Anda di halaman 1dari 25

PERSPEKTIF DAN KONSEP PALIATIF

PERSPEKTIF

 Sekumpulan asumsi, maupun keyakinan tentang suatu hal,


dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal
berdasarkan cara-cara tertentu.
 Perspektif membimbing setiap orang untuk menentukan
bagian yang relevan dengan fenomena yang terpilih dari
konsep-konsep tertentu untuk dipandang secara rasional
Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa perspektif
adalah kerangka kerja konseptual, sekumpulan
asumsi, nilai, gagasan yang mempengaruhi perspektif
manusia sehingga menghasilkan tindakan dalam
suatu konteks situasi tertentu.
KEPERAWATAN PALIATIF?????
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang
bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan
keluarga yang menghadapi masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan
melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib
serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain,
fisik, psikososial dan spiritual (sumber referensi
WHO, 2002).
TUJUAN PALIATIF CARE
1. Meyakini bahwa hidup dan mati adalah proses normal, tidak
menghambat atau menunda kematian, mengurangi nyeri atau menunda
kematian, mengurangi nyeri dan gejala penyakit lainnya, integrasi fisik,
psikis, sosial, emosional dan spiritual dalam memberikan pelayanan
sesuai dengan kebutuhan individu dan keluarga
TUJUAN PALIATIF CARE
2. Menyediakan sistem untuk membantu individu hidup seoptimal
mungkin sampai menjelang kematiannya
3. Menyediakan sistem dukungan untuk membantu keluarga dalam
mengatasi masalah sepanjang perawatan pasien dan masa berduka
PERMASALAHAN PADA PERAWATAN
PALIATIF

 Masalah fisik
 masalah psikologi
 masalah hubungan sosial
 konsep diri
 masalah dukungan keluarga
 masalah aspek spiritual atau keagamaan
MASALAH FISIK
• Masalah fisik yang seringkali muncul yang merupakan keluhan dari pasien
paliatif yaitu nyeri.
MASALAH PSIKOLOGI

 Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien


paliatif adalah kecemasan
 Hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah
diagnose penyakit yang membuat pasien takut sehingga
menyebabkan kecemasan bagi pasien maupun keluarga
 NANDA (2015) menyatakan bahwa kecemasan adalah
perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang diseratai
oleh respon otonom, perasaan takut yang disebabkan
oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan tanda
waspada yang memberi tanda individu akan adanya
bahaya dan mampukah individu tersebut mengatasinya
MASALAH SOSIAL

 Masalah pada aspek sosial dapat terjadi karena adanya


ketidak normalan kondisi hubungan social pasien dengan
orang yang ada disekitar pasien baik itu keluarga maupun
rekan kerja.
 Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami
oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang
negatif dan mengancam.
MASALAH SPIRITUAL
 Menurut Carpenito (2006) salah satu masalah yang sering muncul pada
pasien paliatif adalah distress spiritual.
 Distres spiritual dapat terjadi karena diagnose penyakit kronis, nyeri, gejala
fisik, isolasi dalam menjalani pengobatan serta ketidakmampuan pasien dalam
melakukan ritual keagamaan yang mana biasanya dapat dilakukan secara
mandiri.
 Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain,
seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
(Hamid, 2008).
DUKUNGAN KELUARGA
 Dukungan keluarga adalah sikap dan tindakan terhadap anggota keluarga yang
sakit dan keluarga memberikan bantuan kepada anggota keluarga lain baik
berupa barang, jasa, informasi, dan nasihat sehingga anggota keluarga merasa di
sayangi, di hormati dan dihargai (Friedman, 2013).
 Menurut Friedman (2013) sumber dukungan sosial keluarga internal adalah
sumber dukungan yang didapatkan dari suami atau istri, saudara kandung atau
dukungan dari anak. Serta dukungan sosial keluarga eksternal yaitu sahabat,
tetangga, kelompok sosial, dan keluarga besar (kakek, nenek, bibi atau paman).
 Dukungan keluarga terjadi selama masa proses kehidupan
dengan sifat dan tipe dukungan yang bervariasi pada masing-
masing tahap siklus kehidupan keluarga.
 walapun demikian dalam semua tahapan siklus kehidupan
keluarga, dukungan keluarga dapat memungkinkan keluarga
berfungsi secara penuh dan dapat meningkatkan adaptasi
keluarga dalam memenuhi kesehatan keluarga (Friedman, 2013).
KEBUTUHAN SPIRITUAL
 Spiritual berasal dari kata latin yaitu “spiritus” yang memiliki arti napas atau angin dan
dapat di notasikan bahwa spiritual memberikan kehidupan atau esensi dalam manusia
(Kozier dkk, 2008).
 Spiritual merupakan sesuatu yang di percayai oleh seseorang dalam hubungannya
dengan kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan) yang menimbulkan suatu kebutuhan serta
kecintaan terhadap adanya Tuhan dan permohonan maaf atas kesalahan yang pernah
dibuat (Aziz, 2014 dalam Sasmika, 2016).
 Spiritual adalah suatu hubungan yang dimiliki individu yang tidak hanya kepada Tuhan
saja melainkan kepada individu lain dan lingkungan juga.
 Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh
setiap orang atau manusia dalam mencari arti dan tujuan hidup (Aziz,
2014 dalam Sasmika, 2016).
 Kebutuhan spiritual adalah suatu kebutuhan untuk mempertahankan
atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta
kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, serta
menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan (Ummah, 2016).
 Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti tujuan,
makna, dan kualitas hidup, kebutuhan untuk mencintai, dan dicintai serta
untuk memberikan maaf (Potter dan Perry, 2007).
PRINSIP PERAWATAN PALIATIF
1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses
yang normal
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu
4. Menjaga keseimbangan psikologis, sosial dan spiritual
5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga
7. Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan
keluarga
MODEL/TEMPAT PERAWATAN PALIATIF
CARE
1. Dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota
2. Rumah sakit pemerintah dan swasta
3. Puskesmas
4. Rumah perawatan/hospice
5. Fasilitas kesehatan
KEBERHASILAN TIM
 Kerjasama efektif dan pendekatan interdisipliner
 Setiap anggota tim memahami peran dan fungsinya
 Menyusun dan merancang tujuan akhir perawatan secara
bersama
 Tidak ada anggota tim yang primadona
 Tim adalah motor penggerak semua kegiatan pasien
 Proses interaksi antar tim merupakan kunci keberhasilan
utama
RUANG LINGKUP
Kanker
HIV/AIDS
Gagal Ginjal
Stroke
Diabetes
CHF
Penyakit degeneratif lainnya
Usila
TINDAKAN PALIATIF

1. Penatalaksanaan nyeri.
2. Penatalaksanaan keluhan fisik lain.
3. Asuhan keperawatan.
4. Dukungan psikologis.
5. Dukungan sosial.
6. Dukungan kultural dan spiritual.
7. Dukungan persiapan dan selama masa duka cita (Bereavement).
KARAKTERISTIK PERAWAT PALIATIF DI
RUANGAN KRITIS
1. Mengurangi rasa sakit dan keluhan lain yang mengganggu
2. Menghargai kehidupan dan menyambut kematian sebagai proses yang normal
3. Tidak berusaha mempercepat atau menunda kematian
4. Mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual dalam perawatan pasien
5. Membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai akhir hayat
6. Membantu keluarga pasien menghadapi situasi selama masa sakit dan setelah
kematian
7. Menggunakan pendekatan tim untuk memenuhi kebutuhan pasien dan keluarganya,
termasuk konseling dukacita, jika diindikasikan
8. Meningkatkan kualitas hidup, dan mungkin juga secara positif mempengaruhi
perjalanan penyakit
9. Bersamaan dengan terapi lainnya yang ditujukan untuk memperpanjang usia, seperti
MELAKSANAKAN PERAN DAN FUNGSI
PERAWAT PALIATIF
 Membina hubungan perawat-pasien
1. Hubungan terapeutik perawat-pasien sebagai: profesional, pasangan,
teman akrab, keluarga
2. Caring relationship (J. Watson)
3. Perilaku caring: jujur, sabar, bertanggung jawab, memberikan
kenyamanan, mendengarkan dengan atensi dan penuh perhatian,
memberikan sentuhan, menunjukkan kepedulian, menunjukkan rasa
hormat, memberikan informasi dengan jelas
SIKAP YANG HARUS DIMILIKI PERAWAT
UNTUK PERAWATAN PALIATIF
 Mempunyai falsafah hidup yang kokoh, agama dan sistem nilai
 Mempunyai kemampuan untuk tidak “judgemental” terhadap pasien yang
mempunyai sistem nilai berbeda
 Mempunyai kemampuan mendengar dengan baik dan memotivasi pasien
 Tidak menunjukkan reaksi berlebihan jika terdapat bau ataupun kondisi
yang tidak wajar
 Mempu mengkaji, mengevaluasi secara cermat prilaku non verbal
 Senantiasa menemukan cara untuk menangani masalah
 Menunjukkan prilaku caring

Anda mungkin juga menyukai