Anda di halaman 1dari 19

ANALISA

AIR
Kelompok 1
1. Anelia Endang Herawati (181710101005)
2. Dinda Ayu Pratista (181710101038)
3. Delvia Illahi Wahdati (181710101065)
4. Rifki Abdur Rahman S (181710101111)
5. Nyne Sintya Lutfa Aziza (181710101116)
PENGERTIAN AIR
Air adalah substansi kimia dengan rumus H2O yaitu satu molekul air
tersusun atas dua atom hydrogen yang terikat secara kovalen pada
satu atom hydrogen (Kuncoro, 2004). Air bersifat tidak berwarna,
tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar. Air terdapat di
udara, danau, sungai, laut, jaringan tubuh, dan tanah. Wujudnya bisa
berupa cairan, gas (uap air), dan zat padat (es atau salju).
Apabila didinginkan hingga 0oC atau 32oF, air akan berubah menjadi e
s. Apabila dipanaskan hingga 100oC atau 212oF air berubah
menjadi uap (Kodoatie dan Sjarief, 2010).
MANFAAT AIR
Air merupakan senyawa penting bagi kehidupan di bumi. Hampir 71% permukaan bumi ditutupi
oleh air. Sehingga air dapat juga dikatakan sebagai sumber kehidupan manusia, karena hampir
67% berat tubuh manusia terdiri dari air.

Manfaat air bagi tubuh manusia menurut Alamsyah (2006) yaitu :

membantu proses pencernaan

Mengatur proses metabolisme

Mengangkut zat-zat makanan

Menjaga kesetimbangan tubuh


PENYUSUN AIR
Air dengan rumus kimia H2O adalah suatu zat kimia berupa oksida hidrogen, yang merupakan produk dari
reaksi antara unsur hidrogen dengan unsur oksigen :

2 H2 (gas) + O2 (gas) -----> 2 H2O (larutan)

 Air murni adalah suatu persenyawaan kimia yang paling sederhana, komposisi kimianya terdiri dari dua atom hidrogen
(H) dan satu atom oksigen (O) yang saling berikatan. Atom-atom hidrogen terikat pada atom oksigen secara asimetris,
sehingga kedua atom hidrogen berada di satu ujung, sedangkan atom oksigennya berada di ujung lainnya

 Hidrogen merupakan unsur kimia yang sangat reaktif, atomnya dapat membentuk ikatan kovalen dengan penggunaan
elektron secara bersamaan. Berdasarkan sifat unsur hidrogen ini, maka dalam molekul air terjadi ikatan kovalen antara
unsur-unsur hidrogen dan oksigen. Dalam ikatan kovalen ini setiap atom hidrogen memiliki satu elektron yang dipakai
secara bersamaan dengan atom oksigen, sedangkan atom oksigen mendapatkan dua elektron yang dibutuhkan untuk
kebutuhan elektron terluarnya demikian juga halnya dengan atom hidrogen.
BENTUK MOLEKUL AIR

Molekul air cenderung berbentuk siku-siku.


Mengapa demikian?

Sebab, dua ikatan dipol tidak seluruhnya saling menghapus, tetapi


ada sedikit saling membantu. Akibatnya, molekul H2O mempunyai
momen dipol dan bersifat polar (Muchtaridi, 2007)
SIFAT AIR

SIFAT SIFAT
FISIKA KIMIA
SIFAT FISIKA AIR
o Air memiliki sifat yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak
berbau. Memiliki 3 fasa yang berbeda: cair, gas, dan padat pada
temperatur normal di bumi
o Air Rumus molekul H2O
o Massa molar 18.02 g/mol
o Volume molar 55,5 mol/ L
o Kerapatan pada fasa 1000 kg/m3(liquid) 917 kg/m3(solid )
o Titik Leleh 0 C (273.15 K) (32 ºF)
o Titik didih 100 C (373.15 K) (212ºF)
o Titik Beku 0oC pada 1 atm
o Titik triple 273,16 K pada 4,6 torr
o Kalor jenis 4186 J/(kg·K)

Air juga memiliki sifat fisik yang unik dibanding persenyawaan kimia lainnya, yaitu dalam hal
tegangan permukaan, kalor penguapan, kerapatan suhu, dan kapasitas melarutkan
SIFAT KIMIA AIR
Adapun sifat kimia air menurut Whitfield (1975), sebagai berikut :
 Air adalah zat kimia yang istimewa, terdiri dari dua atom hidrogen dan satu atom oksigen

 Bersifat netral (pH=7) dalam keadaan murni

 Air yang berwujud cairan merupakan elektrolit lemah, karena didalamnya terkandung ion dengan reaksi
kesetimbangan 2H2O H3O+ + OH

 Adanya ikatan hidrogen yang terjadi antar molekul-molekul air. Ikatan hidrogen dalam molekul air terjadi
karena adanya sifat polar dalam air, sehingga tempat kedudukan atom hidrogen yang positif akan mena
rik tempat kedudukan oksigen yang negatif dari molekul air lain Ikatan hidrogen terjadi dalam beberapa
senyawa hidrogen, dimana atom hidrogen menjembatani dua atom yg cenderung menarik elektron
lebih besar (keelektronegatifan)

 ikatan hidrogen antara dua molekul air yang berdekatan dan sifat terpolarisasi molekul air inilah yang
mengakibatkan air sebagai pelarut terbaik karena kepolarannya.

 Es merupakan wujud air dalam bentuk padat, jika es meleleh, maka ikatan-ikatan hidrogen itu putus de
ngan menghasilkan air yang kerapatannya lebih besar dari es. Jika suhu air bertambah, maka kerapata
nnya akan bertambah karena strukturnya lebih rapat sebagai akibat terjadinya pemutusan ikatan hidrog
en. Pada waktu yang bersamaan kerapatannya berkurang karena cairan memuai. Pada suhu 4°C kedu
a pengaruh yang saling berlawanan itu seimbang dan memiliki kerapatan tertinggi yaitu 1 gram/cm3 . Di
atas suhu 4°C pemuaian termal itu lebih menonjol dan kerapatan air berkurang.
JENIS AIR
Air Bebas Air Terikat Secara Lemah Air Terikat Secara Kuat

Terdadapat dalam ruang- Karena teradsorpsi pada Yaitu air dalam bentuk
ruang antar sel dan inter- permukaan koloid makromolekuler hidrat. Ikatannya dalam
granular serta pori-pori seperti protein, pati dan selulosa. bentuk iconic sehingga
yang terdapat dalam Air juga terdispersi diantara koloid relativ sukar diuapkan. Air
bahan tersebut dan merupakan pelarut zat jenis ini tidak membeku
yang ada dalam sel. Air dalam meski didinginkanpada
bentuk ini amsih masih memiliki suhu 0 derajat
sifat air bebas dan dapat
dikristalkan dalam proses
pembekuan
METODE PENGUJIAN
-METODE KARL FISCHER-

1. Analisis Kadar Air dengan Metode Karl Fischer I (Osbornne dan Voogt, 1978)
a. Prinsip Air dalam sampel kering dititrasi dengan pereaksi Karl Fischer yang terdiri dari sulfur dioksida, piridin, iodium,dan
metanol anhidrat. Pereaksi distandarisasi dengan air kristal dan sodium asetat hidrat. Titik akhir titrasi ditentukan secara el
ektrometrik yang menggunakan teknik penghentian titik akhir (dead stop).
b. Pereaksi yang digunakan antara lain:
 Metanol anhidrat yang mengandung 1% piridin (Pengeringan metanol dilakukan dengan cara distilasi dengan sedikit
magnesium dan kristal iodin) dan Natrium asetat 3H2O
 Pelarut Karl Fischer merupakan campuran metanol anhidrat dan CHCl3 dalam jumlah yang sama.
c. Peralatan yang digunakan antara lain:
Buret , Peralatan elektrometrik dan galvanometer dan bejana titrasi.
2. Standarisasi Pereaksi Karl Fischer

Kandungan air CH3COONa.3H2O ditentukan dengan teliti dengan mengeringkan dalam oven yang bersuhu 120oC selama 4
jam. Sebanyak 0,4 g CH3COONa.3H2O dimasukkan ke dalam labu berdasar bulat yang telah dikeringkan. lalu ditambahkan
40 ml metanol dengan cepat dan labu ditutup. Dilakukan pengadukan sampai larut sempurna. Sebanyak 10ml larutan dititrasi
denga pereaksi Karl Fischer sampai tercapai titik akhir dan volume titran yang terpakai dicatat. Sebanyak 10 ml metanol (sbg
blangko) dititrasi dengan pereaksi Karl Fischer sampai tercapai titik akhir dan volume titran yang terpakai dicatat (metanol di
refluks selama 15 menit). Standarisasi dilakukan setiap kali pereaksi Karl-Fisher akan digunakan.

Prosedur kerja
• Sejumlah sampel yang mengandung 100 mg air ditimbang ke dalam labu 50 ml
• Sebanyak 40 ml metanol dimasukkan ke dalam labu. Labu direfluks selama 15 menit.
• Sebelumnya alat refluks dipakai untuk merefluks metanol selama 15 menit dan dibiarkan selama 15 menit agar kondisinya
sesuai untuk dipakai selanjutnya.
• Setelah refluks selesai, pemanas diangkat tetapi labu dibiarkan tetap terpasang pada kondensor selama 15 menit. Labu di
pindahkan dan ditutup dengan penutup yang sesuai.
• Sebanyak 10ml larutan dimasukkan ke dalam bejana titrasi serta dititrasi dengan pereaksi Karl Fischer sampai tercapai titik
akhir. Volume titran yang digunakan dicatat. Blangko titrasi ditentukan dengan mengambil 10 ml alikuot dari 40 ml metanol
yang telah direfluks.
Rumus Perhitungan Kadar Air Sampel:

KA = 0,4 x F x ( V1-V2) / W1

Keterangan:
KA = kadar air (%).
W1 = berat sampel (g).
V1 = volume pereaksi Karl Fischer yang terpakai untuk titrasi sampel (ml).
V2 = volume pereaksi Karl Fischer yang terpakai untuk titrasi blangko (ml).
F = faktor standarisasi pereaksi Karl Fischer (ml (mg) air per ml pereaksi).

Rumus Perhitungan Faktor Standarisasi Karl Fischer (F)

F = W x M x 2,5 / (Vs-Vb)

Keterangan:
M = persen kadar air sodium asetat (%).
W = berat sodium asetat trihidrat (g).
Vs = volume titran untuk standarisasi (ml).
Vb = volume titran untuk blangko (ml).
Contoh Soal Analisis Kadar Air
Bahan : Biskuit Belvita
Data Hasil Analisis Kadar Air

Sebelum Pengeringan Setelah Pengeringan Berat Air (g)


Sampel Ulangan Berat Cawan (g) Berat Cawan + Berat Cawan
Sampel (g) Berat Sampel (g) + Sampel (g) Berat Sampel (g)
1 15.2782 17.2771 1.9989 17.2138 1.9356 0.0633
2 15.2782 17.2771 1.9989 17.2345 1.9563 0.0426
Belvita A1 3 15.2782 17.2771 1.9989 17.2129 1.9347 0.0642
4 15.2782 17.2771 1.9989 17.2129 1.9347 0.0642
5 15.2782 17.2771 1.9989 17.2065 1.9283 0.0706

Hitung berat sampel sebelum dan setelah pengeringan serta berat air !
Berat sampel sebelum pengeringan (g) = Berat cawan + sampel sebelum pengeringan-berat cawan
U1=U2=U3=U4=U5 = 17.2771-15.2782 = 1.9989 gram

Berat sampel setelah pengeringan (g) = Berat cawan + sampel setelah pengeringan-berat cawan
U1 = 17.2138-15.2782 =1.9356 gram
U2 = 17.2138-15.2782 =1.9563 gram
U3 = 17.2138-15.2782 =1.9347 gram
U4 = 17.2138-15.2782 =1.9347 gram
U5 = 17.2138-15.2782 =1.9283 gram

Berat air (g) = Berat sampel sebelum pengeringan- Berat sampel setelah pengeringan
U1 = 1.9989-1.9356 = 0.0633 gram
U2 =1.9989-1.9563 = 0.0426 gram
U3=1.9989-1.9347 = 0.0642 gram
U4=1.9989-1.9347 = 0.0642 gram
U5=1.9989-1.9283 = 0.0706 gram
Hitung kadar air biskuit belvita dalam basis basah (bb) dan basis kering (bk),nilai rata-rata,
standart deviasi, dan RSD (relative standart deviation) !

Kadar Air (% atau g Kadar Air (% atau g/


Ulangan
/100 g : bb) 100 g : bk)
1 3.1667 3.2703
2 2.1312 2.1776
3 3.2118 3.3183
4 3.2118 3.3183
5 3.5319 3.6613
Rata-rata 3.0507 3.1492
Standart De
viasi 0.5344 0.5653
RSD 17.5185 17.9499
Jawaban Σ(𝑋− )²
SD =
Kadar air bb 𝑁−1
(17,2138 – 15,2782) =
1,9989 – X 100% = 3,1667%
1,9989 3,1167−3,0507 ²+ 2,1312−3,0507 2 + 3,2118−3,0507 2 + 3,2118−3,0507 2 +(3,5319−3,0507)²
(17,2345 – 15,2782) 5−1
1,9989 – X 100% = 2,1312%
1,9989
(17,2129 – 15,2782) 0,0135+0,8455+0,0259+0,0259+0,2355
1,9989 – X 100% = 3,2118% =
1,9989 4

1,9989 –
(17,2129 – 15,2782)
X 100% = 3,2118% = 0,2866
1,9989
= 0,5344
(17,2065– 15,2782)
1,9989 – X 100% = 3,5319% 𝑆𝐷
1,9989 RSD = x 100%
3,1167+2,1312+3,2118+3,2118+3,5319
X= 0,5344
5 = 3,0507 x 100%
= 3,0507
= 17,5185%
3,2703+2,1776+3,3183+3,3183+3,6613
Kadar air bk X= = 3,1492
5
(17,2138−15,2782)
1,9989 – X 100% = 3,2703%
(17,2138−15,2782) Σ(𝑋− )²
SD =
𝑁−1

(17,2345−15,2782) 3,2703−3,1492 ²+ 2,1776−3,1492 2 + 3,3183−3,1492 2 +(3,6613−3,1492)²


1,9989 – X 100% = 2,1776% =
5−1
(17,2345−15,2782)

0,0147+0,9440+0,0286+0,0286+0,2622
(17,2129−15,2782)
=
4
1,9989 – X 100% = 3,3183%
(17,2129−15,2782)
= 0,3195
(17,2129−15,2782)
= 0,5652
1,9989 – X 100% = 3,3183% 𝑆𝐷
(17,2129−15,2782) RSD = x 100%
0,5652
(17,2065−15,2782) = x 100%
3,1492
1,9989 – X 100% = 3,6613%
(17,2065−15,2782)
= 17,9499%
Thank you

Anda mungkin juga menyukai