Anda di halaman 1dari 22

DIFTERI

(reemerging
disease)
DR YOSEF SASMITA
KEPALA UPTD PUSKESMAS GEGERBITUNG KAB. SUKABUMI
APAKAH
DIFTERIDIFTERI ..?
• Penyakit infeksi toksik akut, menular
• Penyebab : Corynebacterium diphtheriae
• Tanda : pseudomembran pada kulit
dan/atau mukosa
Penyebabnya adalah bakteri corynebacterium diphtheriae.
Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah yang dari batuk
penderita atau benda maupun makanan yang telah terkontaminasi
oleh bakteri. Biasanya bakteri berkembang biak pada atau
disekitar permukaan selaput lendir mulut atau tenggorokan dan
menyebabkan peradangan beberapa jenis bakteri ini menghasilkan
teksik yang sangat kuat, yang dapat menyebabkan kerusakan pada
jantung dan otak. Masa inkubasi 1-7 hari (rata-rata 3 hari).
Corynebacterium diphteriae
Kontak dengan orang atau barang yang terkontaminasi.

Masuk lewat saluran pencernaan atau saluran pernafasan.

Aliran sistemik

Masa inkubasi 2 – 5 hari.

Mengeluarkan toksin (eksotoksin)

Nasal Tonsil/faringeal Laring

Peradangan mukosa Tenggorokan sakit demam Demam suara serak,


hidung (flu, secret anorexia, lemah. Membrane batuobstruksi sal.
Hidung serosa). Berwarna putih atau abu-abu napas, sesak nafas,
Limfadenitis (bull’s neck) sianosis.
, syok septic.
GEJALA KLINIS
Bervariasi dari tanpa gejala  fatal

• Demam < 38 C (tidak tinggi)


• Nyeri telan, Tenggorokan sakit , Kelenjar limfe membesar
& melunak. penyumbatan jalan nafas / sesak nafas
• PSEUDOMEMBRAN , Lesi khas sebagai suatu membran
asimetrik keabu-abuan dikelilingi oleh daerah inflamasi
• BULLNECK : Oedema & pembengkakan di leher pd
kasus sedang & berat
Gambar beda difteri dan peradangan lainnya..

Difteri Difteri pada hidung

Laringitis Faringitis
Gambar Komplikasi Difteri
GEJALA KLINIS
Faktor-faktor :
- PRIMER : imunitas, virulensi
- TOXIGENESITAS : lokasi anatomis
- LAIN2X : umur, penyakit sistemik penyerta,
kepadatan hunian, penyakit pd nasofaring
GEJALA KLINIS
 Keluhan dan gejala tergantung :

 tempat infeksi
 status imunitas penjamu
 distribusi toksin kedalam sirkulasi
PENULARAN
 Penyakit “ re emerging “ (meningkat kembali)

 Masa penularan beragam, tetap menular sampai hilangnya bakteri di lesi (2


minggu atau kurang).

 Carrier kronis ( pengidap tapi tak sakit ) dapat menularkan penyakit


sampai 6 bulan
KOMPLIKASI
- PARALISA SYARAF LOKAL (pallatum molle paralisis)
- PARALISA NERVE CRANIALIS (Strabismus, diplopia)

PARALISA NERVE PERIFER


- Myocarditis (parese tangan & kaki,)
- BLOCK
Mggu
ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SUMBATAN AKUT KIDNEY INJURI KOMPLIKASI YG LAIN :


JALAN NAFAS  Endocarditis
 Arthritis
 osteomyelitis
DEFINISI OPERASIONAL

KONFIRM
PROBABLE
probable
Adalah
• orangorang
kasus
daripositiv
: SUSPEK
dengan suspekyang
difterihasil
ditambah
isolasi salah
C difteriae yang toxigenic (dari usap
satu
ternyata

 Pernahhidung,
kontak tenggorok,
dengan kasus (<2 minggu)
ulcus kulit, jaringan,
•Ada
adalahdidaerah
orang endemis
conjunctiva,
dengan difteria
telinga,Laringitis,
gejala vagina)
 Stridor , Bullneck
Nasofaringitis atau•Tonsilitis
atau ditambah
 Pendarahan Submucusa atau petechiae pada kulit
• pseudomembrane
serum antitoxin meningkat 4 kali lipatkeabuan
putih atau lebihyang
(hanya
 Gagal jantung toxic,
bila mudah
tak kedua sampel
lepas serum
dan diperolehberdarah
mudah sebelum pemberian
di
 Gagal ginjal akut
faring, toxoid
laring, difteri
tonsil. atau antitoxin)
 Myocarditis and/or kelumpuhan motorik 1 s/d 6
minggu setelah onset
 Mati
Difteri adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh
bakteri penghasil racun corynebacterium diphtheria, dan
lebih sering menyerang anak-anak. Bakteri ini biasanya
menyerang saluran pernafasan, terutama laring, tonsil, dan
faring. Tetapi tidak jarang racun bakteri juga menyerang
kulit dan bahkan menyebabkan kerusakaan saraf dan juga
jantung.
 Difteri merupakan penyakit yang dapat di
cegah dengan Imunisasi sehingga imunisasi
yang baik akan menurunkan kasus difteri
Dasar Hukum ORI

 Surat Dirjen P2P Kemkes RI Nomor : SR.02.06./II/3149/2017 tanggal 6


Desember perihal Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit
Difteri  Bupati / Walikota
 Surat Dirjen P2P Kemkes RI Nomor : SR.02.06./II/3150/2017 tanggal 6
Desember perihal Teknis Pelaksanaan Outbreak Response
Immunization (ORI) Difteri  Kadinkes Kab/Kota
Dasar Hukum(2)

 Surat Edaran Dirjen Yankes Nomor : HK.02.02/III/6138/2017 tanggal


18 Desember Tentang Dukungan Penanggulangan Peningkatan
Kasus Difteri di Beberapa Daerah
 Surat Dirjen P2P Kemkes RI Nomor : UM.01.05/1/3274/2017 tanggal
21 Desember perihal Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
Difteri  Kadinkes Provinsi dan Kadinkes Kab/Kota
Dasar Hukum(3)
 Surat Kepala Dinas Kesehatan Nomor : 443.32/28023-P2P
tanggal 27 Desember Perihal Pelaksanan Outbreak Response
Immunization (ORI) di Jawa Barat  Kepala Dinas Pendidikan
Prov. Jawa Barat
 Surat Kepala Dinas Kesehatan Nomor : 443.32/28025-P2P
tanggal 27 Desember Perihal Pelaksanaan Outbreak
Response Immunization (ORI) di Jawa Barat  Kepala
Kepolisian Daerah Jawa Barat
 Surat Kepala Dinas Kesehatan Nomor : 443.32/28028-P2P
tanggal 27 Desember Perihal Surat Edaran Dirjen Yankes RI 
Kadinkes Kab/Kota
 Surat Kepala Dinas Kesehatan Nomor : 443.32/28340-P2P
tanggal 29 Desember Perihal Permohonan Logistik Outbreak
Response Immunization (ORI) di Jawa Barat  Dirjen P2P
Kemkes RI
Dasar Hukum(5)

 Surat Dirjen P2P Kemkes RI Nomor : UM.01.05/1/102/2018 tanggal 11


Januari 2018 perihal Revisi Daftar Kab/Kota Pelaksana Outbreak
Response Immunization (ORI) Luas
 Pertimbangan ORI Luas
1. Ada kasus Difteri & hasil Lab Positif
2. Ada kasus Difteri dengan kematian
3. Adanya peningkatan kasus klinis yang signifikan
4. Cakupan Imunisasi dasar, Baduta, BIAS rendah
Dasar Hukum(6)

 Surat Dirjen P2P Kemkes RI Nomor : UM.01.05/II/458/2018 tanggal 9


Februari 2018 perihal Update/Revisi Daftar Kab/Kota Pelaksana
Outbreak Response Immunization (ORI) Luas
 Isi Surat
1. Perlu dilakukan update berupa revisi
2. Situasi KLB bersifat Dinamis --> jml kab/kota akan
berubah setiap bulan
3. Pertimbangan para ahli daftar kab/kota berubah
4. Kab/Kota memiliki kasus susfect difteri tetap harus melakukan ORI
dengan lingkup kecamatan sebanyak 3 putaran
PETUNJUK PELAKSANAAN ORI

 Surat dari Kementerian Kesehatan RI Direktorat Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit (P2P)
 Nomor : SR.02.06/4/2119/2017
 Tanggal : 8 Desember 2017
 Hal : Prosedur Pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI)
SASARAN

Sasaran ORI adalah anak usia 1 tahun


sampai dengan <19 tahun dengan
pemberian 3 kali dengan interval 1
bulan dari dosis pertama ke dosis
kedua, interval 6 bulan dari dosis
kedua ke dosis ketiga tanpa
memandang status imunisasi .
Simulasi Sasaran ORI (CLUSTER 3)
Usia 1 - < 19 tahun
Putaran 1 :
1 Februari 2018

3 Bulan
Putaran 2 :
1 Juni 2018

Putaran 3 : 6 Bulan
1 Desember 2018

Anda mungkin juga menyukai