Anda di halaman 1dari 39

PPCM

CHORIOAMNIONITIS

DISUSUN OLEH
1. M. BANGUN MANGIRINGTUAH
2. SYAIFUDIN
3.VERA DWIANGGITA DIMMARCIA
PERIPARTUM CARDIOMIOPATHY

Peripartum Kardiomiopati merupakan


penyakit dalam kehamilan yang
berpotensi mengancam jiwa ditandai
oleh disfungsi ventrikel kiri dan
biasanya muncul saat akhir masa
kehamilan atau beberapa saat seteleh
persalinan
2
EPIDEMIOLOGI

 Meskipun PPCM terjadi di seluruh dunia, tetapi sabagian besar data epidemiologi diperoleh
dari , Amerika Serikat, Nigeria, dan Haiti
 Studi terbaru Di Amerika Serikat angka kejadian meningkat dari 1 per 1181 kelahiran hidup
pada 2004 menjadi 1 per 849 kelahiran hidup pada 2011
 Nigeria insidensi tejadi 1 pada setiap 100 kelahiran hidup
 Haiti insidensi mencapai 1 pada setiap 300 kelahiran hidup
 Alasan sementar tingginya insidensi PPCM karena faktor Genetik, deficiency selenium dan di
Hiati deficiency zinc dan pre eklamsia

3
* According to a Survey
EPIDEMIOLOGI

4
* According to a Survey
EPIDEMIOLOGI

5
* According to a Survey
ETIOLOGI

 Unknown
 Myocarditis
 Abnormal haemodinamic respon
 Prolactin (produce 16 kDa Fragment)
 Malnutrition
 Prolonged tocolitic use
 Increase oxidtive stress

6
* According to a Survey
FAKTOR RESIKO

 Usia
 50% terjadi pada usia > 30 tahun, dengan odss ratio 1.7-1.8 jika dibandingkan dengan usia < 30 tahun
 Ras
 Wanita berkulit hitam 3x lebih beresiko dibandingkan dengan wanita berkulit putih
 Hipertensi dan pre eklamsia
 Dari 535 pasien PPCM, 29.3% dengan riwayat pre eklamsia dan 46,9% dengan riwayat hipertensi.
 Multiple Gestation, smoking, malnutrition, cocain abuse, socioeconomic status

7
* According to a Survey
PATOFISIOLOGI

 Stress oksidatif selama periode peripartum memiliki peran cukup penting dalam
menyebabkan kerusakan ventrikel kiri
 Hormon prolactin yang disekresi dari glandula pituitari anterior semasa kehamilan akan di
pecah oleh protein cardiac cathepsin D menjadi prolactin 16-kDa
 Prolactin 16-kDa mentrigger terjadinya apoptosis pada cell endothelial pembuluh darah
jantung dan sel-sel otot jantung rusaknya struktur microvaskular jantung
 Akibatnya akan terjadi dilatasi ruang jantung dan disfungsi sistolik ventrikel kiri

8
* According to a Survey
PATOFISIOLOGI

 Pada akhir kehamilan, placenta juga mensekresi hormon sFlt 1. yang kemudian akan
bersirkulasi dalam sistem vaskular ibu
 sFlt 1 bersifat toxic bagi jantung
 sFlt1 meningkat pada wanita dengan pre eklamsia, multi gestation, dan PPCM

9
* According to a Survey
PATOFISIOLOGI

10
* According to a Survey
PATOFISIOLOGI

11
* According to a Survey
GEJALA KLINIS

 Paroximal nocturnal dyspneu


 Dyspneu on exertion
 Orthopneu
 Chest pain
 Cough
 Palpitation
 Haemoptysis

 Gejala klinis yang muncul hampir sama antara masa akhir kehamilan dengan post partum 12
* According to a Survey
TANDA KLINIS

 Tachycardia, tachypneu
 Reguler atau irreguler pulsasi
 Peningkatan JVP
 S3 dan S4 gallop
 Mitral holosytolic murmur
 Hepatomegaly (if RHF present)

13
* According to a Survey
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 EKG
 Sinus tachycardi, non specific ST segment, gelombang T abnormal
 ECG
 Dilatasi & disfungsi ventrikel kiri, pulmonary hypertension, regurgitasi fungsional mitral dan
tricuspid, intracardiac trombus
 X Ray Thorax
 Pulmonary oedema,cardiomegaly
 Biomarker
 NT-pro BNP, trpononin, sFlt 1, 16-kDa prolactin, Cathepsin D
14
* According to a Survey
TATALAKSANA

15
* According to a Survey
TATALAKSANA

16
* According to a Survey
TATALAKSANA

17
* According to a Survey
TATALAKSANA

18
* According to a Survey
TATALAKSANA

 Persalinan disarankan untuk pervaginam jika PPCM dengan gagal jantung terkompensasi
 SC jika ada indikasi obstetric
 Terminasi kehamilan tidak dianjurkan jika kondisi ibu dan bayi sehat

19
* According to a Survey
TATALAKSANA

20
* According to a Survey
KOMPLIKASI

 2,6% shock cardiogenik (1,5 membutuhkan alat bant sirkulasi dan 0,5% transplantasi)
 6,6% Thromboembolism
 Arrhytmia

21
* According to a Survey
PROGNOSIS

 Prognosis baik
 50% - recovery complete
 25%- persistent symtomps
 25%- complikasi (shock cardiogenik, arrhytmia, thrombhoembolism)
 Mortalitas 3-9,6 %

22
* According to a Survey
THANK
YOU
CHORIOAMNIONITIS

Infeksi intraamniotic juga


dikenal sebagai
chorioamnionitis, adalah
proses peradaangan yang
berasal dari cairan amnion,
placenta, fetal maupun
desidua.
Penyebab infeksi dapat
disebabkan oleh bakteri,
virus, fungi, dan agen
infeksi lainnya yang
menyebabkan reaksi
inflamasi jaringan yaitu
edema dan iritasi.
24
ETIOLOGI: PREMATURE RUPTURE OF MEMBRAN

15- 15-
1% 1-4,6%
25% 20%

Infeksi Infeksi Maternal Sepsis Maternal fetal death


intraamnion postpartum due to sepsis

25
*Based on 1st year projections
EPIDEMIOLOGI

Sebanyak 1-4% dari semua persalinan di


Amerika Serikat terdiagnosa korioamnionitis.
Korioamnionitis terjadi disebabkan oleh 40-70
ketuban pecah dini yang berakibat persalinan
prematur dan1-13% persalinan cukup bulan.
Sebanyak 12% persalinan sesar dilakukan pada
usia cukup bulandengan korioamnionitis yang
merupakan indikasi jika tidak terjadi kemajuan
persalinan pervagina.

26
FAKTOR RESIKO

1. Durasi ketuban pecah dini yang lama


2. Persalinan lama
3. Pemeriksaan dalam yang berulang kali
4. Kolonisasi dari grup beta streptococcus, bacterial
vaginosis, infeksi menular seksual
5. Kondisi immunocompromise
6. Merokok

27
PATOLOGI
Flora Normal Vagina
Polimikrobia normal yang berasal dari vagina dengan bakteri aerob maupun anaerob

Infeksi asendens/retrograde
Rasio panjang serviks yang pendek, higiens yang rendah

Infeksi intraamnion
Respon inflamasi materna dan fetal melepaskan agen proinflamasi, sitokin inhibitor dan kemokin

Respon inflamasi
Pelepasan prostaglandin, membran injury, tanda-tanda persalinan pada cukup bulan maupun preterm, dilatasi cerviks

28
PENYEBAB LAINNYA

Procedur Invasif
Amniocentesis, pengambilan sampel villus korion

Infeksi sistemik
Listeria monocytogenes
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Ibu demam dengan suhu > 39 ⁰C peroral dengan satu atau lebih gejala dibawah ini

1. Fetal Takikardi 3. Discharge purulent 5. Nyeri tekan uterus


DJJ> 160x/menit selama 10 Discharge purulen atau Nyeri tekan uterus disaat
menit atau lebih kuning kental dari jalan uterus tidak berkontraksi
lahir pada pemeriksaan
inspekulum dan berbau

2. Maternal WBC 4. Hasil laboratorium


WBC maternal >15.000 Cairan amnion yang
terbukti adanya invasi pada
kavitas amnion

30
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1. Maternal leukositosis
2. Pemeriksaan cairan amnion (amniosintesis  kultur)
Organisme penyebab: infeksi yang disebabkan polimikrobial
- 65% 2-3 mikroorganisme.
- Mikoplasma genital seperti Ureaplasma urealyticum and
Mycoplasma hominis
-bakteri anaerob: Gardnerella vaginalis (25%) and bacteroides (30%),
bakteri aerob: Group B streptococcus (GBS, 15%) and gram-negative
rods including Escherichia coli (8%)
3. Histologi: pemeriksaan ini 3x lebih sering dilakukan dibandingkan
dengan kultur. Tanda khas: adanya infiltrasi leukosit pada dinding pembuluh
darah umbilikal atau Wharton’s Jelly.
Jika semua gejala klinis infeksi intraamnion
didapatkan pada pasien akan tetapi belum
ada pemeriksaan tambahan maka pasien
tetap pada kategoti “suspected”
ANTIBIOTIK
ANTIBIOTIK ALTERNATIF
PENATALAKSANAAN

Induksi pasien dengan PPROM


pada usia >37 minggu disarankan
dibandingkan expectant
management karena mengurangi
infeksi maternal dan fetal. Jika
dalam 12-18 jam persalinan tidak
maju maka dilakukan sectio
secarea.
PENCEGAHAN
1. Expectant management of PPROM: 70% PPROM mengalami korioamnionitis.
Pemberian profilaktik seperti ampicillin dan eritromisin selama 7-10 hari
mengurangi resiko terjadinya infeksi intraamnion, penyakit paru kronik, partus
lama pada PPROM. Amoxicillin/clavunate dihindari karena menyebabkan
necrotizing enterocolitis.
KOMPLIKASI

MATERNAL FETAL
Infeksi luka post sc Fetal Inflammatory Syndrome (firs)
Abses pelvik Systemic Inflammatory Response
Syndrome (sirs)
Bakteremia Neonatal sepsis
Postpartum hemorragic Pneumonia
Septic shock Intraventricular hemorragic
Maternal death Cerebral white matter damage
Perinatal death
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai