Undang-Undang
Nomor 12 tahun 1997 tentang Hak Cipta
dan Undang-Undang Hak Cipta sebelumnya.
Selain menambah macam subjek hukum yang
akan dikenakan pidana, dalam Undang-Undang
Hak Cipta yang baru itu juga dicantumkan
sanksi pidana dengan denda yang bervariasi.
Ketentuan hukum pidana tentang hak cipta
dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002
dapat dibagi atas beberapa macam pelaku
tindak pidana, sanksi pidana dan objek hak
cipta atau hak terkait yang dilanggar :
1. P ertama , mengumumk a n
atau memperbanyak hak
cipta tanpa izin pemilik ha k :
hukuman penjara minimum
satu bulan /atau denda
sebesar Rp.1.0 0 0 .0 0 0 , - ( s a tu
juta rupiah), atau pidana
penjara paling lama tujuh
tahun dan /atau denda
sebesar Rp.5 0 0 0 .0 0 0 .0 00 , - .
( lima milar rupiah) . ( pa s a l
72 a y a t 1 ).
2. Kedua , barang s ia pa
yang menyiarkan ,
memamerkan ,
mengedarkan ata u
menjual kepada umum
hasil pelanggaran hak
cipta : hukuman penja ra
paling lama lima tahun
dan / atau denda sebesar
Rp.50 0 .0 0 0 .0 00 ,- (lima
ratus juta rupia h) .
( pasal 72 a y a t 2 ).
3. Ketiga, barang siapa
memperbanyak penggunaan
untuk kepentingan suatu
program komputer atau
pelanggaran informasi
elektronik tentang
manajemen hak pencipta dan
sarana kontrol teknologi:
hukuman penjara paling lama
lima tahun dan/atau denda
sebesar Rp. 500.000.000,-
(lima ratus juta rupiah).
(pasal 72 ayat 3).
4. Keempat, barang siapa
yang memperbanyak potret
tanpa izin orang yang dipotret
atau ahli warisnya, hanya
berlaku terhadap potret yang
dibuat atas permintan orang
yang dipotret atau untuk
kepentingan orang yang
dipotret: hukuman penjara
paling lama dua tahun dan/atau
denda sebesar
Rp.150.000.000,- (seratus lima
puluh juta rupiah). (pasal 72
ayat 5).
Simpulan

Melihat semakin maraknya pembajakan hasil


karya musik berupa kaset, membuat keberadaan
akan Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta dipertanyakan. Ternyata
Undang – Undang tersebut belum mampu
mengatasi permasalahan mengenai pelanggaran
– pelanggaran akan hak cipta, termasuk
pembajakan kaset yang merajalela. Dibutuhkan
suatu sinkronanisasi antara lembaga – lembaga
yang berwenang menegakkan hukum dibidang
Hak Cipta. Tidak hanya dari pihak kepolisian,
Disamping itu juga perlu adanya revisi kembali
terhadap Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2002 tentang Hak Cipta dengan memasukan
ketentuan yang belum terdapat sebelumnya.
Adapun hal ini dimaksudkan untuk menjamin
kepastian hukum dan memberikan perlindungan
hukum yang lebih baik kepada para pencipta
karya musik (lagu) di Indonesia. Selain itu,
dibutuhkan sosialisasi kepada masyarakat bahwa
kegiatan tersebut telah melanggar Undang-
Undang Hak Cipta. Apabila penegakkan hukum
tentang Hak Cipta di masyarakat berjalan
sebagaimana mestinya dan bersifat tegas, ini
Filipi 2:3
dengan tidak mencari kepentingan
sendiri atau puji-pujian yang sia-sia.
Sebaliknya hendaklah dengan rendah
hati yang seorang menganggap yang
lain lebih utama dari pada dirinya
sendiri;
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai