yang amat sangat penuh resiko. Hal ini karena secara logika
perdagangan diantaranya dilakukan oleh pihak importir dan eksportir
yang terpisahkan secara geografis dan geopolitik yang berbeda
Kekhawatiran seringkali muncul diantara keduanya, pihak importir
tentu merasa ragu untuk mengirimkan uang pembayaran karena belum
tentu barangnya akan dikirim. Begitu juga eksportir merasa jika
mengirim barangnya terlebih dahulu khawatir tidak akan mendapatkan
bayaran
Kekhawatiran terhadap resiko seperti inilah yang memunculkan Letter
of Credit atau lebih sederhananya disebut surat piutang
Latter of Credit, Menurut Bank Indonesia
(Importir) (Eksportir)
Latter of Credit