Anda di halaman 1dari 18

KELOMPOK 5

Nama: -CUT ZHAKIA ANANDA


-CYRA PUTRI DINANTI
-DEA AUDINA
-DEA PRASETYA
-DEDE MARWAN MAULANA
-DEDE SUMIA
-DELA SARTIKA ANANDA
-DELLYLAH NURMAWATI
-DERIAN SUBAGIO
-DETA IKHMALIYAH E.
-DEWI NUR C.
AKHLAQ KEPADA
KHOLIK(ALLAH)
PENGERTIAN AKHLAQ
Akhlak menurut bahasa yaitu berasal dari
bahasa arab ( )‫اخالق‬jamak dari kata ‫خلق‬
yang berarti tingkah laku, perangai atau
tabiat.

Sedangkan menurut istilah; akhlak adalah


daya kekuatan jiwa yang mendorong
perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa
dipikir dan direnung lagi. Dengan demikian
akhlak pada hakikatnya adalah sikap yang
melekat pada diri mausia, sehingga manusia
dapat melakuakannnya tanpa berfikir
(spontan).
HAK ALLAH ATAS MAHKLUKNYA
(MANUSIA)
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memiliki hak yang wajib kita tunaikan,
begitu juga dia memiliki hak pada kita. Maka hendaklah kita memberikan
hak-hak tersebut kepada yang berhak menerimanya sehingga ketika
meninggal, kita meninggal dunia dalam keadaan beruntung
Karena itu, hak Allah Azza wa Jalla merupakan hak terbesar dan paling
utama. Hak Allah Azza wa Jalla pada seorang hamba yaitu diibadahi artinya
seorang hamba berkewajiban beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla
dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun jua. Caranya, dengan
melaksanakan semua yang dicintai dan ridhai Allah dengan landasi cinta
kepada Allah, tekad untuk mengagungkan-Nya, mencari pahala dari-Nya
dan menghindari siksa-Nya. Janganlah kita lebih mementingkan diri kita,
anak, keluarga atau harta kita daripada beribadah kepada Allah Azza wa
Jalla , karena semua ini akan sirna sementara ibadah akan kekal.
TUJUAN ALLAH MENCIPTAKAN
MANUSIA

Allah Ta’ala sudah menjelaskan dengan sangat gamblangnya di dalam Al Qur’an


apa yang menjadi tujuan kita hidup di muka bumi ini
Allah Ta’ala berfirman:

ُ‫ون‬
ِ ‫س ِإّلُ ِليَ ْعبد‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ا ْل ِجنُ َو‬
َُ ‫اْل ْن‬
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)
Dalam ayat tersebut Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia tidaklah menciptakan
jin dan manusia karena butuh pada mereka, bukan untuk mendapatkan
keuntungan dari makhluk tersebut. Akan tetapi, Allah Ta’ala Allah menciptakan
mereka justru dalam rangka berderma dan berbuat baik pada mereka, yaitu
supaya mereka beribadah kepada Allah, lalu mereka pun nantinya akan
mendapatkan keuntungan. Semua keuntungan pun akan kembali kepada mereka.
Hal ini sama halnya dengan perkataan seseorang, “Jika engkau berbuat baik,
maka semua kebaikan tersebut akan kembali padamu”. Jadi, barangsiapa
melakukan amalan sholeh, maka itu akan kembali untuk dirinya sendiri. ”
(Thoriqul Hijrotain, hal. 222)
ADA PUN TUJUANNYA SEBAGAI
BERIKUT
1. Mengilmui Tentang Allah

Allah Ta’ala berfirman


‫ّللاَ َعلَى‬ ْ ‫ض ِمثْلَ هه َن يَتَن ََز هل‬
َ ‫األم هر بَ ْينَ هه َن ِلت َ ْعلَ هموا أ َ َن‬ ِ ‫األر‬
ْ َ‫س َم َاوات َو ِمن‬ َ َ‫ّللاه الَذِي َخلَق‬
َ ‫س ْب َع‬ َ
‫ش ْيء ِع ْل ًما‬
َ ‫ط ِب هك ِل‬َ ‫ّللاَ قَ ْد أ َ َحا‬ َ ‫ش ْيء قَدِير َوأ َ َن‬ َ ‫هك ِل‬
Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula

bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu


mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu, dan sesungguhnya Ilmu Allah benar-benar meliputi
segala sesuatu.” (QS. Ath Thalaq: 12).
Allah menceritakan bahwa penciptaan langit dan bumi, agar
manusia mengetahui tentang ke Maha Kuasaan Allah Ta’ala,
bahwa Allah lah pemilik jagad raya ini dengan ilmu Allah
yang sempurna. Tidak ada satu pun yang terluput dari ilmu
dan pengawasan Allah, karena ilmu Allah meliputi segala
sesuatu
2. Untuk Beribadah Kepada Allah Semata
Allah Ta’ala berfirman

‫هون‬ َ ‫َو َما َخلَ ْقته ْال ِج َن َواإل ْن‬


ِ ‫س ِإال ِل َي ْعبهد‬

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka
menyembah-Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56).

Ayat di atas jelas menyebutkan tujuan diciptakan manusia adalah untuk


beribadah, hanya menyembah Allah semata. Ayat ini mengisyaratkan
pentingnya tauhid, karena tauhid adalah bentuk ibadah yang paling agung,
mengesakan Allah dalam ibadah.

Ayat ini juga mengisyaratkan pentingnya beramal, setelah tujuan pertama


manusia diciptakan adalah agar berilmu. Maka buah dari ilmu adalah beramal.
Tidaklah ilmu dicari dan dipelajari kecuali untuk diamalkan. Sebagaimana
pohon, tidaklah ditanam kecuali untuk mendapatkan buahnya. Karena ilmu
adalah buah dari amal.
AHKLAQ KEPADA
MAHLUK
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN SESAMA
MANUSIA

Manusia Sebagai Hamba


Sifat hubungan antara manusia dengan Allah SWT dalam ajaran Islam bersifat timbal-balik,
yaitu bahwa manusia melakukan hubungan dengan Tuhan dan Tuhan juga melakukan
hubungan dengan manusia. Tujuan hubungan manusia dengan Allah adalah dalam rangka
pengabdian atau ibadah. Dengan kata lain, tugas manusia di dunia ini adalah beribadah,
sebagaimana firman Allah swt dalam Al-Quran surat Adz-Dzariat ayat 56:
ِ ‫س ِإ َال ِليَ ْعبهد‬
﴾٥٦﴿‫هون‬ ِ ْ ‫• َو َما َخلَ ْقته ْال ِج َن َو‬
َ ‫اإل ْن‬
Artinya: •
“Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada ku.”
Secara garis besar, ibadah kepada Allah itu ada dua macam, yaitu ibadah yang bentuk dan tata
caranya telah di tentukan oleh Allah swt, dan ibadah dan bentuk tata caranya yang tidak di
tentukan oleh Allah swt. Ibadah jenis pertama adalah Mahdhoh, yaitu ibadah dalam arti ritual
khusus, dan tidak bisa diubah-ubah sejak dulu hingga sekarang, misalnya sholat, puasa, dan
haji: cara melakukan ruku’ dan sujud dan lafal-lafal apa saja yang harus dibaca dalam
melakukan sholat telah ditentukan oleh Allah SWT.3 Demikian pula cara melakukan thawaf
dan sa’i dalam haji beserta lafal bacaannya telah ditentukan oleh Allah SWT. Inti ibadah jenis
ini sebenarnya adalah permohonan ampun dan mohan pertolongan dari Allah swt
HUBUNGAN DENGAN ALAM (MANUSIA
SEBAGAI KHALIFAH)
Alam semesta termasuk bumi seisinya adalah ciptaan Tuhan dan diciptakan
dalam keseimbangan, proporsional dan terukur, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif (QS:Ar-Ra’d: 8; Al-Qomar : 49 dan Al-Hijr:19).

Manusia merupakan bagian tak terpisahkan dari alam. Sebagai bagian dari
alam, keberadaan manusia di alam adalah saling membutuhkan, saling
mengisi dan melengkapi satu dengan lainnya dengan peran yang berbeda-
beda. Hubungan manusia–alam ini adalah bentuk hubungan peran dan
fungsi, bukan hubungan sub-ordinat (yakni: manusia adalah penguasa
alam).

Hubungan antara manusia dengan alam lingkungan hidupnya ini ditegaskan


dalam beberapa ayat al Qur’an yang lain dan Hadist Nabi, yang intinya
adalah sebagai berikut :
1. Hubungan keimanan dan peribadatan

Alam semesta berfungsi sebagai sarana bagi


manusia untuk mengenal kebesaran dan
kekuasaan Tuhan, karena alam semesta adalah
tanda atau ayat-ayat Allah. Manusia dilarang
memperhamba alam dan dilarang menyembah
kecuali hanya kepada Allah yang Menciptakan
alam.
2. Hubungan pemanfaatan yang berkelanjutan

Alam dengan segala sumberdayanya diciptakan Tuhan untuk


memenuhi kebutuhan hidup manusia. Dalam memanfaatkan
sumberdaya alam guna menunjang kehidupannya ini harus
dilakukan secara wajar (tidak boleh berlebihan atau boros).
Demikian pula tidak diperkenankan pemanfaatan sumberdaya
alam yang hanya untuk memenuhi kebutuhan bagi generasi
saat ini sementara hak-hak pemanfaatan bagi generasi
mendatang terabaikan. Manusia dilarang pula melakukan
penyalahgunaan pemanfaatan dan atau perubahan alam dan
sumberdaya alam untuk kepentingan tertentu sehingga hak
pemanfaatannya bagi semua kehidupan menjadi berkurang
atau hilang.
3. Hubungan pemeliharaan untuk semua makhluk

Manusia mempunyai kewajiban untuk memelihara alam


untuk keberlanjutan kehidupan, tidak hanya bagi manusia saja
akan tetapi bagi semua makhluk hidup yang lainnya. Tindakan
manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam secara
berlebihan dan mengabaikan asas pemeliharaan dan
konservasi sehingga mengakibatkan terjadinya degradasi dan
kerusakan lingkungan, merupakan perbuatan yang dilarang
(haram) dan akan mendapatkan hukuman. Sebaliknya
manusia yang mampu menjalankan peran pemeliharaan dan
konservasi alam dengan baik, maka baginya tersedia balasan
ganjaran dari Allh swt.
HUBUNGAN DENGAN ALAM
GAIB
• Allah Swt tidak menganjurkan manusia untuk menjalin
hubungan dengan para makhluk gaib yang memang sangat samar
dan halus bagi manusia, ini menunjukkan bahwa makhluk gaib
memang tidak boleh berhubungan dengan manusia, tidak seperti
halnya pada makhluk hidup lainnya di dunia ini yang tiada
batasan dengan manusia untuk dapat berhubungan atau saling
membutuhkan satu sama lain.
• Para malaikat juga tidak di perkenankan oleh Allah Swt
untuk sembarangan menampilkan diri kepada para manusia
kecuali yang di kehendakiNya atau yang memang telah di
tugaskan, seperti untuk menyampaikan wahyu dariNya kepada
para Nabi dan Rasul atau untuk menolong para hambaNya yang
shalihin selain dari para Nabi dan Rasul, inipun sangat langka
dan adalah memang atas kehendak dan karunia Allah Swt bagi
manusia, jadi hal ini tidak secara umum, tetapi hanya secara
khusus sesuai dengan ketentuan dan kehendak Allah Swt.

Anda mungkin juga menyukai