Anda di halaman 1dari 19

PERUMUSAN ALTERNATIF

REKOMENDASI & INTEGRASI


KLHS DALAM RDTR
Oleh:
Hari Adi Agus S, ST.MT.
Kasi Perencanaan Tata Ruang
Dinas PUSDATARU Prov Jawa Tengah
Kedudukan RDTR dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang
dan Sistem Perencanaan Pembangunan

Rencana Pembangunan Rencana Umum Tata Ruang Rencana Rinci Tata Ruang

RPJP Nasional RTRW Nasional RTR Pulau/Kepulauan


RTR Kawasan Strategis Nasional

RPJM Nasional

RPJP Provinsi RTRW Provinsi RTR Kawasan Strategis Provinsi

RPJM Provinsi RDTR Kabupaten


RTRW Kabupaten
RTR Kawasan Strategis Kabupaten
RPJP Kabupaten/Kota
RDTR Kota
RTRW Kota
RPJM Kabupaten/Kota RTR Kawasan Strategis Kota
“Setiap rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota
harus menetapkan bagian dari wilayah kabupaten/kota

yang perlu disusun rencana detail tata ruangnya”


PP 15/2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Pasal 59 ayat (1)
TUJUAN PENATAAN BWP

Tujuan penataan BWP merupakan nilai dan/atau kualitas


terukur yang akan dicapai sesuai dengan arahan pencapaian
sebagaimana ditetapkan dalam RTRW kabupaten/kota dan
merupakan alasan disusunnya RDTR tersebut, serta apabila
diperlukan dapat dilengkapi konsep pencapaian. Tujuan
penataan BWP berisi tema yang akan direncanakan di BWP.

Tujuan penataan BWP berfungsi:


a. sebagai acuan untuk penyusunan rencana pola ruang,
penyusunan rencana struktur ruang, penetapan Sub BWP
yang diprioritaskan penanganannya, penyusunan
ketentuan pemanfaatan ruang, penyusunan peraturan
zonasi; dan
b. untuk menjaga konsistensi dan keserasian pengembangan
kawasan perkotaan dengan RTRW kabupaten/kota.
RENCANA STRUKTUR RUANG

Rencana struktur ruang merupakan susunan pusat-pusat


pelayanan dan sistem jaringan prasarana di BWP yang akan
dikembangkan untuk mencapai tujuan dalam melayani kegiatan
skala BWP.

Rencana struktur ruang terdiri atas:


1. Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan
a. pusat pelayanan kota/kawasan perkotaan.
b. sub pusat pelayanan kota/kawasan perkotaan; dan
c. pusat lingkungan.
2. Rencana Jaringan Transportasi
3. Rencana Jaringan Prasarana
a. rencana jaringan energi/kelistrikan
b. rencana jaringan telekomunikasi
c. rencana jaringan air minum
d. rencana jaringan drainase
e. rencana jaringan air limbah
f. rencana jaringan prasarana lainnya
RENCANA POLA RUANG

Rencana pola ruang merupakan rencana distribusi zona pada BWP yang akan diatur sesuai dengan
fungsi dan peruntukannya.

Rencana pola ruang berfungsi sebagai:


a. Alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial budaya, ekonomi, serta kegiatan pelestarian fungsi
lingkungan dalam BWP;
b. Dasar penerbitan izin pemanfaatan ruang;
c. Dasar penyusunan RTBL dan rencana teknis lainnya; dan
d. Dasar penyusunan rencana jaringan prasarana.

Rencana pola dirumuskan dengan kriteria:


a. Mengacu pada rencana pola ruang yang telah ditetapkan dalam RTRW kabupaten/kota;
b. Mengacu pada konsep ruang (khusus untuk RDTR kawasan perkotaan di kabupaten);
c. Mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung LH dan infrastruktur dalam BWP;
d. Memperkirakan kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan pelestarian
fungsi lingkungan, khususnya untuk kawasan perkotaan yang memiliki kegiatan yang berpotensi
menimbulkan bangkitan yang cukup besar;;
e. Mempertimbangkan ketersediaan ruang yang ada;
f. Memperhatikan rencana pola ruang bagian wilayah yang berbatasan;
g. Memperhatikan mitigasi dan adaptasi bencana pada BWP,
h. termasuk dampak perubahan iklim; dan
i. Menyediakan RTH dan RTNH untuk menampung kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi
masyarakat.
RENCANA POLA RUANG
ZONA LINDUNG ZONA BUDIDAYA

a. zona hutan lindung (HL) a. zona perumahan (R), berdasarkan


b. zona yang memberikan perlindungan tingkat kepadatan bangunan (kepadatan
terhadap zona di bawahnya (PB) yang sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan
meliputi zona lindung gambut (LG) sangat rendah) dan/atau berdasarkan
dan/atau zona resapan air (RA). tingkat kemampuan kepemilikan rumah
c. zona perlindungan setempat (PS) yang (rumah mewah, menengah, sederhana,
meliputi zona sempadan pantai (SP), zona dan sangat sederhana).
sempadan sungai (SS), zona sekitar danau b. zona perdagangan dan jasa (K), meliputi
atau waduk (DW), dan/atau zona sekitar skala kota (K-1), skala BWP (K-2),
mata air (MA). dan/atau skala sub BWP (K-3).
d. zona RTH kota (RTH) yang meliputi c. zona perkantoran (KT);
hutan kota (RTH-1), taman kota (RTH-2), d. zona sarana pelayanan umum, yang
taman kecamatan (RTH-3), taman meliputi sarana pelayanan umum skala
kelurahan (RTH-4), taman RW (RTH-5), kota (SPU-1), skala kecamatan (SPU-2),
taman RT (RTH-6), dan/atau pemakaman skala kelurahan (SPU-3), dan/atau skala
(RTH-7). RW (SPU-4).
e. zona konservasi (KS) yang meliputi e. zona industry (I), yang meliputi kawasan
cagar alam (KS-1), suaka margasatwa (KS- industry (KI) dan/atau sentra industri
2), taman nasional (KS-3), taman hutan kecil menengah (SIKM);
raya (KS-4), dan/atau taman wisata alam f. zona lainnya, yang diatur sendiri oleh
(KS-5). masing-masing daerah sesuai dengan
f. zona lindung lainnya yang diatur sendiri kebutuhan.
oleh masing-masing daerah sesuai dengan g. zona campuran (C).
kebutuhan.
PENETAPAN SUB BWP PRIORITAS

Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan upaya dalam


rangka operasionalisasi rencana tata ruang yang bertujuan untuk mengembangkan,
melestarikan, melindungi, memperbaiki, mengkoordinasikan keterpaduan
pembangunan, dan/atau melaksanakan revitalisasi di kawasan yang bersangkutan,
yang dianggap memiliki prioritas tinggi dibandingkan Sub BWP lainnya.

Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya ditetapkan berdasarkan:


a. tujuan penataan BWP;
b. nilai penting Sub BWP yang akan ditetapkan;
c. kondisi ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan Sub BWP yang akan ditetapkan;
d. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup BWP; dan
e. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya harus memuat sekurang-


kurangnya:
a. lokasi
b. tema penanganan
KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG

Ketentuan pemanfaatan ruang dalam RDTR merupakan upaya mewujudkan RDTR


dalam bentuk program pengembangan BWP dalam jangka waktu perencanaan 5
(lima) tahunan sampai akhir tahun masa perencanaan.

Ketentuan pemanfaatan ruang berfungsi sebagai:


a. Dasar pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman investasi
pengembangan BWP;
b. Arahan untuk sektor dalam penyusunan program;
c. Dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam jangka waktu 5 (lima) tahunan
dan penyusunan program tahunan untuk setiap jangka 5 (lima) tahun; dan
d. Acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi.

Program dalam ketentuan pemanfaatan ruang meliputi:


a. Program pemanfaatan ruang prioritas
b. Lokasi
c. Besaran dan Biaya
d. Sumber Pendanaan
e. Instansi Pelaksana
f. Waktu dan Tahapan Pelaksanaan
Tahapan Penyelenggaraan KLHS

 Pembuatan dan pelaksanaan KLHS;


 Penjaminan
kualitas dan
pendokumentasian KLHS;
 Validasi KLHS.
Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS

 Pengkajian pengaruh Kebijakan, Rencana,


dan/atau Program terhadap kondisi
Lingkungan Hidup;
 Perumusan alternatif penyempurnaan
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program; dan
 Penyusunan rekomendasi perbaikan untuk
pengambilan keputusan Kebijakan,
Rencana, dan/atau
 Program yang mengintegrasikan prinsip
Pembangunan Berkelanjutan
Alternatif penyempurnaan Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program berupa:
a) perubahan tujuan atau target;
b) perubahan strategi pencapaian target;
c) perubahan atau penyesuaian ukuran, skala, dan lokasi yang
lebih memenuhi pertimbangan Pembangunan Berkelanjutan;
d) perubahan atau penyesuaian proses, metode, dan adaptasi
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
lebih memenuhi pertimbangan Pembangunan Berkelanjutan;
e) penundaan, perbaikan urutan, atau perubahan prioritas
pelaksanaan;
f) pemberian arahan atau rambu-rambu untuk mempertahankan
atau meningkatkan fungsi ekosistem; dan/atau
g) pemberian arahan atau rambu-rambu mitigasi dampak dan
risiko Lingkungan Hidup.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai