Anda di halaman 1dari 7

PRAGMATISME,

EXISTENSIALISME DAN REALISME

Kelompok 4:
1. Rindi Handika
2. Riska Amalia Amanda
3. Runda
4. Selfiani
5. Shaniatun Ni’mah
6. Sisilia Alfira Vivianti
7. Siti Meliana Putri
8. Suci Meliana Mustika
PRAGMATISME
• Pragmatisme berasal dari kata pragma
(praktek) atau aku berbuat.
• Pragmatisme adalah aliran filsafat yang
mengajarkan bahwa yang benar adalah segala
sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai
benar dengan melihat kepada akibat-akibat
atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis.
CONTOH
• Keyakinan terhadap keberadaan Tuhan adalah
benar bagi penganutnya, hanya jika keyakinan
tersebut memberikan dampak positif
terhadap kehidupan kesehariannya. Jika
keyakinan tersebut membuat orang tersebut
menjadi anarkis, maka keyakinan tersebut
salah.
EXISTENSIALISME
• Adalah suatu falsafat yang menolak pemutlakan akal budi
dan menolak pemikiran-pemikiran abstrak murni. Pada
umumnya pemikir-pemikir eksistensialis mengakui bahwa
ada kebenaran ilmiah yang objektif, tetapi bagi mereka
kebenaran ilmiah yang objektif itu tidak begitu penting.
Mereka berpendapat bahwa yang paling penting adalah
benaran subjektif.
• Para pemikir eksistensialisme pada umumnya sependapat
bahwa tidak seorangpun dapat meraih kebenaran hanya
dengan menjadi penonton atau hanya dengan melakukan
observasi, selain harus berperan serta dalam kehidupan
sendiri (Hendrik Rapar, Jan. 1996. PengantarFilsafat.
Yogyakarta :Kanisius)
CONTOH
• Misalnya pada saat saya memilih untuk masuk
dalam jurusan Sastra Inggris saya sudah
memikirkan secara mendalam tentang prospek
yang akan saya dapatkan ke depannya.
• seperti tidak menebang pohon seenaknya karena
sebenarnya pohon tersebut berguna dalam
kehidupan manusia yang dibutuhkan oleh
manusia dalam kehidupannya sehari-hari.
REALISME
• Menurut filsafat realisme, pengetahuan yang
benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan
kenyataan. Kenyataan mempunyai “diri” terhadap
subjek yang mengenalnya. Pengetahuan hanya
disebut objektif kalua subjek mendengarkan apa
yang dinyatakan kenyataan. Maka itu, dalam
filsafat Realisme, subjek aktif namun keaktifannya
bersifat reseptif (Sinijders, Adelbert. 2006.
ManusiadanKebenaran;SebuahFilsafatPengetahu
an. Yogyakarta: Kanisius)
CONTOH

Anda mungkin juga menyukai