Oleh: Anggun A.W & Ica P
Oleh: Anggun A.W & Ica P
-Kavum -Koklea
-Aurikulum
-Meatus timpani (organ
akustikus -Tuba auditivus)
eksternus Eustachius -Labirin
-Membran -Antrum & vestibuler
timpani sel-sel (organ
mastoid vestibuler)
www.themegallery.com
AURIKULUM
ORGAN AUDITUS-KOKLEA
Rumah siput 2½ lingkaran, panjang
±3.5 cm
Tiga ruangan :
-Skala Vestibuli
-Skala Timpani
-Skala Media
M.A.E • diteruskan,diresonansi
Konduksi M.Timpani
Maleus
• diperkuat 27 kali
Inkus
Stapes
Sensorineural
BAGAN PROSES MENDENGAR
Konduksi
Retrokoklear
BAGAN PROSES MENDENGAR (lanjutan)
Koklear
N.Koklearis • Meneruskan
Sensori
neural Impuls listrik
N.Akustikus
Pusat Pendengran
Korteks Serebri • Mendengar
Lobus Temporalis dengan sadar
(Wernicke)
ANAMNESIS
Keluhan utama berupa :
1. Gangguan pendengaran/ pekak (tuli)
2. Suara berdenging/ berdengung (tinitus)
3. Rasa pusing yang berputar (vertigo)
4. Rasa nyeri di dalam telinga (otalgia)
5. Keluar cairan dari dalam telinga (otore)
CARA MEMERIKSA TELINGA ( OTOSKOPIA )
Tujuan :
Memeriksa MAE dan MT dengan meneranginya memakai
cahaya lampu
Alat :
- Lampu kepala Van Hasselt ( dng listrik )
- Otoskop dengan baterei
- Spekulum telinga
- Alat penghisap
- Hak tajam
- Pemilin kapas
- Forsep telinga
- Balon Politzer
- Semprit telinga
Company Logo www.themegallery.com
PELAKSANAAN
Cara Memakai Lampu Kepala
pasang lampu kepala, sehingga tabung lampu berada di antara
kedua mata
letakkan telapak tangan pada jarak 30 cm di depan mata kanan
mata kiri ditutup
proyeksi tabung harus tampak terletak medial dari proyeksi
cahaya dan saling bersinggungan
diameter proyeksi cahaya kurang lebih 1 cm
Cara Duduk
- Penderita duduk di depan pemeriksa
- Lutut kiri pemeriksa berdempetan dengan lutut kiri penderita
- Kepala dipegang dengan ujung jari
- Waktu memeriksa telinga yang kontra lateral, hanya posisi
kepala penderita yang diubah
- Kaki, lutut penderita dan pemeriksa tetap pada keadaan semula
Company Logo www.themegallery.com
Cara Memeriksa Telinga
- Kanan
Aurikulum dipegang dengan jari pertama dan kedua,
sedangkan jari ketiga, keempat dan kelima pada planum
mastoid. Aurikulum ditarik ke posterosuperior untuk
meluruskan MAE
- Kiri
Aurikulum dipegang dengan jari pertama dan kedua,
sedangkan jari ketiga, keempat dan kelima di depan
aurikulum. Aurikulum ditarik ke arah postero superior
Cara Memegang Otoskop
- Pilih spekulum telinga yang sesuai dengan besar lumen MAE
- nyalakan lampu otoskop
- masukkan spekulum telinga pada MAE
Company Logo
Cara Memilin Kapas
- Ambil kapas sedikit, letakkan pada pemilin kapas dengan
ujung pemilin berada di dalam tepi kapas
- Pilin perlahan-lahan searah dengan jarum jam
- Untuk melepasnya, ambil sedikit kapas, putar berlawanan
arah dengan jarum jam
Company Logo www.themegallery.com
TES PENDENGARAN
Tes Bisik
Syarat:
- Tempat :
Ruangan sunyi serta ada jarak sepanjang 6 meter
- Penderita
Mata ditutup/ dihalangi agar tidak membaca gerak bibir;
telinga yang diperiksa dihadapkan ke arah pemeriksa; telinga
yang tidak diperiksa ditutup; mengulang dengan keras dan
jelas kata-kata yang dibisikkan
- Pemeriksa
Kata-kata yang dibisikkan terdiri dari 1 atau 2 suku kata
yang dikenal penderita
Hasil Tes
Normal :6 m
Tuli Ringan :> 4 m - < 6 m
Tuli Sedang :> 1 m - < 4 m
Tuli Berat :< 1 m
Tuli Total : Bila berteriak di
depan telinga,
penderita tetap
tidak mendengar
TES GARPU TALA
A. Rinne Test
Membandingkan konduksi tulang dgn
konduksi udara.
Garputala dibunyikan dan pangkalnya
ditekankan pd tulang mastoid px. Ia
disuruh mendengarkan bunyinya. Bila
tdk terdengar lagi, garputala segera
didekatkan pd MAE.
Normal, konduksi udara lbh baik drpd
konduksi tulang. Didptkan juga pd tuli
perseptif/ tuli saraf. Tuli konduktif,
konduksi tulang lbh baik (getaran tdk
terdengar lg).
Jika msh terdengar bunyi, maka
konduksi udara lbh baik drpd konduksi
tulang, Rinne (+).
B.Schwabach Test
Membandingkan pendengaran
px dengan pemeriksa yg
dianggap normal.
Garputala dibunyikan, kmdn
ditempatkan di dekat telinga
px. Stl px tdk mendengarkan
bunyi lg, garputala
ditempatkan di dekat telinga
pemeriksa. Bila msh terdengar
bunyi o/ pemeriksa, maka
dikatakan bahwa schwabach
lbh pendek (u/ konduksi
udara), kmdn garputala
dibunyikan lg & pangkalnya
ditekankan pd tulang mastoid
px. Disuruh ia mendengarkan
bunyinya. Bila sudah tdk
mendengar lg, maka garputala
ditempatkan di tulang mastoid
pemeriksa. Bila pemeriksa
msh mendengarkan bunyinya
maka dikatakan schwabach (u/
konduksi tulang) lbh pendek.
C. Weber Test
Garputala yg dibunyikan
ditekankan pangkalnya pd dahi
px, tepat dipertengahan, kmdn
mintalah px u/ membandingkan
getaran tsb (lbh terasa di
kanan/ kiri).
Normal, akan didengar/
dirasakan ditengah.
Jk tdp pean pendengaran 1
sisi krn pykt telinga tengah/ tuli
konduksi, maka akan dirasakan
pd sisi yg terkena, sdkan pd tuli
saraf getaran akan dirasakan di
sisi telinga yg normal.
Tes weber berlateralisasi ke kiri
(atau ke kanan), bila bunyi lbh
keras terdengar di telinga kiri
(atau kanan)
PEMERIKSAAN SARAF VESTIBULARIS
A. Kalori Test
Berfungsi u/ mengetahui apakah
keadaan labirin normal, hipoaktif/
tdk berfungsi.
Kepala px diangkat ke belakang 60º. TES KALORI
Tabung suntik 20 cc diisi dgn air
30ºC, disemprotkan ke liang telinga,
shg gendang telinga tersiram kira-
kira 20 detik. Amati bola mata px,
ada nistagmus atau tdk. Bila telinga
kiri yg dipanaskan maka nistagmus
ke kiri
Telinga yg satu diberi 5 ml air es
diinjeksikan ke telinga scr lambat.
Amati ada nistagmus atau tdk. Jika
tdk ulangi. Jk msh blm berarti labirin
tdk berfungsi. Bila telinga kiri yg
didinginkan maka nistagmus ke
kanan, krn air yg disuntikkan lbh
dingin dari suhu badan)
Catatlah arah gerak nistagmus,
frekuensi (biasanya 3-5x/ detik) &
lamanya nistagmus berlsg (biasanya
½ - 2 menit) tiap org beda.
B. Romberg Test
Px berdiri dgn kaki yg satu di depan
kaki yg lainnya. Tumit kaki yg satu
berada di depan jari kaki yg lainnya, Romberg Test
lengan dilipat pd dada & mata kmdn
ditutup. Org yg normal mampu
berdiri dlm sikap romberg yg
dipertajam selama 30 detik/ lebih.
A B