Anda di halaman 1dari 49

OSTEOMYELITIS

Koass:
Fauziah Hanif
Sri Janahtul Hayati
Nadhia Khairunnisa
IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : Ny. SR Anamenesis diambil dari


Umur : 32 tahun autoanamnesis
Pekerjaan : Pelajar 14 Oktober 2019 / 07.30 WIB
Agama : Islam
Alamat : Tigineneng
Jenis kelamin : Perempuan
ANAMNESIS

Anamenesis diambil dari autoanamnesis 14 Oktober 2019


/ 07.30 WIB di Bangsal Ruang Mawar RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Bandar Lampung.

Keluhan Utama: Keluar nanah


dan darah pada betis

Riwayat perjalanan penyakit:


Pasien datang dengan keluhan keluar nanah dari bagian betis kanan. Nanah keluar terus menerus.
Pasien mengatakan awalnya terjadi luka pada betis sekitar 2 bulan SMRS. Awalnya luka berwarna
kemerahan dan luka semakin melebar dan mulai mengeluarkan nanah (+/- 1 bulan SMRS)

Pasien tidak merasa nyeri pada kaki yang bengkak tersebut ketika sedang diam, namun terasa nyeri jika
kaki digerakkan. Pasie mengalami demam sepanjang hari dan hanya turun jika minum obat penurun
demam kemudian demam naik kembali setelah beberapa jam. Demam terjadi saat pasien mulai merasa
ada nanah yang keluar dari betisnya
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Tidak didapatkan riwayat


Sebelumnya pasien hipertensi dan DM pada
mengatakan pernah keluarga
mengalami nyeri
hilang timbul pada
lututnya (3 tahun yll) RIWAYAT PRIBADI
dan sering minum
obat penghilang rasa Pasien tidak merokok,
nyeri minum-minuman
beralkohol, dan
mengkonsumsi obat-
RIWAYAT PEKERJAAN
obatan. Tidak ada
riwayat operasi.
Tidak ada yang
berkaitan
dengan zat-zat
berbahaya.
PEMERIKSAAN
UMUM

Tinggi Badan : 158cm RIWAYAT


Berat Badan : 67kg KEHAMILAN
Tekanan Darah : 100/80
Nadi : 78x/menit
Suhu : 37,4
Pernafasan : 20x/m, reguler
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan gizi : gizi lebih
Kulit : turgor baik
PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS

 Bentuk kepala: Normosefal

 Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik


(-/-), eksoftalmus (-/-)

 Telinga: Normotia, deformitas (-), nyeri tekan


tragus (-), nyeri tekan mastoid (-), sekret (-)

 Hidung: Pernafasan cuping hidung (-), sekret


(-), septum deviasi(-), mukosa hiperemis (-)

 Bibir: Simetris, sianosis (-)


Leher
Bentuk : Simetris
KGB: Tidak teraba pembesaran
Trakhea: Normal
Kelenjar tiroid: Tidak ada pembesaran

Thoraks
PEMERIKSAAN
Dinding dada: Simetris
FISIK
Paru – paru: Gerakan kedua hemitoraks simetris
saat inspirasi dan ekspirasi, vokal premitus
hemitoraks sama, krepitasi (-), nyeri tekan (-),
suara nafas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
Bunyi jantung normal
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi :
PEMERIKSA
Batas jantung kanan : ICS IV linea
AN
parasternal dextra
FISIK Batas jantung kiri: ICS V linea
midclavicula sinistra Batas pinggang
jantung: ICS II parasternal dextra
Auskultasi : BJ I dan II normal reguler,
murmur (-), gallop (-)
Status Generalis
ABDOMEN
Inspeksi: datar, lesi (-)
Palpasi:nyeri tekan (-), hepatomegali (-) splenomegali (-), nyeri
ketok ginjal (-)
Auskultasi: bising usus (+) 12x/menit

EKSTRIMITAS
Akral hangat pada ujung jari tangan dan kaki, CRT <
2 detik
Pemeriksaan neuromuscular

Motorik:
Kekuatan: 5/5/5/5
Ukuran: eutrofi, terdapat abses pada regio genu
Tonus: normotonus
Refleks fisiologis: normal
Refleks patologis (-)
Status lokalis

Regio genu dextra:


Look: hiperemis +, edema +, lesi -, deformitas (angulasi +)
Feel: teraba hangat, pulsasi teraba kuat, nyeri +, krepitasi –
Move: gerakan pasif terbatas, gerakan aktif terbatas, nyeri+

Regio kruris posterior:


Look: sianosis pada pinggiran luka, terdapat nanah keluar
dari luka
Pemeriksaan Penunjang 08/10/2019

Pemeriksaan Hasil Normal Satuan

Hemoglobin 13,4 12-16 g/dL

Hematokrit 41 38-47 %

Leukosit 11.100 4500-10700 /µL

Eritrosit 4,6 3,8-5,8 juta/µL

Trombosit 389.000 150.000-450.000 /µL

MCV 88 80-96 fL

MCH 29 27-31 Pg

MCHC 33 32-36 g/dL

LED 12 0 – 15 mm/jam

CT 9 9-15 menit

BT 2 1-3 menit
Pemeriksaan Hasil Normal Satuan

SGOT 17 <31 U/L

SGPT 12 <31 U/L

Ureum 31 13-43 mg/dL

Creatinine 0,84 <0,55-1,00 mg/dL

Natrium 138 135-145 mmol/L

Kalium 4,1 3,5-5 mmol/l

Calsium 8,0 8,6-10 mg/dL

Chlorida 100 96-106 mmol/L


Radiologi gak keliatan paw mata
gue sumpah ((((
RESUME
Anamnesis
keluar nanah dari bagian betis kanan. Nanah keluar Pemeriksaan neuromuskular
terus menerus. Pasien mengatakan awalnya terjadi luka Motorik:
pada betis sekitar 2 bulan SMRS. Awalnya luka berwarna
Kekuatan: 5/5/5/5
Ukuran: eutrofi, terdapat abses pada regio
kemerahan dan luka semakin melebar dan mulai
genu
mengeluarkan nanah (+/- 1 bulan SMRS). Demam terjadi Tonus: normotonus
saat pasien mulai merasa ada nanah yang keluar dari betisnya Refleks fisiologis: normal
Refleks patologis (-)
Pemeriksaan Fisik
Tinggi Badan : 158cm Status lokalis
Berat Badan : 67kg
Regio genu dextra:
Tekanan Darah : 100/80 Look: hiperemis +, edema +, lesi -,
Nadi : 78x/menit deformitas (angulasi +)
Suhu : 37,4 Feel: teraba hangat, pulsasi teraba
Pernafasan : 20x/m, reguler kuat, nyeri +, krepitasi –
Kesadaran : Compos Mentis Move: gerakan pasif terbatas, gerakan
aktif terbatas, nyeri+

Regio kruris posterior:


Look: sianosis pada pinggiran luka,
terdapat nanah keluar dari luka
Diagnosis
banding

Diagnosis • Pre op: osteomielitis


kerja • Post op: artritis septik
osteomielitis

Disusun oleh: PAWPAWPAW


Definisi
 Ostemomielitis adalah suatu proses inflamasi akut
maupun kronik pada tulang dan struktur
disekitarnya yang disebabkan oleh organisme
pyogenik.
 dapat terlokalisasi atau tersebar melalui tulang,
melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa,
dan periosteum.
Gambar osteomielitis
Klasifikasi
 Berdasarkan perjalanan klinis (proses infeksi dan
gejala) :
1. Akut
2. Sub akut
3. Kronis
menurut patogenesisnya :
direct/eksogen
hematogen
Etiologi
Predisposisi
 Penyakit kronis ( DM, penyakit sickle cell, AIDS)
 Penyalahgunaan obat-obatan secara intravena
 Alkoholik
 Penggunaan steroid jangka panjang
 Penurunan kekebalan tubuh
 Penyakit sendi kronik
 Implant prosthetik dalam ortopedik pada
pembedahan ortopedik atau fraktur terbuka.
Penyebaran Osteomielitis
 Ada 2 cara :
1. Umum
 Sirkulasi darah berupa bakterimia dan
septikemia
 Embolus infeksi yang menyebabkan infeksi
multifokal pada daerah - daerah lain
Penyebaran Osteomielitis
2. Lokal
 Subperiosteal abses akibat penerobosan abses
melalui periost
 Selulitis akibat abses subperiosteal menembus
sampai dibawah kulit
 Penyebaran ke dalam sendi sehingga terjadi artritis
septik
 Penyebaran ke medula tulang sekitarnya sehingga
sistem sirkulasi dalam tulang terganggu
menyebabkan kematian tulang lokal dengan
terbentuknya tulang mati yang disebut sekuestrum.
Patogenesis
Patogenesis
Fokus infeksi pada lubang akan berkembang menimbulkan edema periosteal dan pembengkakan jaringan lunak.

jaringan eksudat inflamasi

abses subperiosteal serta selulitis dibawah jaringan lunak

elevasi periosteum diatas daerah lesi, infeksi menembus periosteum dan terbentuk abses pada jaringan lunak
dimana abses dapat mengalir keluar melalui sinus pada permukaan kulit

Nekrosis tulang akan menyebabkan terbentuknya sekuestrum dan infeksi akan berlanjut kedalam kavum
medula.
Gambaran Klinis
 Berkembang progresif
 Dapat ditemukan infeksi bakterial pada kulit atau
saluran napas atas
 Nyeri pada daerah infeksi
 Ada gangguan fungsi anggota gerak pada daerah
yang terkena
 Demam, malaise, nafsu makan berkurang (gejala
bakterimia/septikemia)
Osteomyelitis Akut
 Osteomyelitis akut berkembang antara dua
minggu setelah onset penyakit.
 Dua kategori primer dari osteomyelitis akut
yaitu osteomyelitis hematogen dan
osteomyelitis direct/eksogen.
Diagnosis
 2 dari 4 tanda dibawah ini harus dipenuhi untuk
menegakkan diagnosis osteomyelitis akut;
1. Adanya materi purulen/ pus pada aspirasi tulang yang
teinfeksi
2. kultur bakteri dari tulang atau darah menunjukkan hasil
positif
3. ditemukannya tanda-tanda klasik lokal berupa nyeri tekan
pada tulang, dengan jaringan lunak yang eritem atau udem
4. pemeriksaan radiologi menunjukkan hasil yang positif,
berupa gambaran udem pada jaringan lunak (soft tissue
swelling) di atas tulang setelah 3-5 hari terinfeksi. Pada
minggu kedua gambaran radiologi mulai menunjukkan
destruksi tulang dan reaksi periosteal pembentukan tulang
baru.
Gambaran radiologis
 Pembengkakan jaringan lunak
 Pergeseran jaringan lunak subkutis
 Densitas tulang berkurang (rarefaction)/batas
kabur
 Elevasi periosteal
 Terdapat fokus destruksi yang kecil-kecil
Pemeriksaan Radiologis

Radiograph showing
mixed density, periosteal
reaction, and cortical
disruption with soft tissue
swelling in metaphysis of left
fibula
Pemeriksaan radiologi

Tampak destruksi tulang pada


tibia dengan pembentukan
tulang subperiosteal
Diagnosis banding
 Artritis reumatoid juvenilis akut
 Demam reumatik akut
 Artritis septik akut
komplikasi
 Cacat berupa destruksi sendi
 Fraktur
 Abses tulang
 Sellulitis
 Gangguan pertumbuhan karena kerusakan cakram
epifisis
 Pelepasan implant buatan
 Timbulnya saluran sinus pada jaringan lunak
 Osteomyelitis kronik
Pengobatan
 Antibiotik (selama 4-6 minggu)
 Istirahat dan pemberian analgesik juga diperlukan
untuk menghilangkan nyeri.
 Bila setelah 24 jam pengobatan lokal dan sistemik
antibiotik gagal ( tidak ada perbaikan keadaan
umum ), maka dapat dipertimbangkan drainase
bedah.
Drainase Bedah
 Pada drainase bedah, pus subperiosteal dievakuasi
untuk mengurangi tekanan intra-oseus kemudian
dilakukan pemerikasaan biakan kuman. Drainase
dilakukan selama beberapa hari dengan
menggunakan cairan Nacl 0,9% dan dengan
antibiotik.
Drainase Bedah
Osteomyelitis kronik

 Osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih


sejak infeksi pertama.

 Umumnya merupakan kelanjutan dari


osteomielitis akut yang tidak terdiagnosis atau
tidak diterapi secara adekuat.
MANIFESTASI KLINIS
 Nyeri tulang yang terlokalisir dan hilang timbul
 Disertai demam
 Terdapat cairan pus yang keluar dari suatu luka
pasca operasi
 Eritema pada daerah disekitar luka
 Terdapat tanda utama (kardinal) yaitu timbulnya
saluran sinus, deformitas instabilitas dan tanda
lokal dari vaskularisasi yang rusak, keterbatasan
gerak dan gangguan neurologis
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
 Sekuestrum (bangunan dense dikelilingi
lusentulang yang mati dikelilingi oleh pus)
 Involucrum (pembentukan tulang baru di sekitar
tulang yang mengalami destruksi)
 Korteks menebal/sklerotik dan berkelok-kelok
 Kanalis medularis menyempit hingga gambaran
medula menghilang
 Brodie’s abcess (di dalam spongiosa dekat ujung
tulang  abses bulat/oval,lusen dengan batas
tegas dikelilingu zona sklerotik, bisanya tanpa
sekuester dan tanpa elevasi periosteal.
Osteomyelitis, chronic. Sequestrum of the lower tibia
Osteomyelitis, chronic. Sclerosing
osteomyelitis of the lower tibia. Note the
bone expansion and marked sclerosis.
radiologik dari abses Brodie yang dapat ditemukan pada
osteomielitis sub akut/kronik. Pada gambar terlihat kavitas
yang dikelilingi oleh daerah sclerosis.
Diagnosis banding
 Tumor benigna dan maligna
komplikasi
 Anemia
 Penurunan berat badan
 Kelemahan dan amiloidosis.
 Arhtritis purulenta
 Fraktur patologis
TERAPI
• Antibiotik
Bertujuan untuk :
- Mencegah terjadinya penyebaran infeksi
pada tulang sehat lainnya.
- Mengontrol eksaserbasi
• Tindakan Operatif
Bertujuan untuk :
Mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik, baik jaringan lunak
maupun jaringan tulang ( sequesterum) sampai ke jaringan
sehat sekitarnya. Selanjutnya dilakukan drainase dan irigasi
secara kontinu selama beberapa hari.
Sebagai dekompresi pada tulang dan mencegah penyebaran
osteomyelitis lebih lanjut
Gips untuk mencegah patah tulang patologik
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai