Pertemuan ke enam
a. teguran;
b. peringatan
c. denda administratif;
d. penghentian sementara kegiatan;
atau
e. pencabutan izin.
Kejahatan psikotropika
Pasal 68
Tindak pidana di bidang psikotropika
sebagaimana diatur dalam undang-undang
ini adalah kejahatan.
Pasal 69
Percobaan atau perbantuan untuk
melakukan tindak pidana psikotropika
sebagaimana diatur dalam undang undang
ini dipidana sama dengan jika tindak pidana
tersebut dilakukan.
Penggolongan Narkotika
Pasal 6 UU 35 - 2009
(1) Narkotika sbgmn dimaksud dlm Pasal 5
digolongkan : a. Narkotika Golongan I;
b. Narkotika Golongan II; dan c. Narkotika
Golongan III.
(2) Penggolongan Narkotika sbgmn dimaksud pada
ayat (1) untuk pertama kali ditetapkan sbgmn
tercantum dlm Lampiran I dan merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari UU ini.
(3) Ketentuan mengenai perubahan penggolongan
Narkotika sebgmn dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan Peraturan Menteri.
Perobahan Penggolongan
Pasal 1
Daftar psikotropika golongan II dan
golongan IV tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini
a. pengadaan;
b. penerimaan;
c. penyimpanan;
d. penyerahan;
e. pengembalian;
f. pemusnahan; dan
g. pelaporan.
Pasal 12
• (1) Penyaluran psikotropika dalam rangka
peredaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 hanya dapat dilakukan oleh pabrik
obat, PBF, dan sarana penyimpanan sediaan
farmasi Pemerintah.
UU No 35 2009
Penyerahan Prekursor Farmasi
• Pasal 22
(1) Penyerahan Prekursor Farmasi hanya dapat dilakukan
oleh: a. Apotek; b. Puskesmas; c. Instalasi Farmasi
Rumah Sakit; d. Instalasi Farmasi Klinik; e. dokter;
dan f. Toko Obat.
(2) Apotek hanya dapat menyerahkan Prekursor Farmasi
golongan obat keras kepada: a. Apotek lainnya; b.
Puskesmas; c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit; d.
Instalasi Farmasi Klinik; e. dokter; dan f. pasien.
(3) Apotek, Puskesmas, Instalasi Farmasi Rumah Sakit,
dan Instalasi Farmasi Klinik hanya dapat menyerahkan
Prekursor Farmasi golongan obat keras kepada pasien
berdasarkan resep dokter.