Anda di halaman 1dari 61

NAPZA

Pertemuan ke enam

Narkotika, Psikotropika dan


Prekursor
(PerUU Napza & Prekursor)
Kemampuan Akhir : Mhs dapat mengikuti Perkuliahan
secara cermat; Mhs mampu menjelaskan Pengertian,
Pengamanan dan Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan,
dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekusor
Bahan Kajian : Per-UU-an ttg Napza dana prekusor
Bentuk Pembelajaran : Ceramah, Tanya Jawab Penugasan
Waktu Belajar : 100 menit
Pengalaman Belajar Mahasiswa : Mengidentifikasi
pengertian, konsep Per-UU-an Napza dan Prekusor
Kriteria Penilaian : Kehadiran dlm perkuliahan, kepatuhan
menyelesaikan tugas; Kelengkapan, kejelasan dan
ketepatan penjelasan terkait format Per-UU-an ttg Napza
dan Prekusor
Rujukan

1. UU RI No. 5 – 1997 ttg Psikotropika


2. UU RI No. 35 - 2009 ttg Narkotika
3. UU RI No. 36 ttg Kesehatan
4. PP dan PMK
DASAR:
1. UU No. 5 - 1997 ttg Psikotropika (LN RI 1997
Nomor 10, +an LN RI No. 3671);
2. UU No 35 – 2009 ttg Narkotika (LN RI thn 2009
No. 143, + an LN RI No. 5062);
3. UU No. 36 - 2009 ttg Kesehatan (L N RI thn
2009 Nomor 144, +an LN RI a Nomor 5063);
4. UU 44 - 2009 ttg Rumah Sakit (LN RI Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan LN RI No 5072);
5. PP No 72 Tahun 1998 ttg Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan (LN RI Tahun 1998
No 138, Tambahan LN RI No 3781);
DASAR:

6. PP No 51 Tahun 2009 ttg Pekerjaan Kefarmasian


(LN RI Th 2009 No. 124, Tambahan LN RI No 5044);
7. PP No 44 Tahun 2010 tentang Prekursor (LN RI
Tahun 2010 No. 60, Tambahan LN RI No. 5126);
8. PP No 40 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan UU No
35 Tahun 2009 ttg Narkotika (LN RI Tahun 2013 No.
96, Tambahan LN RI No. 5419);
9. PMK No 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi
DASAR:

10. PMK No 16 Tahun 2013 tentang


Industri Farmasi (BN Tahun 2013 Nomor
442);
11. PER. Ka.BPOM RI No 40 TAHUN 2013
Ttg Pedoman Pengelolaan Prekursor
Farmasi Dan Obat Mengandung Prekursor
Farmasi
PER – UU – AN
1. PMK.28/’78 PENYIMPANAN NARKOTIKA
2. PMK 168/’05 PREKURSOR FARMASI
3. PMK 10/’13 IMPOR - EKSPOR NAROTIKA
4. PMK 7 /2018 PERUBAHAN PENGGOLONGAN NARKOTIKA 9 maret 2018
5. PMK 26/’14 RENCANA KEBUTUHAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, PREKURSOR
6. PMK 03/’15 PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN
NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI
7. PMK LAIN TERKAIT OBAT
8. KMK 567/’06 PEDOMAN PELAKSANAAN PENGURANGAN DAMPAK BURUK
NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF
9. KMK 522/’08 PENUNJUKAN LABORATORIUM PEMERIKSAAN NARKOTIKA DAN
PSIKOTROPIKA
10. KMK ...........IZIN PT KIMIA FARMA MEMPRODUKSI NARKOTIKA
11. KMK 134/’14 IZIN PT MAHAKAM BETA FARMA MEMPRODUKSI NARKOTIKA

1. PerKBPOM 32/’13 ANALISA HASIL PENGAWASAN NARKOTIK


2. PerKBPOM 40/’13 PEDOMAN PENGELOLAAN PREKURSOR
3. PerKBPOM / KepKPOM LAIN TERKAIT OBAT
PERMASALAHAN NARKOBA DI INDONESIA
 Pada tahun 1990-an ecstasy, shabu, dan heroin
memasuki pasaran Indonesia.
 Penyebaran ini terus berkembang, masalah
penyalahgunaan narkoba di Indonesia telah meluas dan
sangat mengkhawatirkan, tidak saja di perkotaan,
melainkan juga menjangkau ke perdesaan.
 Masalah penyalahgunaan narkoba merupakan masalah
yang sangat kompleks yang memerlukan upaya
penanggulangan secara komprehensif dengan
melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan
peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan
secara berkesinambungan, konsekuen, dan konsisten.
PERMASALAHAN NARKOBA DI INDONESIA
 Meskipun dalam kedokteran sebagian besar
narkoba masih bermanfaat bagi pengobatan,
namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak
menurut indikasi medis atau standar pengobatan
terlebih lagi bila disertai peredaran di jalur ilegal
akan berakibat sangat merugikan bagi individu
maupun masyarakat luas khususnya generasi
muda.
 Indonesia saat ini tidak hanya sebagai transit
perdagangan gelap serta tujuan peredaran
narkoba, tetapi juga telah menjadi produsen dan
pengekspor.
LATAR BELAKANG

1. Narkotika di satu sisi


A. Merupakan obat atau bahan yang
bermanfaat di bidang pengobatan atau
Yankes dan pengembangan ilpeng.
B. Menimbulkan ketergantungan yang sangat
merugikan apabila disalahgunakan atau
digunakan tanpa pengendalian dan
pengawasan yang ketat dan saksama
Latar belakang
2. Mengimpor, mengekspor, memproduksi,
menanam, menyimpan, mengedarkan,
dan/atau menggunakan Narkotika tanpa
pengendalian dan pengawasan yg ketat
dan saksama serta bertentangan dgn
pert per UU,
A. merupakan tindak pidana
Narkotika
B. merugikan & merupakan bahaya
yg sangat besar bagi kehidupan manusia,
masyarakat, bangsa, dan negara serta
ketahanan nasional Indonesia;
Latar belakang
3. Tindak pidana Narkotika telah bersifat
transnasional
Dilakukan dengan menggunakan modus
operandi yang tinggi, teknologi
canggih, didukung oleh jaringan
organisasi yang luas,
Sudah banyak menimbulkan korban,
terutama di kalangan generasi muda
bangsa yang sangat membahayakan
kehidupan masyarakat, bangsa, dan
negara
KASUS 2018
1. kasus narkoba
 para pengguna narkoba mayoritas adalah
generasi muda atau para pelajar
 40.553 kasus narkoba tahun 2018
 3,21 persen pengguna narkoba ……
2.287.492mahasiswa
 2,1 persen pekerja….. 1.514.037 jiwa.
 melibatkan 53. 251 tersangka
 BB 41,3 ton ganja, 8,2 ton sabu-sabu, dan
1,55 juta butir ekstasi.
 47 hektar ladang ganja di Indoneeia,
 World Drugs Reports 2018 yang diterbitkan United
Nations Office on Drugs and Crime (UNODC),
menyebutkan sebanyak 275 juta penduduk di
dunia atau 5,6 % dari penduduk dunia (usia 15-64
tahun) pernah mengonsumsi narkoba.
 Sementara di Indonesia, mengantongi
angka penyalahgunaan narkoba tahun 2017
sebanyak 3.376.115 orang pada rentang usia 10-59
tahun.(BNN)
 kalangan pelajar di tahun 2018 (dari 13 ibukota
provinsi di Indonesia ) mencapai angka 2,29 juta
orang.
 Salah satu kelompok masyarakat yang rawan
terpapar penyalahgunaan narkoba adalah mereka
yang berada pada rentang usia 15-35 tahun atau
generasi milenial.
 Narkoba dalam Bungkus Minuman
Serbuk,
 BNN Minta Pedagang Kantin Didata
Pelaksanan pemberantasan tersebut pun
sudah mempunyai payung hukum,
 Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun
2018 tentang Rencana Aksi Nasional
Program Pencegahan dan Pemberantasan
dan Perdagangan Gelap Narkoba (P4GN).
Data KPAI ttg Narkoba (6/3/2018).

 87 juta anak di Indonesia, 5,9 juta menjadi


pecandu
 karena terpengaruh dari orang-orang terdekat.
 KPAI menangani 2.218 kasus masalah kesehatan
dan napza yang menimpa anak-anak.
 Sebanyak 15,69 persen : kasus anak pecandu
narkoba dan 8,1 persen kasus anak sbg pengedar
narkoba.
 Modus yang sering digunakan dalam memakai
narkoba adalah mengerjakan tugas sekolah atau
belajar bersama.
 Anak-2 yg mengedarkan narkoba memberikan
teman-2nya makmin yg sudah dicampur napza.
Tujuan UU Narkotika
1. Menjamin Ketersediaan Narkotika untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan
bangsa Indonesia dari penyalahgunaan
Narkotika.
3. Memberantas peredaran gelap Narkotika dan
prekusor Narkotika.
4. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis
dan social bagi penyalahgunaan dan pecandu
Narkotika.
Ruang Lingkup Pengaturan Narkotika

• Segala bentuk kegiatan dan/atau perbuatan yang


berhubungan dengan Narkotika dan Prekursor Narkotika
• Jenis ; Pengadaan (Kebutuhan tahunan – Produksi – Untuk
Iptek – Penyimpanan – pelaporan); Ekspor & Impor ( Izin,
SPE, SPI, pengangkutan, transito, pemeriksaan,) Peredaran
(penyaluran-penyerahan); Label & Publikasi; & Prekursor (
Tujuan, Jenis/penggolongan, Rencana Kebutuhan,
Pengadaan); Pengobatan; Rehabilitasi; Pembinaan &
Pengawasan; Pencegahan, Pemberantasan; Penyidikan,
Penuntutan, Pengadilan; Peran Serta Masyarakat,
Ketentuan Pidana; Ketentuan Peralihan; Ketentuan
Penutup.
Tujuan PP 44 / 2010

1. Melindungi masyarakat dari bahaya


penyalahgunaan prekursor
2. Mencegah dan memberantas
peredaran gelap prekursor
3. Mencegah terjadinya kebocoran
dan penyimpanan prekursor
4. Menjamin ketersediaan precursor
Definisi & Golongan
• Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,
• Gol. I, dilarang utk Yankes, bisa utk IPTEK & Reagen
: Tanaman & bahan dari Papaver, Coca, bahan
sintetis, dll dlm Daftar Gol. I
• Gol. II, Dalam Daftar Gol. II
• Gol. III, Dalam Daftar Gol. III
PMK RI No. 7 – 2018
PERUBAHAN PENGGOLONGAN NARKOTIKA
9 maret 2018
 Gol I .... 146 jenis + garam2garamnya ( 114)
 Gol II .... 90 jenis + garam2garamnya (91)
 Gol III ...12 jenis ………… Di +
 Garam-2 dari Narkotika dlm gol. tsb diatas
 Campuran atau sediaan difenoksin dgn bahan
lain bukan narkotika
 Campuran atau sediaan difenoksilat dgn bahan
lain bukan narkotika

PMK RI No. 7 – 2018


Definisi & Golongan
• Psikotropika adalah zat atau obat bukan
narkotika, baik alami maupun sintesis, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan sistem saraf pusat, dan dapat
menimbulkan ketergantungan atau ketagihan.
• Golongan I, mempunyai potensi yg sangat kuat
dalam menyebabkan ketergantungan dan
dinyatakan sebagai barang terlarang. Contoh:
ekstasi (MDMA = 3,4-Methylene-Dioxy Methil
Amphetamine), LSD (Lysergic Acid Diethylamid),
dan DOM.
Definisi & Golongan
• Golongan II, mempunyai potensi yg kuat dlm
menyebabkan ketergantungan. Contoh: amfetamin,
metamfeamin (sabu), dan fenetilin.
• Golongan III, mempunyai potensi sedang dalam
menyebabkan ketergantungan, dapat digunakan
untuk pengobatan tetapi harus dengan resep dokter.
Contoh: amorbarbital, brupronorfina, dan mogadon
(sering disalahgunakan).
• Golongan IV, mempunyai potensi ringan dalam
menyebabkan ketergantungan, dapat digunakan
untuk pengobatan tetapi harus dengan resep dokter.
Contoh: diazepam, nitrazepam, lexotan (sering
disalahgunakan), pil koplo (sering disalahgunakan),
obat penenang (sedativa), dan obat tidur (hipnotika).
Definisi & Golongan
• Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan
kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan
Narkotika dan Psikotropika
• Tabel I,(bahan awal dan pelarut yang sering
digunakan dan diawasi lebih ketat ): Acetic
Anhydride, N-Acetylanthranilic Acid, Ephedrine,
Ergometrine, Ergotamine, Isosafrole, Lysergic Acid,
3,4-Methylenedioxyphenyl-2-propanone,
Norephedrine, 1-Phenyl-2-Propanone, Piperonal,
Potassium Permanganat, Pseudoephedrine, Safrole.
• Tabel II, Acetone, Anthranilic Acid, Ethyl Ether,
Hydrochloric Acid, Methyl Ethyl Ketone, Phenylacetic
Acid, Piperidine, Sulphuric Acid, Toluene.
Tujuan Pengaturan
1. Menjamin ketersediaan Narkotika – Psikotropika –
Prekursor untuk kepentingan industri farmasi,
industri non farmasi dan pelayanan kesehatan
dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi;
2. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan
bangsa Indonesia dari penyalahgunaan Narkotika –
Psikotropika - Prekursor ;
3. Memberantas peredaran gelap / kebocoran dan
penyimpangan Narkotika – Psikotropika dan
Prekursor; dan
4. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan
sosial bagi Penyalah Guna dan pecandu Narkotika –
Psikotropika.
Ruang Lingkup Pengaturan Psikotropika
• Segala kegiatan yang berhubungan dengan
psikotropika yang mempunyai potensi
mengakibatkan sindroma ketergantungan.
• Jenis ; Produksi; Peredaran(penyaluran-
penyerahan); Ekspor & Impor (termasuk
pengangkutan, transito, pemeriksaan,); Label &
Iklan; Kebutuhan tahunan & Pelaporan;
Pengguna Psikotropika & Rehabilitasi;
Pemantauan Prekursor; Pembinaan &
Pengawasan; Pemusnahan; Peran Serta
Masyarakat, Ketentuan Pidana; Ketentuan
Peralihan; Ketentuan Penutup.
Ruang Lingkup Pengaturan Prekursor
• Segala kegiatan yang berhubungan dengan pengadaan
dan penggunaan Prekursor untuk keperluan industri
farmasi, industri non farmasi, dan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologii
• Rencana Kebutuhan tahunan; Pengadaan ( Produksi –
Penyimpanan ); Ekspor & Impor ( Izin, SPE, SPI,
pengangkutan, transito); Peredaran (penyaluran-
penyerahan); Pencatatan & Pelaporan;
Pengawasan(kegiatan produksi, penyimpanan, impor
dan ekspor, pengangkutan, transito, penyaluran,
penyerahan, serta pencatatan dan pelaporan);
Ketentuan Peralihan; Ketentuan Penutup.
Sarana Penyimpan / Pengguna
1. industri farmasi,
2. pedagang besar farmasi,
3. sarana penyimpanan pemerintah,
4. apotek,
5. rumah sakit,
6. pusat kesehatan masyarakat,
7. balai pengobatan,
8. dokter, dan
9. lembaga ilmu pengetahuan
Ketentuan Penyimpanan dan Pelaporan
Pasal 14 UU 35/2009

(1) wajib disimpan secara khusus.


(2) wajib membuat, menyampaikan, dan
menyimpan lap. berkala mengenai
pemasukan &/atau pengeluaran Narkotika yg
berada dalam penguasaannya.
(3) Ketentuan diatur Permenkes
(4) Pelanggaran terhadap ketentuan ps 1 dan
2 a ayat (2) dikenai sanksi administratif
Sanksi administratif

a. teguran;
b. peringatan
c. denda administratif;
d. penghentian sementara kegiatan;
atau
e. pencabutan izin.
Kejahatan psikotropika
Pasal 68
Tindak pidana di bidang psikotropika
sebagaimana diatur dalam undang-undang
ini adalah kejahatan.
Pasal 69
Percobaan atau perbantuan untuk
melakukan tindak pidana psikotropika
sebagaimana diatur dalam undang undang
ini dipidana sama dengan jika tindak pidana
tersebut dilakukan.
Penggolongan Narkotika
Pasal 6 UU 35 - 2009
(1) Narkotika sbgmn dimaksud dlm Pasal 5
digolongkan : a. Narkotika Golongan I;
b. Narkotika Golongan II; dan c. Narkotika
Golongan III.
(2) Penggolongan Narkotika sbgmn dimaksud pada
ayat (1) untuk pertama kali ditetapkan sbgmn
tercantum dlm Lampiran I dan merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari UU ini.
(3) Ketentuan mengenai perubahan penggolongan
Narkotika sebgmn dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan Peraturan Menteri.
Perobahan Penggolongan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN
2018 TENTANG PERUBAHAN
PENGGOLONGAN NARKOTIKA

PMK RI No. 7 – 2018


perobahan penggolongan…?

 NARKOTIKA MERUPAKAN OBAT ATAU BAHAN


YG BERMANFAAT DI BDG PENGOBATAN ATAU
YANKES DAN PENGEMBANGAN ILPENG,
 JUGA MENIMBULKAN KETERGANTUNGAN
YANG SANGAT MERUGIKAN APABILA
DISALAHGUNAKAN ATAU DIGUNAKAN
TANPA PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
YANG KETAT DAN SAKSAMA;

PMK RI No. 7 – 2018


DAFTAR NARKOTIKA GOLONGAN I
1. Tanaman Papaver Somniferum L dan semua
bagian-bagiannya termasuk buah dan
jeraminya, kecuali bijinya.
2. Opium mentah, yaitu getah yang membeku
sendiri, diperoleh dari buah tanaman
Papaver Somniferum L dengan atau tanpa
mengalami pengolahan sekedarnya untuk
pembungkus dan pengangkutan tanpa
memperhatikan kadar morfinnya.

PMK RI No. 7 – 2018


DAFTAR NARKOTIKA GOLONGAN I
3. Opium masak terdiri dari :
a. candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah
melalui suatu rentetan pengolahan khususnya
dengan pelarutan, pemanasan dan peragian
dengan atau tanpa penambahan bahan-bahan
lain, dengan maksud mengubahnya menjadi
suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan.
b. jicing, sisa-sisa dari candu setelah dihisap, tanpa
memperhatikan apakah candu itu dicampur
dengan daun atau bahan lain.
c. jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan
jicing
PMK RI No. 7 – 2018
DAFTAR NARKOTIKA GOLONGAN 1
1. Tanaman Papaver Somniferum L dan semua
bagian-bagiannya termasuk buah dan jeraminya,
kecuali bijinya.
2. Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri,
diperoleh dari buah tanaman Papaver Somniferum
L dengan atau tanpa mengalami pengolahan
sekedarnya untuk pembungkus dan pengangkutan
tanpa memperhatikan kadar morfinnya.
3. ……..
4. 146. KARISOPRODOL, nama lain ISOMEPROBAMAT,
SOMA, ISOBAMAT : [2-(Karbamoiloksimetil)-
2metilpentil] N-propan-2-ilkarbamat
5. 147. Garam-2 dari Narkotika dlm golongan tsb di
atas.
PMK RI No. 7 – 2018
DAFTAR NARKOTIKA GOLONGAN II
1. ALFASETILMETADOL : Alfa-3-asetoksi-6-dimetil
amino 4,4-difenilheptana
2. ALFAMEPRODINA : Alfa-3-etil-1-metil-4-fenil-
4propionoksi piperidina
3. ALFAMETADOL : Alfa-6-dimetilamino-4,4-difenil-
3heptanol
4. …..
5. 90. REMIFENTANIL : Asam1-(2-Metoksi
karboniletil)-4(fenilpropionilamino)-piperidina-
4karboksilat metil ester
6. 91. Garam-2 dari Narkotika dalam golongan tsb di
atas.
PMK RI No. 7 – 2018
DAFTAR NARKOTIKA GOLONGAN III (15 jns)
1. ASETILDIHIDROKODEINA
2. DEKSTROPROPOKSIFENA : Alfa-(+)-4-dimetilamino-
1,2-difenil3-metil-2-butanol propionat
3. DIHIDROKODEINA
4. ETILMORFINA : 3- etilmorfina
5. …..
6. 13. Garam-garam dari Narkotika dalam golongan
tersebut diatas
7. 14. Campuran atau sediaan difenoksin dengan
bahan lain bukan narkotika
8. 15. Campuran atau sediaan difenoksilat dengan
bahan lain bukan narkotika
PMK RI No. 7 – 2018
PMK RI No. 57 TAHUN 2017 TENTANG
PERUBAHAN PENGGOLONGAN PSIKOTROPIKA

terdapat obat keras yg mempunyai potensi


mengakibatkan sindroma ketergantungan yg
belum termasuk dlm Golongan Psikotropika
sebagaimana diatur dlm Lampiran UU No. 5
Tahun 1997
Gol II .... 4 jenis
Gol IV ....62 jenis

PMK RI No. 57 TAHUN 2017


PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
PERUBAHAN PENGGOLONGAN
PSIKOTROPIKA.

Pasal 1
Daftar psikotropika golongan II dan
golongan IV tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini

PMK RI No. 57 TAHUN 2017


peredaran
Pasal 5
(1) Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam
bentuk obat jadi hanya dapat diedarkan setelah
mendapatkan izin edar dari Menteri.
(2) Untuk mendapatkan izin edar Narkotika, Psikotropika,
dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melalui
pendaftaran pada Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
(3) Ketentuan mengenai tata cara untuk mendapat izin
edar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

PMK No 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan


Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi
Izin khusus
• Pasal 6
(1) Industri Farmasi yang memproduksi Narkotika dan PBF
atau Instalasi Farmasi Pemerintah yang menyalurkan
Narkotika wajib memiliki izin khusus dari Menteri sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Izin khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. Izin Khusus Produksi Narkotika; b. Izin Khusus Impor
Narkotika; atau c. Izin Khusus Penyaluran Narkotika.
(3) Lembaga Ilmu Pengetahuan yang memperoleh, menanam,
menyimpan, dan menggunakan Narkotika dan/atau
Psikotropika untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan
teknologi harus memiliki izin dari Menteri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
PMK No 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi
Penyerahan Narkotika dan Psikotropika
• Pasal 19
(1) Penyerahan Narkotika dan/atau Psikotropika hanya dapat dilakukan
oleh: a. Apotek; b. Puskesmas; c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit; d.
Instalasi Farmasi Klinik; dan e. dokter.
(2) (2) Apotek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a hanya dapat
menyerahkan Narkotika dan/atau Psikotropika kepada: a. Apotek
lainnya; b. Puskesmas; c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit; d. Instalasi
Farmasi Klinik; e. dokter; dan f. pasien.
(3) Penyerahan Narkotika dan/atau Psikotropika sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf d hanya dapat dilakukan
untuk memenuhi kekurangan jumlah Narkotika dan/atau Psikotropika
berdasarkan resep yang telah diterima.
(4) Penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus berdasarkan
surat permintaan tertulis yang ditandatangani oleh Apoteker
penanggung jawab dengan menggunakan contoh sebagaimana
tercantum dalam Formulir 5 lampiran permenkes.
(5) Apotek, Puskesmas, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, dan Instalasi Farmasi
Klinik hanya dapat menyerahkan Narkotika dan/atau Psikotropika
kepada pasien berdasarkan resep dokter.

PMK No 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan


Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi
Penyimpanan
Pasal 24
• Tempat penyimpanan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di
fasilitas produksi, fasilitas distribusi, dan
fasilitas pelayanan kefarmasian harus
mampu menjaga keamanan, khasiat, dan
mutu Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi.
PERKA BPOM No. 4 - 2018 ttg PENGAWASAN PENGELOLAAN OBAT,
BAHAN OBAT, NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI
DI FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN

 masyarakat perlu dilindungi dari risiko


Obat, Bahan Obat, Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang
tidak terjamin keamanan, khasiat dan
mutu serta penyimpangan pengelolaan
Obat, Bahan Obat, Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi;
 untuk mencegah penyimpangan
pengelolaan Obat, Bahan Obat,
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi di fasilitas pelayanan
kefarmasian

PERKA BPOM No. 4 - 2018


Persyaratan
Pasal 3 PERKA BPOM No. 4 - 2018

(1) Obat, Narkotika, Psikotropika dan


Prekursor Farmasi yang diedarkan harus
memiliki izin edar.
(2) Obat, Narkotika, Psikotropika dan
Prekursor Farmasi yang diedarkan harus
memenuhi persyaratan keamanan,
khasiat, dan mutu.
(3) Persyaratan keamanan, khasiat, dan
mutu sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

PERKA BPOM No. 4 - 2018


Pengelolaan
Pasal 3 PERKA BPOM No. 4 - 2018
Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor Farmasi di Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian meliputi kegiatan sbb :

a. pengadaan;
b. penerimaan;
c. penyimpanan;
d. penyerahan;
e. pengembalian;
f. pemusnahan; dan
g. pelaporan.

PERKA BPOM No. 4 - 2018


PSIKOTROPIKA
UU RI No. 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA

UU RI No. 5 TAHUN 1997


Pengertian
• Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku
• Peredaran adalah setiap kegiatan atau serangkaian
kegiatan penyaluran atau penyerahan psikotropika,
baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan
maupun pemindahtanganan.
• Perdagangan adalah setiap kegiatan atau serangkaian
kegiatan dalam rangka pembelian dan/atau penjualan,
termasuk penawar-an untuk menjual psikotropika, dan
kegiatan lain berkenaan dengan pemindahtanganan
psikotropika dengan memperoleh imbalan.

UU RI No. 5 TAHUN 1997


Penggolongan
Pasal 2
• (2) Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan
sindroma ketergantungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) digolongkan menjadi :
a. psikotropika golongan I;
b. psikotropika golongan II;
c. psikotropika golongan III;
d. psikotropika golongan IV.
• (3) Jenis-jenis psikotropika golongan I, psikotropika golongan
II, psikotropika golongan III, psikotropika golongan IV sebagai-
mana dimaksud pada ayat (2) untuk pertama kali ditetapkan
dan dilampirkan dalam undang-undang ini, yang merupakan
bagian yang tak terpisahkan.
UU RI No. 5 TAHUN 1997
Tujuan per UU
Pasal 3
• Tujuan pengaturan di bidang psikotropika
adalah :
a. M’jamin ketersediaan psikotropika guna
kepentingan pelayanan kesehatan dan ilpeng;
b. M’cegah t’jadinya p’nyalahgunaan
psikotropika;
c. memberantas peredaran gelap psikotropika

UU RI No. 5 TAHUN 1997


PRODUKSI
Pasal 5
• Psikotropika hanya dapat diproduksi oleh pabrik
obat yang telah memiliki izin sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 6
• Psikotropika golongan I dilarang diproduksi
dan/atau digunakan dalam proses produksi.
Pasal 7
• Psikotropika, yang diproduksi untuk diedarkan
berupa obat, harus memenuhi standar dan/atau
persyaratan farmakope Indonesia atau buku
standar lainnya.
UU RI No. 5 TAHUN 1997
Peredaran
Pasal 8
Peredaran psikotropika tdd penyaluran dan penyerahan.
Pasal 9
(1) Psikotropika yg berupa obat hanya dapat diedarkan
setelah terdaftar pd departemen yg bertanggung jawab di
bidang kesehatan. (1)
(2) Menteri menetapkan persyaratan dan tata cara
pendaftaran psikotropika yg berupa obat.
Pasal 10
Setiap pengangkutan dlm rangka peredaran psikotropika,
wajib dilengkapi dgn dokumen pengangkutan
psikotropika.

UU RI No. 5 TAHUN 1997


Penyaluran

Pasal 12
• (1) Penyaluran psikotropika dalam rangka
peredaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 hanya dapat dilakukan oleh pabrik
obat, PBF, dan sarana penyimpanan sediaan
farmasi Pemerintah.

UU RI No. 5 TAHUN 1997


PREKURSOR
Tujuan Pengaturan
Pasal 48
Pengaturan prekursor dalam Undang-
Undang ini bertujuan:
a. melindungi masyarakat dari bahaya
penyalahgunaan Prekursor Narkotika;
b. mencegah dan memberantas
peredaran gelap Prekursor Narkotika;
dan
c. mencegah terjadinya kebocoran dan
penyimpangan Prekursor Narkotika.
UU No 35 2009
Prekusor Farmasi
a. Prekursor Farmasi yang terdiri atas
Ephedrine, Ergometrine, Ergotamine,
Norephedrine, Potassium Permanganat,
dan Pseudoephedrine sebagaimana
dimaksud dalam Tabel 1 Lampiran
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2010 tentang Prekursor;
b. Produk Antara, Produk Ruahan, dan Obat
mengandung Prekursor Farmasi yang
mengandung Ephedrine, Ergometrine,
Ergotamine, Norephedrine, Potassium
Permanganat dan Pseudoephedrine;

PER. Ka.BPOM RI No 40 TAHUN 2013


Pengadaan Prekusor
Pasal 51
(1) Pengadaan Prekursor Narkotika
dilakukan melalui produksi dan impor.
(2) Pengadaan Prekursor Narkotika
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dapat digunakan untuk tujuan industri
farmasi, industri nonfarmasi, dan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

UU No 35 2009
Penyerahan Prekursor Farmasi
• Pasal 22
(1) Penyerahan Prekursor Farmasi hanya dapat dilakukan
oleh: a. Apotek; b. Puskesmas; c. Instalasi Farmasi
Rumah Sakit; d. Instalasi Farmasi Klinik; e. dokter;
dan f. Toko Obat.
(2) Apotek hanya dapat menyerahkan Prekursor Farmasi
golongan obat keras kepada: a. Apotek lainnya; b.
Puskesmas; c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit; d.
Instalasi Farmasi Klinik; e. dokter; dan f. pasien.
(3) Apotek, Puskesmas, Instalasi Farmasi Rumah Sakit,
dan Instalasi Farmasi Klinik hanya dapat menyerahkan
Prekursor Farmasi golongan obat keras kepada pasien
berdasarkan resep dokter.

PMK No 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan


Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi

Anda mungkin juga menyukai