Anda di halaman 1dari 17

Ekonomi syariah merupakan ilmu pengetahuan yang sosial

mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang di


Al Qur’an dan Hadist. Ekonomi syariah atau sistem ekonomi
islamberbeda dari kapitalisme, sosialisme, maupun negara
kesejahteraan (Welfare State).
 Hukum tersebut terdapat pada Al-qur’an surat Al-Baqarah ayat 275.
“……Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba)
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan), dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang
yang mengulangi (mengambil riba) maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka, merekamkekal di dalamnya.”
A. Tauhid
Allah SWT berfirman :

Artinya : dan aku tidak menciptakan jin dan


manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku. (QS. Ad-Dzariyat/ 51
: 56)
B. Maslahah Dan Falah

 Falah dalam dimensi dunia berarti sebagai kelangsungan hidup,


kebebasan dari kemiskinan, pengetahuan yang bebas dari segala
kebodohan, serta kekuatan dan kehormatan.Sedangkan untuk
dimensi akhirat falah mencakup kelangsungan hidup yang abadi,
kesejahteraan abadi dan kemuliaan abadi.
 Maslahah adalah segala sesuatu yang mengandung dan
mendatangkan
 manfaat. Dalam ushul fiqh didefinisikan sebagai jalbul manfaah wal
darul mafsdah (menarik manfaat dan menolak
kemadharatan.Sehingga dengan prinsip ini Islam menolak segala
kativitas ekonomi yang mendatangkan mafsadah (kerusakan),
karena bertentangan dengan maslahah.

C. Khalifah (Wakil Allah Di Bumi)

Firman Allah SWT :

Artinya : Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus;


ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. (QS. Al-Insan/ 76:3)
D. Al-Amwal (Harta)
Berdasarkan konsep ekonomi Islam, Allah sebagai pemilik harta yang
hakiki, sedangkan kepemilikan manusia bersifat relatif, artinya manusia
hanyalah sebagai penerima titipan (pemegang amanah) yang kelak harus
mempertanggung jawabkannya di hadapan Allah SWT.Konsep ini bertolak
belakang dengan konsep pemilikan harta dalam ekonomi konvensional,
dimana dalam sistem ini kepemilikan harta bersifat absolut dan mutlak milik
individu.

E. Adil (Keadilan)
Allah yang menurunkan Islam sebagai system kehidupan bagi seluruh
umat manusia menekankan pentingnya penegakan keadilan dalam setiap
sektor, baik ekonomi maupun sosial.Komitmen syariah Islam terhadap
keadilan sangat jelas, terlihat diantaranya dari banyaknya ayat-ayat dan
Hadits hadits yang berbicara tentang keadilan, baik dalam Al Qur'an
maupun dalam Sunnah. Bahkan keadilan merupakan suatu persyaratan
bagi seorang muslim, untuk menggapai derajat taqwa kepada Allah SWT.
F. Ukhuwah (Persaudaraan)
 Firman Allah SWT :

Artinya : Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah


bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu
mendapat rahmat. (QS Al-Hujurat/ 49 : 10)

G. Akhlak (Etika)
Akhlak merupakan salah satu inti dari ajaran Islam. Islam
telah menuntun seorang muslim untuk bersikap ihsan,
menjaga amanah, sabar, jujur, rendah hati, tolong
menolong, kasih sayang, malu, ridho, dsb.
H. Ulil Amri (Pemerintah)
Allah SWT berfirman :

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (AlQur'an)
dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.(QS. An-Nisa/ 4 : 59)

I. Al-Hurriyah dan Al-Mas'uliyah


Al-Hurriyah adalah kebebasan dan Al-Mas'uliyah adalah tanggung
jawab.Prinsip kebebasan dapat dilihat dari dua pendekatan, yaitu
pendekatan teologis dan pendekatan ushul fiqh/ falsafah tasyri'.
J. Berjamaah (Kerjasama Sinergy)
Prinsip kerjasama merupakan satu prinsip penting dalam ekonomi Islam.
Pentingnya kerjasama ini juga dapat kita lihat dari "pahala" yang Allah berikan
terhadap amal ibadah yang dilakukan dengan cara "berjamaah", seperti shalat
yang pahalanya 27 derajat lebih baik dibandingkan dengan shalat sendiri
sendiri.
Dalam beraktivitas ekonomi, dengan berjamaah akan dapat menghasilkan
output yang lebih maksimal. Sehingga satu usaha syariah, sesungguhnya
merupakan bagian dari usaha syariah lainnya.Asuransi Syariah merupakan
bagian dari Bank Syariah, demikian juga sebaliknya.Kemudian ditunjang lagi
dengan segala usaha yang berasaskan syariah. Jika "keberjamaahan" ini
dapat berjalan dengan baik, insya Allah
 jawab (responsibility)
 PengaturanKesatuan (unity)
 Keseimbangan (equilibrium)
 Kebebasan (free will)
 Tanggung nya bersifat ketuhanan / ilahiyah (nizhamun
rabbaniyyah)
 Kegiatan Ekonomi sebagai bagian dari al Islam secara
keseluruhannya (jusunminal Islam as-syamil);
 Berdimensi aqidah atau keaqidahan (iqtishadun ’aqdiyyun)
 Berkarakter ta’abbudi (thabi’un ta’abbudiyyun)
 Terkait erat dengan akhlak (murtabithun bil-akhlaq)
 Elastis / Fleksibel (al murunah) dalam arti dapat berkembang
secara evolusi;
 Objektif (al-maudhu’iyyuh).Islam mengajarkan umatnya agar
berlaku obejektif dalam melakukan aktifitas ekonomi;
 emiliki target sasaran/tujuan yang lebih tinggi (al hadaf as sami),
berbeda dengan sistem ekonomi non Islam / konvensional yang
semata-mata mengejar kepuasan materi belaka (al rafahiyah al
maddiyah);
 Perekonomian yang stabil atau kokoh (iqtisadun bina’un) dengan
mengharamkan praktek bisnis yang membahayakan umat
manusia baik perorangan maupun kemasyarakatan seperti riba,
penipuan dan khamar;
 Perekonomian yang berimbang (iqtisad mutawazin) antara
kepentingan individu dan sosial, antara tuntutan kebutuhan duniawi
dan pahala akhirat;
 Realistis (al waqtiyah).Dalam hal tertentu terjadi pengecualian dari
ketentuan normal, seperti keadaan darurat membolehkan sesuatu
yang dilarang;
 Harta kekayaan pada hakekatnya milik Allah SWT. Karenanya
kepemilikan seseorang terhadap harta kekayaannya bersifat tidak
mutlak. Siapapun tidak boleh semaunya menggunakan harta
kekayaan dengan dalih bahwa harta kekayaan itu milik pribadinya;
 Memiliki kecakapan dalam mengelola harta kekayaan
(tarsyid istikhdam al-mal). Para pemilik harta perlu memiliki
kecerdasan dalam mengelola atau mengatur harta.
Sejumlah unsur dapat memberi sumbangan bagi penyusunan
rancangan struktural.Unsur tersebut antara lain:
 Pemerintah sebagai pengelolaan ekonomi
Tugas utama pemerintah adalah memenuhi kebutuhan-kebutuhan
public tertentu,dan oleh karena itu pemerintah dituntut untuk
menjamin kelancaran kegiatan-kegiatan ekonomi.
 Sektor swasta
Sektor swasta berperan sebagai skema organisasi ekonomi
islam.Individu sepenuhnya diakui untuk memiliki dan memutuskan
kegiatan-kegiatan ekonomi menurut pilihan mereka dalam
kerangka aturan-aturan syariah.
 Pentingnya perdagangan internasional
Islam mengakui pentingnya perdagangan internasional sebagai
unsur structural ekonomi syariah.Segala hambatan perdagangan
(trade-barriers) tidak dianjurkan menurut islam.
Sedangkan dalam unsur-unsur kebijakannya sendiri Ekonomi
Syariah tersusun atas :
 Unsur Perdagangan dan Produksi Barang dan Jasa.
Islam menekankan pada perdagangan dan melarang
adanya riba di dalamnya. (QS, 2 : 275). Allah Swt
berfirman, “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia
(rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu” (QS, 2 : 198).
 Unsur Keuntungan Pengganti Riba
Riba dilarang dalam islam bukan bukan semata-mata
karena perintah tetapi juga untuk menghindari kerugian bagi
pelaku dalam kegiatannya.
Firman Allah melalui Surat An-Nisa (QS, ; 33), “Hai orang-
orang yang beriman bíarlah di antara kamu berjalan dan ber
dagangdengan cara yang saling menguntungkan“. Ayat ini
menganjurkan keuntungan yang timbal balik; tidak saja bagi
penjual, tetapi juga bagi pembeli. Berdagang tidak saja
terbatas pada satu transaksi jual beli, tetapi berdagang
dapat terjadi berulang-ulang, seperti yang diarahkan oleh
kata ’berjalan’ di depan kata ’berdagang’.
 Unsur Larangan: Produksi Barang Jasa yang Haram
Untuk menjaga kemaslahatan masyarakat umumnya, Islam
mengharamkan sejumlah barang dan kegiatan jasa tertentu.
 Unsur Larangan: Riba
Larangan terhadap riba secara jelas nampak pada Al-Qur’an
dalam surah Al-Baqarah (QS, 2 : 275-281),dan menyebutkan
bahwa hanya keuntungan dari perniagaan dihalalkan. Riba
menghilangkan karunia Allah terhadap harta,riba dipersamakan
dengan penyisihan yang salah dari harta milik orang lain,muslim
harus menghindari riba untuk kesejahteraannya sendiri.
 Unsur Larangan: Judi atau Maysir.
Judi dilarang oleh Al-Qur’an (QS 5 : 90, 91), karena pada intinya
judi merupakan usaha untuk memperoleh harta tanpa kerja,
dan memiliki sifat bahwa pada dasarnya mudharat yang
diciptakan akan lebih besar dari manfaat yang diperoleh, baik
bagi individu maupun masyarakat secara menyeluruh. Judi,
pada intinya menjauhkan orang untuk bekerja dan dari
penciptaan lapangan kerja; segala bentuk usaha atau bisnis
yang berkaitan dengan spekulasi juga dilarang.
 Unsur Larangan: Gharar
Transaksi yang bersifat gharar, atau yang mengandung risiko
yang berlebihan atau ketidakpastian mengenai objek atau
kondisi dari suatu kontrak pada awal bertransaksi. Untuk
menghindari unsur gharar, diperlukan keterbukaan informasi
yang lengkap dan hal ini akan mendorong transparansi yang
lebih baik, sehingga asymmetric information dapat diperkecil
.
 Unsur Modal dan Menjauhi Utang
. Sabda Nabi Saw yang lain menyebutkan bahwa “Jika orang
berutang, ia tidak segan-segan berbohong, dan mengingkari
janji” (HR muslim dan Abdullah bin Umar). Karena memiliki
utang, orang cenderung meninggalkan sifat-sifat yang baik
pada dirinya. Karena penggunaan utang tidak dianjurkan,
untuk membiayai bisnis dengan tujuan komersial, Islam
menyediakan fasilitas pembiayaan dengan
akad mudharabah ataumusyarakah.
 Unsur Kerja Sama dan Risk Sharing
Allah Swt berfirman, ”Tolong menolong lah kamu dalam
mengerjakan kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (QS, 5 : 2).
Nabi Saw memberikan contoh, ketika akan makan bersama.
Masing-masing orang yang ada ketika itu mengambil bagian
untuk bergotong royong melakukan pekerjaan, agar makanan
dapat tersedia untuk bersama. Ada yang mencari kambing,
ada yang menyembelihnya, ada yang mengulitinya, ada yang
memasaknya, dan ada pula yang mencari kayu bakar .
 Unsur Amanah: Kesucian Kontrak dan Menepati Janji
Unsur yang paling penting dalam kerja dan berusaha
adalah amanah, kejujuran, dan menepati janji atau
memenuhi kontrak sehingga kesuciannya terjaga. Allah
Swt berfirman, ”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil ” (QS, 4 : 58). Amanah juga
dapat diartikan untuk tidak mengambil hak orang lain.
 Operasionalisasi Kebijakan Ekonomi
Islam

 Kebijakan-kebijakan yang digariskan


pemerintah dapat berpengaruh pada
laju perekonomian.Kebijakan-kebijakan
yang diterapkan harus mengikut
sertakan semangat tauhid di dalam
sistem tersebut.
M.N Siddiqi mengkaji bahwa pendekatan pemerintah terhadap
bidang-bidang yang memerlukan perumusan kebijakan.

 Fungsi-fungsi yang telah ditetapkan secara tegas oleh


syariah
Fungsi-fungsi ini terkait dengan kondisi social yang berubah-
ubah yang berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadist,Contoh
yang secara jelas adalah zakat
 Fungsi-fungsi yang dipetik dari syariah atas dasar ijtihad
untuk situasi yang sedang berlaku.
Fungsi-fungsi ini dipetik dari Al-Qur’an dan Sunnah atas dasar
penalaran analogi(Qiyas),atau dengan argumen-argumen
yang didasarkan atas kepentingan umum.Contohnya
penlestarian lingkungan.
 Fungsi-fungsi yang ditugaskan kepada Negara
Fungsi menurut kategori pertama itu dipandang pokok bagi
semua masyarakat di setiap masa,dan esensi untuk semua jenis
masyarakat.Kategori kedua dan ketiga menunjukkan
bagaimana pendekatan islam menekankan hubungan yang
erat antara pemerintah dan sector swasta dalam pengelolaan
manajemen.

Anda mungkin juga menyukai