Anda di halaman 1dari 16

RABIATUL ADAWIYAH

SF19232
 PERATURAN MENTERI  PERATURAN MENTERI
KESEHATAN REPUBLIK KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA INDONESIA
 NOMOR :  NOMOR :
003/MENKES/PER/I/2010 296/MENKES/SK/VIII/2013
 TENTANG  TENTANG
 SAINTIFIKASI JAMU DALAM  KOMISI NASIONAL
PENELITIAN BERBASIS SAINTIFIKASI JAMU
 PELAYANAN KESEHATAN
 Jamu sudah digunakan secara turun
temurun
 Indonesia kaya sumber daya genetik dan
indigenous knowledge
 Arahan Presiden: jamu  “brand” Indonesia
 PerMenkes 003/2010: Saintifikasi Jamu
 PerMenkes 296/2013 : Komisi Nasional
Saintifikasi Jamu

3
1. Memberikan landasan ilmiah (evidence based )
penggunaan jamu secara empiris melalui
penelitian berbasis pelayanan kesehatan.

2. Mendorong terbentuknya jejaring dokter atau


dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya
sebagai peneliti dalam rangka upaya preventif,
promotif, rehabilitatif dan paliatif melalui
penggunaan jamu.
3. Meningkatkan kegiatan penelitian
kualitatif terhadap pasien dengan
penggunaan jamu.

4. Meningkatkan penyediaan jamu yang


aman, memiliki khasiat nyata yang
teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan
secara luas baik untuk pengobatan
sendiri maupun dalam fasilitas
pelayanan kesehatan.
6
PerMenkes No. 003 Tahun 2010: sebagai “upaya
terobosan” untuk “memasukkan jamu” dalam pelayanan
kesehatan (agar tidak menyalahi UU Praktik
Kedokteran)

PerMenkes 296/2010 : Komisi Nasional Saintifikasi


Jamu sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan

Jamu: perlu mendapatkan pengakuan dari profesi


kedokteran sebagai alternatif metoda pelayanan
kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif)
7
1. Regulasi dan kebijakan nasional
(Jamu: kasta sudra??)
Perlu
2. Penyediaan bahan baku yang
Riset berkualitas
(Litbang)
3. Mutu, keamanan, dan manfaat
(khasiat).
4. Akses thd jamu yang aman dan
berkhasiat
5. Penggunaan jamu yang rasional
8
 Visi Komite Nasional Saintifikasi
Jamu adalah menjadikan jamu
sebagai “brand Indonesia” dan
mengembangkan jamu sebagai
bagian dari Sistem Pengobatan
Tradisional Indonesia (PTI) yang
terintegrasi dalam sistem peyanan
kesehatan formal
9
1. Mengembangkan jejaring penelitian jamu
berbasis pelayanan dengan asosiasi profesi
pelayanan kesehatan (Ikatan Dokter
Indonesia, Persatuan Dokter Gigi Indonesia,
Ikatan Apoteker Indonesia)
2. Meningkatkan penelitian dan pengembangan
jamu untuk mendapatkan bukti ilmiah tentang
keamanan dan khasiat jamu
3. Mengembangkan buku-buku pedoman terkait
dengan pendidikan dan pelatihan dalam
pelayanan kesehatan holistik melalui
penggunaan jamu
10
1. Tercapainya kebijakan nasional dan kerangka regulasi
dalam rangka mengangkat jamu sebagai “brand
Indonesia”.
2. Terbentuknya sistem dalam rangka penyediaan bahan
baku yang berkualitas
3. Terbentuknya sistem penelitian dan pengembangan
dalam rangka menjamin kualitas, keamanan dan
khasiat jamu
4. Terbentuknya sistem pelayanan jamu yang mampu
menjamin akses masyarakat terhadap jamu yang aman,
berkualitas, dan berkhasiat
5. Terbentuknya sistem pendidikan dan pelatihan dalam
pendidikan formal (PTI)
11
1. Mengembangkan kebijakan nasional dan
regulasi dalam rangka mengangkat jamu
sebagai “brand Indonesia”
2. Menjamin penyediaan bahan baku jamu yang
berkualitas
3. Menjamin keamanan, mutu, dan manfaat
(efikasi) jamu
4. Meningkatkan akses masyarakat terhadap jamu
yang berkualitas, aman, dan berkhasiat
5. Meningkatkan penggunaan jamu yang rasional

12
1. Mengusulkan kerangka regulasi (Peraturan Pemerintah,
PerMenkes, dan KepMenkes)
2. Mensinergikan pengobatan tradisional (jamu) dengan sistem
pelayanan kesehatan nasional
3. Memberikan perlindungan medikolegal tenaga kesehatan
4. Mengembangkan pola pembinaan Battra pengguna jamu
(herbalist) (jamu dalam indigenous health system)
5. Mengembangkan pola pembinaan penggunaan jamu di tingkat
rumah tangga (folk health system)
6. Mengembangkan kebijakan untuk mensinkronkan pelaku dalam
“formal health system” dan “traditional health system”
7. Mengembangkan kebijakan untuk perlindungan tanaman obat asli
Indonesia
8. Perlindungan HaKI formula jamu Indonesia
9. Mengembangkan kurikulum pendidikan tentang Pengobatan
Tradisional Indonesia (PTI)

13
1. Bekerjasama dengan Kementerian Pertanian untuk
standarisasi proses penyediaan bahan baku
(penanaman, panen, pengolahan paska panen)
2. Pendidikan dan pelatihan kepada petani tentang
penanaman, panen, dan pengolahan paska panen
3. Pemberdayaan petani untuk menanam Tanaman Obat
sebagai alternatif peningkatan ekonomi keluarga
4. Standarisasi bahan baku (Farmakope Herbal Indonesia)
5. Penelitian di sisi hulu

14
1. Penelitian dan pengembangan (litbang) terkait keamanan, mutu, dan
efikasi (manfaat) jamu dalam upaya promotif, preventif, kuratif, dan
paliatif:
2. Pendekatannya dengan cara
 Mendapatkan informasi ilmiah terkait PENGGUNAAN JAMU (Studi
etnomedisin, studi epidemiologi, studi pelayanan kesehatan (health
system research)
 Mendapatkan informasi terkait EFIKASI JAMU
 Uji Pre-klinik (Toksisitas akut, toksisitas sub-kronik, uji
farmakodinamik)
 Uji Klinik Formul baru (Uji Klinik Fase 1, Uji Klinik Fase 2, Uji
Klinik Fase 3)
 Untuk Formula turun temurun (Uji Klinik Fase 1, Uji Klinik Fase 2,
Uji Klinik Fase 3)
 Systenatic review hasil uji klinis

15
1. Mengembangkan pedoman pengobatan herbal (jamu)
(Vademecum Herbal)
2. Pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan tentang
pengobatan herbal (jamu)
3. Mewajibkan “provider” menggunakan “jamu” yang
berkualitas
4. Penyusunan Vademecum Herbal dan Formularium Jamu
5. Diklat kepada dokter spesialis, dokter umum, dokter
puskesmas tentang Saintifikasi Jamu
6. Pelatihan Battra dan masyarakat tentang penggunaan jamu,
khususnya promotif, preventif, kuratif sederhana

16

Anda mungkin juga menyukai