Anda di halaman 1dari 23

Journal Reading

Perlindungan Hukum Bagi Pasien


Kegawatdaruratan BPJS Dengan Diagnosa
Di Luar Daftar Diagnosa Gawat Darurat Di
RSUD Kabupaten Sukoharjo

Rian Mourbas
1810221024
Departemen Saraf RSUD Ambarawa
Latar Belakang

Kondisi darurat adalah kondisi dimana apabila tidak segera diberikan pertolongan, bisa mengakibatkan kecacatan,
keparahan bahkan kematian.

Setelah kondisi kedaruratan terlewati, peserta dapat pindah ke fasilitas yang bekerjasama dengan BPJS apabila ingin
menggunakan haknya sebagai peserta.

Dalam KONDISI TIDAK GAWAT DARURAT, biaya pelayanan tidak di tanggung oleh BPJS melainkan peserta BPJS
membayar sendiri dan tidak bisa di klaimkan ke BPJS.

Hal ini membuat permasalahan apabila diagnosa diganti dengan mengikuti penyakit yang ditanggung BPJS, maka
keakuratan diagnosa dokter akan di pertanyakan, sehingga potensi malpraktek dokter akan terjadi dan juga dapat
melanggar kode etik dokter.
Latar Belakang

BPJS disebut sebagai asuransi sosial yang dikelola oleh pemerintah dimana termasuk asuransi
wajib dengan tujuan untuk memberikan jaminan sosial bagi masyarakat.

Asuransi dalam terminologi hukum adalah suatu perjanjian yang disebut sebagai suatu perbuatan
dengan satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.

Asuransi sosial timbul karena kebutuhan masyarakat akan terpenuhinya suatu jaminan sosial.

Jaminan sosial tersebut dibutuhkan karena keadaan atau bahaya yang terjadi diluar kemampuan
dan kehendak dari masyrakat (Suryono, 2003:134).
Latar Belakang

Peserta BPJS memiliki hak menikmati pelayanan kesehatan berupa manfaat jaminan sosial kesehatan di RSUD dan
RSUD wajib melayaninya. Pasien BPJS adalah konsumen pemakai jasa layanan kesehatan.

Tidak dilayaninya pasien atas dasar tidak ditanggungnya suatu penyakit, padahal termasuk kedalam kepesertaan wajib
merupakan pelanggaran Pasal 4 Huruf b UU No. 8 Tahun 1999 tentang perlidungan konsumen (UUPK).

RSUD Kabupaten Sukoharjo adalah rumah sakit milik pemerintah daerah yang menjadi rujukan bagi 12 puskesmas di
Kabupaten Sukoharjo dimana letak geografisnya dekat dengan kompetitor rumah sakit besar di Kota Solo.

RSUD Kabupaten Sukoharjo telah melayani peserta BPJS, namun sejak melayani pasien BPJS, RSUD Kabupaten
Sukoharjo menemui kendala khusus terhadap pasien kegawatdaruratan BPJS yang diagnosa penyakitnya tidak ada dalam
daftar diagnosa gawat darurat.
Penelitian
Empiris

Sumber Data

Metode
Teknik
Pengumpulan
Data

Analisis
Statistik
Metode Penelitian
✘Penyajian data menggunakan bentuk teks naratif yaitu menyajikan
data yang sudah diolah dalam uraian teks narasi (Soekanto dan
Mamudji, 2007:13)
✘Analisis Data menggunakan metode kualitatif dengan tata cara
penelitian deskriptif-analisis yaitu apa yang dinyatakan oleh responden
secara tertulis atau lisan, dan juga perilakunya yang nyata, yang diteliti,
dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh (Soekanto, 2010: 250).
Hasil Penelitian dan Pembahasan

✘Perlindungan hukum adalah ✘Perlindungan hukum dikatakan


tindakan atau upaya untuk sebagai perlindungan harkat,
melindungi masyarakat dari martabat dan pengakuan terhadap
perbuatan sewenang-wenangnya hak asasi manusia yang dimiliki oleh
oleh penguasa yang tidak sesuai subyek hukum dalam negara hukum
dengan aturan hukum, untuk dengan berdasarkan pada
mewujudkan ketertiban dan ketentuan hukum yang berlaku di
ketentraman sehingga negara tersebut guna mencegah
memungkinkan manusia untuk terjadinya kesewenang-wenangan
menikmati martabatnya sebagai (Philipus Hadjon).
manusia (Setiono, 2004: 3).
PERLINDUNGAN HUKUM
Hadjon, 1987: 117

Preventif Represif

Mencegah Menyelesaikan
terjadinya permasalahan atau
permasalahan atau sengketa yang
sengketa timbul
Menurut UU SJSN, BPJS dan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014
Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan Nasional

Perlindungan hukum dilaksanakan melalui mekanisme


keluhan

Permasalahan bisa terjadi antara :


1. Peserta dengan Fasilitas
Penanganan keluhan Kesehatan
merupakan salah satu 2. Peserta dengan BPJS
instrumen untuk menyelesaikan Kesehatan
masalah pelayanan kesehatan, 3. BPJS Kesehatan dengan
baik yang bersifat administratif Fasilitas Kesehatan
maupun bersifat medis 4. BPJS Kesehatan dengan
Asosiasi Fasilitas Kesehatan
Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
juga merupakan Undang-Undang yang bertujuan untuk memberikan
perlindungan bagi pasien BPJS

Pasal 4 s/d Pasal 8 Undang - Pasal 52 Undang-Undang No. 29


Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tahun 2004 tentang Hak-Hak
tentang Kesehatan Pasien

Hak-hak pasien antara lain: 1) Mendapatkan penjelasan secara lengkap


a. Hak atas Informasi tentang tindakan medis sebagaimana
b. Hak atas Persetujuan dimaksud dalam pasal 45 ayat (3)
2) Meminta pendapat dokter atau dokter lain
c. Hak atas Rahasia Kedokteran 3) Mendapatkan pelayanan sesuai dengan
d. Hak atas Pendapat Kedua (second kebutuhan medis
opinion) 4) Menolak tindakan medis
e. Hak untuk Melihat Rekam Medik 5) Mendapatkan isi rekam medis
Perlindungan hak pasien BPJS juga tercantum dalam Pasal 32
Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yaitu:
1) memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit
2) memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
3) memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi
4) memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional
5) memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi
6) mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan,
dan lainnya
Dalam konteks perlindungan hukum represif, penyelesaian sengketa
antara Peserta BPJS dengan Rumah sakit dapat dilakukan melalui
media litigasi/ jalur hukum peradilan.

Pasal 58 ayat 1 Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan


bahwa, setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang,
tenaga kesehatan dan/atau penyelenggaraan kesehatan yang
menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yang diterimanya

Pasal 29 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, menyatakan bahwa,


dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam
menjalankan profesinya, kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih
dahulu melalui mediasi.
Pertanggungjawaban
atas pelayanan medis Tenaga medis yang
dimana pihak pasien dimaksud adalah dokter
BPJS merasa yang bekerjasama dengan
dirugikan  perlu tenaga professional lain di
untuk diketahui siapa dalam menyelenggarakan
yang terkait di dalam dan memberikan
tenaga medis pelayanan medis kepada
tersebut. pasien
Rumah sakit bertanggung jawab secara perdata terhadap
semua kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan

Pasal 1365 KUH Perdata Pasal 58 ayat 1 Undang-


Undang Nomor 36 Tahun 2009

“Tiap perbuatan melawan hukum yang “Setiap orang berhak menuntut ganti rugi
membawa kerugian kepada orang lain, terhadap seseorang, tenaga kesehatan
mewajibkan orang karena salahnya dan/ atau penyelenggaraan kesehatan
menerbitkan kerugian tersebut, yang menimbulkan kerugian akibat
mengganti kerugian tersebut” kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yang diterimanya”
BPJS tidak dapat mengcover setiap kondisi kegawatdaruratan medis,
sehingga merugikan peserta BPJS karena adanya kekosongan hukum

Gawat Darurat medis adalah suatu kondisi dalam pandangan


penderita, keluarga, atau siapapun yang bertanggung jawab dalam
membawa penderita ke rumah sakit memerlukan pelayanan medis
segera.

Penderita gawat darurat adalah penderita yang oleh karena suatu


penyebab (penyakit, trauma, kecelakaan, tindakan anestesi) yang bila
tidak segera ditolong akan mengalami cacat, kehilangan organ tubuh
atau meninggal.
Setiap dokter harus senantiasa
Pasal 2 Kode Etik berupaya melaksanakan profesinya
Kedokteran Indonesia sesuai dengan standar profesi yang
(KODEKI) tertinggi, yaitu sesuai dengan
perkembangan IPTEK kedokteran,
etika umum, etika kedokteran,
Pasal 51 huruf d, hukum dan agama, sesuai
Undang-Undang tingkat/jenjang pelayanan
Nomor 29 Tahun 2004 kesehatan dan situasi setempat.
tentang Praktik (MKEK, 2002)
Kedokteran

Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai


kewajiban melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1419/
Menkes/Per/X/2005 tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter
dan Dokter Gigi Pasal 22 ayat (2)

Dokter dan dokter gigi dalam Dokter dan dokter gigi dalam
melaksanakan praktik keadaan gawat dan/atau
kedokteran harus sesuai darurat berwenang melakukan
dengan kewenangan dan tindakan kedokteran atau
kompetensi yang dimiliki serta kedokteran gigi sesuai dengan
kewenangan lainnya yang kebutuhan medis dalam rangka
ditetapkan oleh Konsil penyelamatan jiwa
Kedokteran Indonesia
Pasal 25 Peraturan Presiden Republik Pasal 40 Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden
Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan
Kesehatan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin meliputi: 1) Pelayanan gawat darurat yang dilakukan oleh
a. pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur Fasilitas Kesehatan yang tidak menjalin kerja sama
sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku
dengan BPJS Kesehatan dibayar dengan
b. pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan
yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, kecuali penggantian biaya
dalam keadaan darurat 2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
c. pelayanan kesehatan yang dijamin oleh program jaminan ditagihkan langsung oleh Fasilitas Kesehatan
kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kepada BPJS Kesehatan
kecelakaan kerja atau hubungan kerja 3) BPJS Kesehatan memberikan pembayaran kepada
d. pelayanan kesehatan yang dijamin oleh program jaminan
Fasilitas Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
kecelakaan lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang
ditanggung oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas ayat (2) setara dengan tarif yang berlaku di wilayah
e. pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri tersebut
f. pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik 4) Dihapus
g. pelayanan untuk mengatasi infertilitas 5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian
h. pelayanan meratakan gigi (ortodonsi) kegawatdaruratan dan prosedur penggantian biaya
i. gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat
pelayanan gawat darurat diatur dengan Peraturan
dan/atau alkohol
BPJS Kesehatan
Dalam Buku Panduan Praktis Penjaminan Pelayanan Kesehatan Darurat Medis
di Faskes yang Tidak Bekerjasama Dengan BPJS Kesehatan menyatakan
bahwa, pada keadaan gawat darurat (emergency), seluruh fasilitas kesehatan
baik yang bekerjasama maupun yang tidak bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, wajib memberikan pelayanan kegawatdaruratan sesuai indikasi
medis

ANAK BEDAH CVS OBGYN MATA PULMO IPD THT SARAF

27 62 14 10 12 15 15 13 3
Penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor
yang mungkin mempengaruhinya (Soekanto, 2011: 8)

FAKTOR PENYELENGGARA BPJS,


FAKTOR HUKUM/UNDANG-UNDANG SARANA DAN FASILITAS
Sesuai dengan Perpres Nomor 19 tahun Sarana atau fasilitas antara lain mencakup
2016 pasal 25 huruf b, bahwa pelayanan tenaga manusia yang berpendidikan dan
yang tidak dijamin adalah pelayanan terampil, organisasi yang baik, peralatan
yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang memadai, keuangan yang cukup dan
yang tidak bekerjasama dengan BPJS lainnya.
Kesehatan, kecuali dalam kondisi gawat Peserta BPJS hanya boleh memilih satu
darurat. fasilitas kesehatan untuk memperoleh
rujukan dan tak bisa ke faskes lain meski
sama-sama bekerja sama dengan BPJS.
Kesimpulan
✘Perlindungan hukum peserta kegawatdaruratan BPJS didasari oleh
dua perlindungan:
1. Perlindungan hukum peserta kegawatdaruratan BPJS berdasarkan
UU SJSN, UU BPJS dan Perpres Jaminan Kesehatan
2. Perlindungan hukum peserta kegawataruratan BPJS berdasarkan
UU Praktik Kedokteran, UU Kesehatan, dan UU Rumah Sakit

✘Pemberian informasi mengenai diagnosa gawat darurat dapat


menghambat dalam pelayanan kegawatdaruratan bagi pasien
pengguna BPJS di RSUD Kabupaten Sukoharjo
Saran

✘Sebaiknya BPJS membuat peraturan yang memberi keleluasaan


DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasien) untuk menetapkan
diagnosa kegawatdaruratan yang masuk kriteria gawat darurat

✘Seharusnya BPJS profesional melakukan sosialisasi kepada


masyarakat mengenai hak dan kewajiban pasien peserta BPJS,
sehingga dapat mengatasi persoalan- persoalan yang timbul
hubungannya dengan aturan BPJS

✘Khusus di IGD, BPJS menugaskan petugasnya untuk standby di IGD


memberi penjelasan kepada setiap pasien/keluarga pasien

Anda mungkin juga menyukai