Anda di halaman 1dari 32

 Dalam pemeriksaan laporan keuangan historis, auditor melaksanakan

pemeriksaan berdasarkan standar –standar pemeriksaan yang telah


ditetapkan yang disebut dengan standar auditing

 Standar auditing yang diterapkan dalam praktek audit atas laporan


keuangan diharapkan dapat menjamin kualitas pemeriksaan yang
dilakukan oleh setiap auditor. Hasil pemeriksaan tersebut disampaikan
bentuk laporan auditor independen
 Sebelum diterbitkan standar auditing, pemeriksaan yang dilakukan oleh
auditor berdasarkan pedoman –pedoman yang terdapat pada Norma
Pemeriksaan Akuntan (NPA) yang diterbitkan oleh Komite Norma
Pemeriksaan Akuntan yang dibentuk IAI.

 NPA pertama kali diterbitkan tahun 1973 yang terdiri dari 15 bab dan kemudian
tahun 1986 diperbaharui dengan menambah 2 supplemen yaitu Suplemen 1,
Komunikasi antara Akuntan Terdahulu dengan Akuntan Pengganti dan
supplemen 2, Surat Pernyataan Klien)

 Pada tahun 1990, Komite NPA melakukan pemutakhiran terhadap Norma


Pemeriksaan Akuntan dengan menambah 1 suplemen (suplemen 3, Laporan
Akuntan Mengenai Laporan Keuangan Komparatif dan satu pedomanaudit
industri khusus (Pedoman Khusus Pemeriksaan Akuntansi)

 Pada tahun 1992 Komite NPA melakukan pemutakhiran ke tiga yaitu dengan
menambah lagi 9 supplemen (suplemen 4 – 12) dan Interprestasi Norma
Pemeriksaan Akuntan
Proses Kodifikasi Standar Auditing

NPA
(15 bab)

Suplemen
1-12

Interprestasi NPA
Standar Auditing
dan suplemen
 Standar auditing ini mulai dipakai sebagai pengganti
NPA mulai tahun 1994

 Standar auditing ini mengadopsi generally accepted


auditing standards (GAAS) yang dikembangkan oleh
AICPA (American Institute of Certified Public
Accountants)

 Standar ini dikembangkan untuk memberi pedoman bagi


para akuntan publik.

 Mulai 1 Januari 2013 berlaku standar auditing yang


mengacu/ mengadopsi pada International Auditing
Standards (ISA) yang dikeluarkan oleh International
Auditing and Assurance Standard Board (IAASB)
Standar Auditing
Terdiri dari :

 Standar Umum mengatur persyaratan auditor atau


mutu profesional auditor independen (3 standar)

 Standar pekerjaan lapangan mengatur pertimbangan-


pertimbangan yang harus digunakan dalam
pelaksanaan audit (3 standar)

 Standar pelaporan mengatur tentang pertimbangan-


pertimbangan yang digunakan dalam penyusunan
laporan audit (4 standar)
 Dalam penerapan standar-standar di atas materialiatas dan resiko audit
menjadi pertimbangan pokok

• Materialitas adalah besarnya kealpaan dan salah saji informasi akuntansi, yang
didalam lingkungan tersebut membuat kepercayaan seseorang berubah atau
terpengaruh oleh adanya kealfaan dan salah saji tersebut”)

Semakin rendah tingkat materialitas, semakin banyak kuantitas bukti yang harus
dikumpulkan. Tingkat materilitas yang ditentukan rendah berarti tolerable misstatement
rendah Demikian sebaliknya.

 Resiko audit adalah resiko yang yang ditanggung auditor, yang tanpa
disadarinya, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas
suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.

 Resiko audit mempunyai hubungan terbalik dengan ketepatan pendapat


auditor yang ingin dicapai.
Hirarkhi Standar Auditing
Landasan Konseptual
Standar
auditing

Standar
Standar Standar
Pek.Lapanga
Umum Pelaporan
n

Landasan Operasional

PSA PSA PSA

IPSA IPSA IPSA


Judul-Judul Dari Standar Audit
Diberlakukan IAASB diadopsi IAPI
200 – 265 Prinsip_prinsip Umum dan Tanggung Jawab

200 Tujuan keseluruhan audit independen dan pelaksanaan audit


berdasarkan standar audit
210 Persetujuan atas ketentuan perikatan audit
220 Pengendalian mutu untuk audit laporan keuangan
230 Dokumen audit
240 Tanggung jawab auditor terkait dengan kecurangan dalam audit
laporan keuangan
250 Pertimbangan atas peraturan perundang-undangan dalam audit
laporan keuangan
260 Komunikasi dengan pihak-pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola
265 Mengkomunikasikan defisiensi pengendalian internal kepada
pihak-pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan manajemen
300-450 Penilaian Resiko dan Respon Terhadap
Resiko yang telah Dinilai

300 Perencanaan Audit Laporan Keuangan


315 Mengidentifikasi dan Menilai Resiko Salah Saji Material melalui
Pemahaman Entitas dan Lingkungan
320 Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit
330Respon Auditor terhadap Resiko yang telah dinilai
402 Pertimbangan Audit terkait Entitas yang menggunakan Organisasi
Jasa
450Mengevaluasi Salah saji yang telah diidentifikasi selama proses audit
Bukti Audit
500 Bukti Audit
501 Pertimbangan Specific atas Pemilihan Bukti Audit
505 Konfirmasi Ekternal
510 Perikatan Tahun Audit Pertama - Saldo awal
520 Prosedur Analitis
530 Sampling Audit
540 Audit atas Estimasi Akuntansi termasuk Estimasi Nilai
Wajar dan Pengungkapannya
550 Pihak Berelasi
560 Peristiwa Kemudian
570 Kelangsungan Usaha
580 Representasi Tertulis
600-620 Penggunaan Pekerjaan
Pihak Lain
600 Pertimbangan Khusus – Audit atas laporan
keuangan Grup (termasuk Pekerjaan Auditor
Komponen)

610 Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal

620 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor


700 – 720 Kesimpulan Audit
dan Pelaporan
700 Perumusan suatu Pendapat dan Pelaporan
705 Modifikasi Opini dalam Laporan Auditor
Independen
706 Paragraf Penekanan atas Suatu Hal dan Paragraf Hal
lainnya dalam laporan auditor independen
710 nformasi Komparatif – Angka-Angka yang Berkaitan
dan Laporan Keuangan Komparatif
720 Tanggung jawab auditor terkait dengan Informasi
Lain dalam Laporan Keuangan Auditan
800 -810 Area-Area Khusus
800 Pertimbangan khusus – Audit atas Laporan
Keungan yang disusun berdasarkan kerangka
bertujuan khusus
805 Pertimbangan khusus – Audit atas Laporan
Keuangan Tunggal dan suatu unsur, Akun atau Pos
tertentu dalam laporan Keuangan
810 Perikatan untuk Melaporkan Ikhtisar Laporan
Keuangan
Standar pertama ini menuntut kompetensi teknis yang dimiliki
seorang auditor yang melaksanakan audit. Komptensi ini
ditentukan oleh tiga faktor yaitu:

1.Pendidikan formal dibidang akuntansi termasuk lulus


ujian sertifikasi akuntan publik (USAP)
2. Pelatihan-pelatihan dan pengalaman dibidang auditing
3. Pendidikan profesional berkelanjutan

 Melalui pendidikan, pelatihan dan pengalaman dibidang auditing dan


akuntansi yang memadai, diharapkan auditor menjadi orang yang ahli
dan memiliki kemampuan menilai secara objektif dan
mempergunakan pertimbangan-pertimbangan yang tidak memihak
terhadap informasi akuntansi atau informasi lain dalam proses audit
yang dilakukan dan penyusunan laporan audit.
 Auditor disamping dituntut seorang mempunyai kompetensi dibidang
akuntansi dan auditing, juga dituntut bisa bersikap independen atau
bebas dari pengaruh para pihak dalam melaksanakan audit ,
melaporkan temuan-temuan audit dan memberikan pendapat auditor.

 Sikap independen artinya auditor tidak mudah dipengaruhi. Untuk


menjadi independen, auditor harus secara inteletual jujur dan bebas
dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai suatu
kepentingan dengan kliennya (manajemen atau pemilik perusahaan)

 Auditor harus mempertahankan sikap independen terhadap fakta


(facts) yaitu bersikap objektif dan melaporkan fakta apa adanya dan
terhadap penampilan (appearance) yaitu menghindari keadaan yang
dapat menyebabkan orang meragukan sikap independensinya.
 Penerapan kecermatan dan keseksamaan diujudkan
dengan dilakukan penelahaan (review) secara kritis pada
setiap tingkat atau tahap pelaksanaan audit dan
pertimbangan-pertimbangan yang digunakan oleh mereka
yang membantu melakukan audit.

 Kualitas jasa yang diberikan auditor tergantung pada


kecermatan dan keseksamaan dalam melaksanakan audit
dan dalam penyusunan laporan audit.

 Seorang auditor harus menggunakan seluruh kemampuan,


kompetensi dan keahliannya dalam melaksanakan
tugasnya.
Standar Pekerjaan Lapangan

1. Pekerjaan
harus direncanakan sebaik-
baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya
 Pekerjaan mengaudit harus direncanakan secara memadai
agar audit dapat dilaksanakan dengan efisien dan efektif.

 Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi audit


dan perancangan program audit untuk melaksanakan audit

 Meskipun auditor dapat menggunakan para asisten, tetapi


tanggung jawab atas pekerjaan tersebut tetap berada di
tangan auditor

 Dengan demikian, auditor harus mengarahkan,


mengendalikan dan mengawasi para asistennya
Standard Pekerjaan Lapangan (lanjutan….)

2. Pemahaman yang memadai atas struktur


pengendalian interen harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat,
dan lingkup yang akan dilakukan
 SPI merupakan unsur penting dalam audit. SPI yang
bagus berarti informasi akuntansi dihasilkan dapat
dipercaya.

 Pemahaman yang memadai tentang SPI perusahaan


klien, diperlukan di dalam menyusun rencana audit
tentang sifat, saat, luas audit yang dilakukan

 Pemahaman auditor tentang SPI klien membantu


1. Mengindentifikasi salah saji yang potensial
2. Mempertimbangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi salah saji yang material
3. Merancang pengujian substantif
Standard Pekerjaan Lapangan (lanjutan….)

3. Bukti audit kompoten yang cukup harus diperoleh


melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan
pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan auditan
 Inspeksi adalah suatu prosedur pemeriksaan pisik secara rinci
terhadap dokumen atau kondisi suatu aktiva berujud

 Observasi merupakan prosedur permeriksaan yang digunakan


auditor untuk melihat atau mengamati suatu pelaksanaan
kegiatan (misalnya bagaimana kas disimpan, penghitungan pisik
persediaan dsb.)

 Konfirmasi adalah suatu bentuk pemeriksaan yang


memungkinkan auditor memperoleh informasi secara lansung
dari pihak ketiga mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
asersi-asersi elemen laporan keuangan

 Pengajuan pertanyaan (wewancara) suatu prosedur pemeriksaan


yangt dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara
lisan maupun tertulis terhadap karyawan, manajer maupun
penasehat hukum klien
Standar Pelaporan

7. Laporan audit harus menyatakan apakah


laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum
.
 Standar ini mengharuskan auditor menilai asersi-
asersi yang dibuat oleh manajemen (LK) dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum

 Prinsip akuntansi yang berlaku umum bisa lebih luas


dari standar akuntansi keuangan (SAK) karena suatu
kejadian ekonomi yang baru maupun alat finansial
yang baru terkadang belum diatur dengan jelas dalam
standar akuntansi keuangan yang tertulis.
Standar Pelaporan (Lanjutan…..)

8.Laporan audit harus menunjukan keadaan yang


didalamnya prinsip akuntansi tidak secara
konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dalam hubungannya
dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
periode sebelumnya
 Standar ini berhubungan dengan konsistensi
penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum
dengan periode sebelumnya.

 Konsistensi diperlukan untuk supaya laporan


keuangan dapat dibandingkan (komparasi) dari suatu
periode ke periode berikutnya

 Bila laporan keuangan telah menerapkan PABU secara


konsisten, maka laporan uadit tidak perlu
menyebutkan frase konsistensi ini
Standar Pelaporan
(Lanjutan…..)

9. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang


memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit

10.Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai


laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pernyataan secara
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggung jawab
yang dipikulnya
Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih
yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang
cukup sebagai auditor
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan
penugasa
penugasan, independensi dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor
 Standar standar tersebut di atas adalah saling berhubungan dan saling
tergantung satu sama lain.

 Materialitas dan resiko audit melandasi penerapan semua standar


auditing, terutama standar pekerjaan lapangan dan pelaporan.

 Materialitas (menurut SPAP) “ besarnya nilai yang dihilangkan atau


salah saji informasi akuntansi, dilihat dari keadaan yang
melingkupinya, yang mungkin dapat mengakibatkan perubahan atas
atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan
kepercayaan atas informasi tersebut karena adanya penghilangan atau
salah saji tersebut”
Standar Umum (lanjutan….)

 2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan


penugasan, independensi dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor

Anda mungkin juga menyukai