Anda di halaman 1dari 69

ENDODONTIK PADA ANAK I

Oleh: Aisyah Marwah


Pembimbing: Tania Saskianti, drg., Ph.D., Sp.KGA(K)
Pertimbangan dalam rencana
perawatan pulpa

Riwayat rasa nyeri Interpretasi RO

Tanda & gejala klinis Tes pulpa

Kondisi fisik pasien


Riwayat rasa nyeri
• Nyeri pada gigi sesaat setelah makan,
kemungkinan tidak mengindikasikan adanya
keradangan pulpa yang luas.
• Rasa nyeri mungkin disebabkan oleh akumulasi
makanan di dalam lesi karies, adanya tekanan,
atau iritasi pada pulpa vital yang dilindungi oleh
selapis dentin
Tanda dan Gejala Klinis
• Abses gingiva atau adanya fistula berhubungan
dengan lesi karies yang dalam
• Mobilitas gigi yang abnormal menunjukkan kondisi
penyakit pulpa yang parah maupun adanya
penyakit periodontal
• Mobilitas patologis harus dibedakan dari mobilitas
normal pada gigi sulung
• Kepekaan terhadap perkusi menunjukkan adanya
• penyakit pulpa tahap akut
INTERPRETASI RO

Interpretasi radiografi lebih sulit pada anak-anak


daripada pada orang dewasa
TES VITALITAS PULPA
• Anak-anak dikhawatirkan tidak kooperatif
dalam menjalani prosedur tes vitalitas pulpa
itu sendiri
• Penelitian Hori dkk (2011), telah ditemukan
akurasi terhadap tes termal, diikuti tes panas,
kemudian tes dingin.
KONDISI FISIK PASIEN
Anak-anak dengan kondisi sistemik seperti
endokarditis bakteri subakut, nefritis, leukemia,
solid tumor, neutropenia siklik idiopatik, dsb
tidak boleh mengalami kondisi infeksi akut, yang
bisa saja dihasilkan dari terapi pulpa yang gagal
EVALUASI PROGNOSIS SEBELUM
TERAPI PULPA
• Tingkat kerjasama dan motivasi pasien dengan orang tua
dalam menerima perawatan
• Tingkat keinginan dan motivasi pasien dan orang tua dalam
menjaga kesehatan dan kebersihan mulut
• Aktivitas karies pada pasien
• Tahap perkembangan gigi pasien
• Tingkat kesulitan yang dapat diantisipasi dari terapi pulpa
pada kasus tertentu
• Masalah space management yang dihasilkan dari
pencabutan sebelumnya
• Ekstrusi gigi yang berlebihan diakibatkan hilangnya gigi
antagonismya.
Pemeliharaan gigi sulung memiliki banyak tujuan:

• Menjaga integritas lengkung gigi,

• Memungkinkan untuk fungsi bicara dan


mastikasi yang tepat

• Mencegah kebiasaan lidah yang salah

• Memberikan estetika

Merawat gigi sulung yang telah terkena penyakit


atau trauma adalah suatu keharusan
Paparan pulpa : kontinuitas dentin di sekitar
pulpa rusak dengan cara fisik atau bakteri yang
mengarah ke terhubungnya pulpa dengan
lingkungan eksternal secara langsung
Tujuan terapi pulpa :
• Konservasi gigi dalam keadaan sehat
• Membantu dalam pemeliharaan lingkungan
mulut yang sehat
• Mencegah terjadinya kelainan pada gigi
permanen pengganti dan jaringan periapikal
Indirect Pulp Capping
(Gross Caries Removal)
Indirect pulp capping merupakan suatu prosedur
dimana sebagian karies dentin yang dalam pada
kavitas ditinggalkan sedikit untuk menghindari
eksposur terhadap pulpa, diikuti pemberian
medikamentosa dan ditutup dengan material
restoratif dengan tujuan merangsang
penyembuhan pulpa
Indirect Pulp Capping
• Tujuan Menghilangkan infected dentin, dan
meninggalkan affected dentin sehingga dapat
terjadi remineralisasi pada affected dentin dan
berfungsi sebagai barrier pulpa
• Menghentikan proses karies
• Merangsang pembentukan dentin sklerosis
• Menstimulasi formasi dentin tersier
• Meremineralisasi karies dentin
Indirect Pulp Capping
Indikasi:
Riwayat Pemeriksaan Klinis Pemeriksaan Radiografi

Nyeri ringan saat makan, Lesi karies yang dalam namun Lamina dura dan ligamen
Tidak ada riwayat nyeri tidak melibatkan pulpa, tidak ada periodontal tampak normal; tidak
spontan mobilitas; Ketika affected dentin ada gambaran radiolusen pada
terlihat jelas setelah tulang didaerah apikal/furkasi gigi
pembuangan infected dentin
Indirect Pulp Capping
Kontraindikasi:

Riwayat Pemeriksaan Klinis Pemeriksaan Radiografi

Nyeri tajam, terdapat Terdapat kegoyangan gigi, Gambaran lesi menembus


riwayat nyeri spontan diskolorasi gigi, electric ruang pulpa, terputusnya
pulp testing tidak bereaksi lamina dura, gambaran
radiolusen pada apikal,
pelebaran ligamen
periodontal
Prosedur indirect pulp capping
Visit pertama:
1. Anestesi lokal dan isolasi dengan rubber dam
2. Karies dibersihkan dengan high speed handpiece dan
ekskavator, seluruh infected dentin harus dihilangkan
3. Ekskavasi dihentikan saat didapati konsistensi pada
dentin keras/sehat, pengambilan tepi gigi yang tajam
4. Kavitas dibersihkan dengan larutan saline dan
dikeringkan dengan cotton pellet
5. Kavitas dibilas dengan saline dan dikeringkan dengan
cotton pellet
6. Letakkan kalisum hidroksida pada dasar kavitas
7. Isi dengan zinc oxide eugenol
Prosedur indirect pulp capping
Visit Kedua: 6-8 minggu kemudian
8. Ananmnesa pasien, dipastikan tidak ada riwayat nyeri spontan,
restorasi sementara dalam keadaan baik
9. Apabila dentin reparatif terbentuk dengan baik secara klinis
maupun pemeriksaan radiografis, maka dapat dilanjutkan dengan
restorasi permanen. Terbentuknya reparative dentin dapat dilihat
dengan adanya perubahan warna dari merah menjadi abu-abu
muda atau coklat muda. Tekstur kavitas berubah menjadi keras.
10. Apabila masih terdapat sedikit karies yang tersisa, maka dilakukan
kembali pembersihan jaringan karies dengan hati-hati.
11. Irigasi kavitas dan keringkan
12. Dasar kavitas dilapisi dengan kalsium hidroksida
13. Aplikasi basis dengan zinc oxide eugenol atau GIC
14. Restorasi tetap
a)Karies yang dalam dekat dengan pulpa, b)Infected dentin dihilangkan dan affected
dentin ditinggalkan c) Aplikasi kalsium hidroksida diatas affected dentin e)Gigi di
restorasi tetap
Infected dentin vs Affected dentin
• Infected dentin: • Affected dentin:
Ditandai dengan adanya tidak mengandung
mikroorganisme, dimana mengandung
produk toksin dari mikroorganisme /steril
mikoorganisme tersebut
menyebabkan
demineralisasi pada dentin
DIRECT PULP CAPPING
Direct pulp capping merupakan prosedur dimana
bahan pelapis deletakkan diatas pulpa terbuka
yang disebabkan ekskavasi dari karies yang
dalam atau akibat trauma

• Tujuan: Untuk membentuk dentin yang baru di


daerah pulpa terbuka diikuti proses
penyembuhan pulpa
DIRECT PULP CAPPING
Indikasi:
• Terbukanya pulpa secara mekanis berukuran
kecil < 1mm, pada gigi sulung atau gigi
permanen vital yang bersifat asimptomatik
• Terbukanya pulpa disertai dengan hemorrage
merah terang yang keluar saat preparasi,
mudah dihentikan dengan cotton pellet kering
dan tekanan ringan
DIRECT PULP CAPPING
Kontraindikasi:
• Terbukanya pulpa karies pada gigi sulung
• Ada keluhan nyeri spontan atau gigi non vital
• Ada pembengkakan/fistula
• Sensitif terhadap perkusi
• Perdarahan berlebihan pada area terbukanya pulpa
• Ada kegoyangan gigi
• Ada penurunan tulang alveolar
• Ada resorpsi internal atau resorpsi eksternal
• Ada pus yang muncul dari daerah terbukanya pulp
DIRECT PULP CAPPING
Prosedur:
1. Isolasi dengan rubber dam
2. Apabila pulpa telah terekspos, hindari
manipulasi pulpa lebih lanjut
3. Kavitas diirigasi dengan saline
4. Perdarahan ditekan dengan cotton pellet
5. Letakkan bahan pelapis pada pulpa terbuka
dengan tekanan ringan
6. Tumpat sementara
7. Restorasi tetap bila pulp capping berhasil
DIRECT PULP CAPPING
Perawatan pulp capping dinyatakan berhasil
apabila:
• Terbentuk dentin bridge
• Pulpa tetap vital
• Tidak terdapat nyeri
a)Tanduk pulpa tinggi b)Tanduk pulpa terekspos akibat preparasi c)Kalsium
hidroksida diaplikasikan pada pulpa yang terekspos d)basis diletakkan diatas
kalsium hidroksidsa e) ditutup dengan restorasi permanen
DIRECT PULP CAPPING
• terbentuknya dentinal bridge yang menjaga
vitalitas pulpa
• tidak ada rasa sakit
• respon peradangan minimal
DIRECT PULP CAPPING
Bahan yang digunakan:
1. Calcium Hydroxide
• Memiliki sifat antimikroba dan memiliki
kemampuan untuk menginduksi pembentukan
jaringan keras
• Memiliki alkalinitas tinggi dengan PH 11,
merupakan lingkungan yang menguntungkan
untuk aktivasi enzim alkaline phosphatase yang
membantu proses mineralisasi
DIRECT PULP CAPPING
2. Zinc Oxide Eugenol
Tidak terjadi pembentukan dentin.
3. Ledermix
Campuran kortikosteroid dan antibiotik
4. Semen polikarboksilat
5. Semen trikalsium fosfat
6. Cyanoacrylate
7. Kolagen
8. 4-META (4-Methacryl oxyethyl trimellitate
anhydride)
9. Mineral Trioxide Aggregate
Keunggulan:
• menghasilkan dentinal bridge yang lebih baik dalam
jangka waktu yang lebih pendek
• lebih sedikit inflamasi pulpa terlihat
• kemampuan untuk mengatur lingkungan yang
lembap
• memiliki adaptasi marginal yang sangat baik
• membentuk lapisan reaksioner pada dentin yang
menyerupai struktur hidroksiapatit
• merangsang pelepasan sitokin
• menginduksi proliferasi sel pulpa
PULPOTOMI
Pulpotomi merupakan prosedur
pengambilan jaringan pulpa bagian koronal
diikuti dengan meletakkan bahan diatas pulpa
yang diamputasi sehingga terjadi penyembuhan
dan mempertahankan gigi tetap vital (
PULPOTOMI
Pengambilan jaringan pulpa bagian koronal yang
terinfeksi serta mengalami keradangan dan
meninggalkan jaringan pulpa dalam saluran akar
tetap vital dan sehat

Mempertahankan gigi dalam lengkung yang


benar
INDIKASI PULPOTOMI
• Paparan pulpa mekanik • Setidaknya 2/3 dari
pada gigi sulung panjang akar masih ada
untuk menghasilkan
• Gigi menunjukkan lesi perawatan yang baik
karies yang cukup luas
• Tidak terdapat
tetapi bebas dari pulpitis abses/fistula
radikuler
• Gigi permanen muda
• Terdapat riwayat nyeri vital dengan pulpa
spontan terbuka dimana bagian
• Pendarahan berwarna apikalnya belum
merah terang dan dapat terbentuk dengan
sempurna
dikontrol
KONTRAINDIKASI PULPOTOMI
• Riwayat nyeri • Karies yang luas
spontan sehingga gigi tidak
dapat dilakukan
• Terdapat nyeri restorasi tetap
kontinyu • Pasien dengan
• Tes perkusi penyakit jantung dan
dirasakan nyeri immunocompromised
• Terdapat bengkak,
• Resorpsi lebih fistula
dari 1/3 panjang • Kegoyangan gigi
akar
JENIS PULPOTOMI
I. VITAL PULPOTOMI

DEVITALISASI PRESERVASI REGENERASI

II. NON VITAL PULPOTOMI


A. DEVITALISASI PULPOTOMI
1. Formokresol Pulpotomi
2. Modifikasi Formokresol Pulpotomi
3. Electrosurgical pulpotomi
4. Laser pulpotomi
5. Devitalisasi Pulpotomi Two-Visit
1. FORMOKRESOL PULPOTOMI
• Telah banyak modifikasi yang dicoba dan
disarankan menyangkut teknik perawatannya
• Indikasi perawatan untuk kasus gigi sulung
dengan pulpa terbuka oleh karena karies dan
trauma
1. FORMOKRESOL PULPOTOMI
Kekhawatiran terkait penggunaan formokresol:

• Toksisitas: Terbukti bersifat sitotoksik, mutagenik, dan karsinogenik


pada hewan percobaan
• Distribusi sistemik: dapat ditemukan pada ligamentum
periodontal, tulang, dentin, dan urin
• Antigenositas: Potensi imunogenik formaldehida pada kelinci,
anjing, dan marmut
• Mutagenitas dan sitogenitas: dapat terjadi dengan aplikasi
formaldehida selama 15 menit dalam sel ginjal monyet
2. MODIFIKASI FORMOKRESOL
PULPOTOMI
Digunakan oleh Trask (1972) pada gigi molar permanen
muda yang harus dipertahankan hanya untuk periode
yang singkat.

Teknik ini identik dengan Teknik formokresol pulpotomi


yang telah dijelaskan sebelumnya, tetapi cotton pellet
formokresol diletakkan permanen di dalam gigi
3. ELECTROSURGICAL PULPOTOMI
Prosedur :
1. Anestesi lokal dan isolasi dengan rubber dam
2. Karies dihilangkan dengan round slow speed bur
3. Cotton pellet steril diletakkan diatas jaringan pulpa,
ditekan untuk mengontrol perdarahan
4. Elektroda diletakkan 1-2 mm diatas jaringan pulpa
5. Arus diaplikasikann selama 1-2 detik diatas jaringan pulpa,
diselingi 5 detik periode cool down. Prosedur ini dilakukan
berulang sebanyak 3 kali di setiap orrifice pulpa, hingga
terdapat warna kecoklatan pada jaringan
6. Isi ruang pulpa dengan zinc oxide eugenol
7. Aplikasikan restorasi permanen/SSC
4. LASER PULPOTOMI
Pada tahun 1985, Ebimara melaporkan hasil
dari laser Neodimium-doped yttrium aluminium
garnet (ND:YAG) pada penyembuhan jaringan
pulpa yang diamputasi.
Setelah ekstirpasi jaringan pulpa selesai,
dilakukan paparan laser ND:YAG pada 20 HZ.
Kemudian pasta zinc oxide eugenol diaplikasikan
pada ruang pulpa dan dilakukan aplikasi restorasi
permanen
5. DEVITALISASI PULPOTOMI TWO
VISIT
Merupakan prosedur dua tahap yang melibatkan
paraformaldehid untuk mengobati keseluruhan
jaringan pulpa koronal dan radikular dalam dua kali
kunjungan
5. DEVITALISASI PULPOTOMI TWO
VISIT
Indikasi: Kontraindikasi:
• Terdapat pus pada
ruang pulpa, namun • Gigi yang tidak dapat
bukan pada daerah yang direstorasi tetap
diamputasi
• Terdapat perdarahan
• Gigi dengan nekrosis
yang sulit dikontrol pulpa
• Penebalan ligamen
periodontal
• Riwayat nyeri
5. DEVITALISASI PULPOTOMI TWO
VISIT
Kunjungan 1:
Kunjungan 2: (1-2 minggu kemudian)
• Anestesi lokal dan pemasangan
rubber dam • Isolasi gigi
• Preparasi kavitas • Tumpatan sementara dan cotton
• Ekskavasi jaringan nekrotik pellet diambil
• Perlebar jangkauan menggunakan • Bersihkan kavitas dengan saline
round bur
dan keringkan dengan cotton
• Pasta paraformaldehyde dan
cotton pellet diletakkan di atas pellet steril
pulpa terbuka • Ruang pulpa diisi dengan pasta
• Tumpat sementara selama kurang antiseptic atau obturasi
lebih 2 minggu (memberi waktu
untuk gas formaldehyde memisah • Restorasi dengan SSC
dari paraformaldehid kemudia
akan masuk ke dalam pulpa
koronal dan radikular, dengan
demikian mengobati jaringan)
B. PRESERVASI PULPOTOMI
1. Glutaraldehid Pulpotomi
2. Ferric Sulfat Pulpotomi
1. GLUTARALDEHID PULPOTOMI
• Diperkenalkan pertama kali oleh Kopel pada
tahun 1979
• Formokresol vs. Glutaraldehid:
Kopel mengatakan bahwa fiksasi yang memuaskan
dengan formocresol membutuhkan jumlah medikasi yang
berlebihan serta periode interaksi yang lebih lama
dengan jaringan, tetapi larutan glutaraldehid dapat
menggantikan formocresol karena memiliki sifat fiksatif
dengan kerusakan jaringan yang lebih sedikit dan
memiliki sifat bakterisidal
2. FERRIC SULFAT PULPOTOMI
• Ferric sulfat sebagai solusi 15.5% telah digunakan
secara umum sebagai agen koagulasi dan hemostatik
untuk cetakan mahkota dan bridge dan sedikit bersifat
asam.
• Ferric sulfate sebagai agen pulpotomi, memiliki
mekanisme mengendalikan perdarahan sehingga dapat
meminimalkan kemungkinan peradangan dan resorpsi
internal
• Menurut Markovic (2005) menunjukkan 91% tingkat
keberhasilan pulpotomi menggunakan formokresol
dan 89% dengan ferric sulfat pulpotomi
C. REGENERASI PULPOTOMI
1. Parsial pulpotomi (Cvek’s pulpotomi)
• Merupakan prosedur pengangkatan sebagian
kecil dari bagian koronal dari pulpa vital
sebagai sarana untuk mempertahankan sisa
jaringan koronal dan pulpa radikuler.
• Tujuan dari terapi ini adalah untuk menjaga
vitalitas pulpa radikular dan menghasilkan
penutupan akar yang normal
1. Parsial pulpotomi (Cvek’s pulpotomi)

Indikasi:
Pada gigi permanen muda di mana pulpa terpapar
secara mekanis atau adanya bakteri dengan kondisi
jaringan radikuler yang tersisa masih vital berdasarkan
pemeriksaan klinis dan radiografi, serta akar belum
menurtup dengan sempurna
1. Parsial pulpotomi (Cvek’s pulpotomi)
1. Anestesi gigi dan isolasi sengan rubber dam
2. Karies dihilangkan menggunakan ekskavator atau slow
speed round bur
3. Pulpa koronal dihilangkan
4. Setelah perdarahan berhenti, kalsium hidroksida
diaplikasikan pada jaringan pulpa yang terekspos, pastikan
tidak ada blood clot
5. Kavitas ditumpat sementara
6. Saat kunjungan selanjutnya, dipastikan gigi tidak ada
gejala dan pada gambaran radiografi telah terbentuk
secondary dentine bridge
7. Restorasi permanen
1. Parsial pulpotomi (Cvek’s pulpotomi)
II. MORTAL PULPOTOMI
(NON VITAL PULPOTOMI)
Indikasi:
1. Gigi sulung non vital
2. Saluran akar tidak terlihat jelas, akar membengkok
dengan tajam
3. Pasien tidak kooperatif
II. MORTAL PULPOTOMI
(NON VITAL PULPOTOMI)
• Visit 1:
• Visit 2:
1. Pengambilan jaringan pulpa
yang nekrotik pada bagian 5. .Anamnesa, tidak ada keluhan
koronal 6. Isi ruang pulpa bagian koronal
2. Irigasi ruang pulpa dengan dengan pasta antiseptik,
saline, kemudian misalnya pasta formokresol,
dikeringkan dengan cotton pasta tempophore
pellet
7. Restorasi tetap dengan
3. Dilakukan sterilisasi dengan stainless steel crown
cotton pellet + larutan
antiseptik yang kuat,
misalnya beechwood creosot
4. Tutup dengan tumpatan
sementara
APEKSOGENESIS
Apeksogenesis merupakan perawatan bagi
gigi vital yang diharapkan dapat menghasilkan
pertumbuhan lanjut dari akar dan penutupan
apeks yang terbuka
APEKSOGENESIS
Indikasi:
• Trauma pada gigi Kontraindikasi:
permanen dimana akar • Terdapat pus, riwayat
belum terbentuk nyeri berkepanjangan
sempurna
• Tidak ada riwayat nyeri • Terdapat debris-debris
spontan nekrotik di saluran akar
• Tes perkusi tidak nyeri
• Radiolusen pada
• Tidak ada perdarahan
periapikal
• Gambaran radiografi
jaringan sekitar tidak ada
kelainan
APEKSOGENESIS
1. Lokal anestesi dan aplikasi rubber dam
2. Buka ruang pulpa
3. Jaringan pulpa bagian korona dihilangkan
menggunakn ekskavator, dilakukan secara hati-hati
untuk mencegah kerusakan pada pulpa radikular
4. Debris dihilangkan, kontrol perdarahan dengan
mengaplikasikan cotton pellet moist diatas pulpa yang
yang telah diamputasi
5. Aplikasikan kalsium hidroksida, diikuti dengan
tumpatan sementara
6. Follow up gambaran radiografi secara berkala untuk
memantau perkembangan akar gigi hingga sempurna
APEKSOGENESIS

Gambar 4:a) Trauma pada gigi permanen muda, b)


Pengaplikasian pasta kalsium hidroksida. C) Apeks gigi
telah berkembang
Kasus: Indirect Pulp Treatment pada gigi molar
permanen: Laporan kasus dengan evaluasi
selama 4 tahun.

Seorang anak usia laki-laki usia 16 tahun datang


dengan keluhan muncul rasa tidak nyaman pada
gigi molar pertama permanen kiri bawah saat
terkena rangsangan fisik. Tidak terdapat riwayat
nyeri spontan.
Pemeriksaan klinis:
• Terdapat karies enamel berukuran kecil dengan
sedikit perubahan warna pada oklusal gigi 36.
• Hasil dari pemeriksaan termal menunjukkan
sesnitivitas pulpa kompatibel dengan inflamasi tahap
reversibel.
Pemeriksaan RO
Didapati gambaran karies yang dalam pada sisi
distal gigi 36, tanpa adanya gambaran
radiolusen pada daerah periapikal, maupun
penebalan ligamen periodontal
Prosedur perawatan:
Tahap 1:
1. Isolasi daerah kerja menggunakan rubber dam
2. Kavitas dibuka menggunakan round bur dan
ekskavator, buang infected dentin dan tinggalkan
affected dentin
Prosedur perawatan:

3. Kavitas dibilas dengan larutan kalsium hidroksida dan


distilled water pada pH 12 dan dikeringkan
4. Aplikasi dressing menggunakan kalsium hidroksida
dan distilled water paste yang diletakkan pada dasar
kavitas

5. Tumpat sementara dengan resin modified glass


ionomer cement
Prosedur perawatan:
VISIT 2 (Setelah 60 hari)
6. Nyeri spontan (-), pulpa dalam kondisi normal atau
vital. Pada pemeriksaan radiografi, tidak terdapat
tanda-tanda gambaran radiolusen pada periapikal dan
tidak ada resorpsi pada dentin

7. Kavitas dibuka dan dibersihkan kembali


8. Bilas dengan larutan kalsium hidroksida, dan
dikeringkan
Prosedur perawatan:
9. Aplikasi pasta kalsium hidroksida diikuti aplikasi basis
menggunakan RMGIC

10. Restorasi permanen menggunakan komposit


Prosedur perawatan:

Follow up selama 4 tahun:


Hasil pemeriksaan klinis dan radiografi
menunjukkan pulpa gigi vital dan normal
Pembahasan
• Beberapa studi retrospektif dan prospektif
menunjukkan bahwa presentase keberhasilan indirect
pulp treatment baik pada gigi sulung maupun gigi
permanen berkisar antara 73-95%.
• Infected dentin merupakan lapisan lunak superfisial
fibril kolagen yang terdegradasi sebagian dan tidak
dapat mengalami remineralisasi. Affected dentin adalah
lapisan yang mengalami demineralisasi dengan fibril
kolagen utuh namun dapat mengalami remineralisasi
• Usia pasien merupakan faktor yang harus
dipertimbangkan karena perawatan konservatif lebih
diindikasikan terhadap pasien usia muda.
Pembahasan
• Rata-rata kesuksesan penggunaan kalsium hidroksida
pada indirect pulp treatment berkisar antara 92%-
97%.
• Kalsium hidroksida memiliki marginal seal yang baik
sehingga mengurangi perlekatan bakteri, mengurangi
progres lesi dan memicu reaksi fisiologis antara pulpa
dan dentin
• Kesimpulan pada kasus ini, indirect pulp
treatment dapat menjaga vitalitas pulpa dan
fungsi dari gigi molar permanen.

Anda mungkin juga menyukai