Anda di halaman 1dari 15

SISTEM KOLOID

Nama Anggota Kelompok :

1. Anisa Karlin P (03)


2. Dian Ajeng Kirana (07)
3. Etha Widya A.P (08)
4. Rejeki Sekar D (24)

SMA N 1 PAJANGAN
2018/2019
SISTEM KOLOID

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara


dua zat atau lebih dimana partikel-partikel zat yang berukuran
koloid (fase terdipersi/yang dipecah) tersebar secara merata di
dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah)
JENIS JENIS KOLOID

A. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi
dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat
padat disebut aerosol padat, jika zat yang terdispersi berupa
zat cair disebut aerosol cair. Aerosol padat contohnya: asap
dan debu di udara, aerosol cair contohnya: kabut dan awan.

B. Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat
cair disebut sol. Koloid jenis sol banyak ditemui dalam
kehidupan sehari-hari contohnya: sol sabun, sol detergen, sol
kanji, tinta tulis, air sungai berlumpur dan cat.
C. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair
disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah kedua zat
cair tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan menjadi
dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air atau emulsi air
dalam minyak. Contoh emulsi minyak dalam air adalah santan,
susu, dan lateks. Contoh emulsi air dalam minyak adalah
minyak ikan, minyak bumi.

D. Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut
buih. Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke
dalam zat cair yang mengandung pembuih. Buih digunakan
pada berbagai proses, misalnya buih sabun pada pengolahan
bijih logam, pada alat pemadam kebakaran, dan lain-lain
E. Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel.
Contoh : agar-agar, lem kanji, selai, gelatin, gel sabun, gel
silika. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang mengadsorbsi
medium pendispersinya, sehingga terjadi koloid yang agak
padat.
SIFAT SIFAT KOLOID

A. Efek Tyndall
Jika seberkas cahaya dilewatkan pada suatu sistem koloid, maka
cahaya tersebut akan dihamburkannya sehingga berkas cahaya
tersebut akan kelihatan. Sedangkan jika cahaya dilewatkan pada
larutan sejati maka cahaya tersebut akan diteruskannya . Sifat
koloid yang seperti inilah yang dikenal dengan efek tyndall dan
sifat ini dapat digunakan untuk membedakan koloid dengan
larutan sejati.

B. Gerak Brown
Gerak brown merupakan gerak patah-patah (zig-zag) partikel
koloid yang terus menerus dan hanya dapat diamati dengan
mikroskop ultra.
C. Elektroforesis
Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik karena
partikel koloid bermuatan listrik. Pergerakan partikel koloid
dalam medan listrik ini disebut elektroforesis. Jika dua batang
elektrode dimasukkan kedalam sistem koloid dan kemudian
dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid
akan bergerak kesalah satu elektrode tergantung pada jenis
muatannya. Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode
(elektrode positif) sedang koloid bermuatan positif akan bergerak
ke katode (elektrode negatif).

D. Adsorpsi
Adsorpsi adalah peristiwa di mana suatu zat menempel pada
permukaan zat lain, seperti ion H+ dan OH- dari medium
pendispersi. Zat yang tertarik disebut adsorbat, dan zat yang
menarik disebut adsorban.
E. Koagulasi
Koagulasi adalah peristiwa pengendapan atau penggumpalan koloid.
Koloid distabilkan oleh muatannya. Jika muatan koloid dilucuti atau
dihilangkan, maka kestabilannya akan berkurang sehingga dapat
menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Contoh : Lumpur
koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan
tawas

F. Dialisis
Untuk stabilitas koloid diperlukan sejumlah muatanion suatu
elektrolit. Akan tetapi, jika penambahan elektrolit ke dalam sistem
koloid terlalu banyak, kelebihan ini dapat mengendapkan fase
terdispersi dari koloid itu. Contoh :
Koloid hidrofil: sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin.
Koloid hidrofob: sol belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol sulfida, dan sol-
sol logam.
1. Pembuatan Koloid Secara Dispersi

a. Dispersi langsung (mekanik)


Cara ini dilakukan dengan memperkecil zat terdispersi sebelum
didispersikan ke dalam medium pendispersi. Ukuran partikel
dapat diperkecil dengan menggiling atau menggerus partikel
sampai ukuran tertentu. Sebagai contoh adalah pembuatan sol
belerang dalam air, serbuk belerang dihaluskan terlebih dahulu
dengan menggerus bersama kristal gula secara berulang –
ulang. Campuran semen dengan air dapat membentuk koloid
secara langsung karena partikel – partikel semen sudah digiling
sedemikian rupa sehingga ukuran partikelnya menjadi ukuran
koloid.
B. Homogenisasi
Pembuatan susu kental manis yang bebas kasein dilakukan
dengan mencampurkan serbuk susu skim ke dalam air di
dalam mesin homogenisasi sehingga partikel-partikel susu
berubah menjadi seukuran partikel koloid. Emulsi obat pada
pabrik obat dilakukan dengan proses homogenisasi
mengunakan mesin homogenisasi.

C. Peptisasi
Proses peptisasi dilakukan dengan cara memecah partikel-
partikel besar, misalnya suspensi, gumpalan, atau endapan
dengan menambahkan zat pemecah tertentu. contoh, endapan
Al(OH)3 akan berubah menjadi koloid dengan menambahkan
AlCl3 ke dalamnya. Endapan AgCl akan berubah menjadi
koloid dengan menambahkan larutan NH3 secukupnya.
D. Busur Bredig
Busur Bredig adalah suatu alat yang khusus digunakan untuk
membentuk koloid logam. Proses ini dilakukan dengan cara
meletakkan logam yang akan dikoloidkan pada kedua ujung
elektrode dan kemudian diberi arus listrik yang cukup kuat
sehingga terjadi loncatan bunga api listrik. Suhu tinggi akibat
adanya loncatan bunga api listrik mengakibatkan logam akan
menguap dan selanjutnya terdispersi ke dalam air membentuk
suatu koloid logam.
2. Pembuatan Koloid Secara Kondensasi

Pembuatan koloid secara kondensasi dilakukan dengan


mengubah suatu larutan menjadi koloid. Proses ini umumnya
melibatkan reaksi – reaksi kimia yang menghasilkan zat yang
menjadi partikel – partikel terdispersi.

A. Reaksi hidrolisis
Reaksi ini umumnya digunakan untuk membuat koloid – koloid
basa dari suatu garam yang dihidrolisis (direaksikan dengan air).
Contoh:
Pembuatan sol Fe(OH)3 dengan cara memanaskan larutan FeCl3.
FeCl(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq)
B. Reaksi Redoks
Reaksi yang melibatkan perubahan bilangan oksidasi. Koloid
yang terjadi merupakan hasil oksidasi atau reduksi.
Contoh:
Pembuatan sol belerang dengan cara mengalirkan gas H2S ke
dalam larutan SO2.
2H2S(g) + SO2(aq) → 2H2O(l) + 3S(s)

C. Pertukaran Ion
Reaksi pertukaran ion umumnya dilakukan untuk membuat
koloid dari zat – zat yang sukar larut (endapan) yang
dihasilkan pada reaksi kimia.
Contoh:
Pembuatan sol As2S3 dengan mengalirkan gas H2S ke dalam
larutan As2O3.
3H2S(g) + As2O3(aq) → As2S3(s) + 3H2O(l)
Kegunaan Koloid dalam Kehidupan Sehari – hari
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari. Hal
ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat
digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling
melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi
dalam skala besar.

Contoh kegunaan koloid


Jenis industri Contoh aplikasi
Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad
Industri kosmetika dan perawatan Krim, pasta gigi, sabun
tubuh
Industri cat Cat
Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjen
Industri pertanian Peptisida dan insektisida
Industri farmasi Minyak ikan, pensilin untuk suntikan

Anda mungkin juga menyukai